tag:blogger.com,1999:blog-11551373524684628792024-03-13T12:17:42.204+07:00K. R. Primawestri'sthoughts and memories spaceK. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.comBlogger128125tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-53046931498885913102017-12-03T14:06:00.000+07:002017-12-03T14:06:06.759+07:00Menginap Selalu Nyaman, Perjalanan Keluarga Selalu Berkesan: #JadiBisa Dengan Traveloka<div style="text-align: justify;">
Setiap perjalanan memiliki kisah masing-masing. Orang-orang bepergian dari dan ke berbagai tempat, dengan berbagai cara dan tujuan. Bahkan meski berangkat dari tempat yang sama dan dengan tempat tujuan yang sama pula; perjalanan saya, misalnya, tidak mungkin sama dengan yang dialami orang lain. Ada banyak faktor yang menjadi alasan keunikan setiap perjalanan. Siapa yang melakukan perjalanan? Berapa lama perjalanannya? Apa tujuan perjalanannya? Berapa banyak dana yang disiapkan untuk perjalanan? Pertanyaan-pertanyaan itu tentu jawabannya berbeda-beda, begitupula perjalanan yang dideskripsikan dari jawaban-jawaban pertanyaan itu.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hampir semua perjalanan saya dilakukan bersama keluarga. Kedua orangtua saya pada dasarnya memang sama gemarnya bersilaturahmi seperti halnya gemar bepergian. Sejak kecil, tidak jarang momen akhir minggu disempatkan menjadi waktu berkualitas keluarga karena orangtua menginisiasi perjalanan ke luar kota. Selain untuk pergantian suasana, agendanya juga sekalian untuk mengunjungi kerabat-kerabat kami di kota tersebut. Kota-kota yang menjadi tujuan kami biasanya adalah Solo, Jogjakarta, Purwokerto, Kebumen, dan Jakarta. Di Solo ada sepupu ayah saya, di Jogja ada kakak ibu saya, di Purwokerto ada tante dari pihak ibu, di Kebumen ada saudara dari pihak ayah, dan di Jakarta juga kerabat dari pihak ayah maupun ibu.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pola bepergian keluarga saya lebih sering diawali dengan keputusan berangkat yang bisa dibilang “mendadak”. Biasanya baru pada pagi hari keberangkatan lah tercetus ajakan untuk bepergian bersama. Untungnya, kota tujuan yang terhitung tidak terlalu jauh dan masih wajar jika ditempuh dengan mobil menjadikan pola rencana bepergian keluarga kami menjadi tidak terlalu perlu untuk dipermasalahkan. Satu rombongan keluarga kami biasanya terdiri enam orang yaitu ayah, ibu, saya dan kedua saudara kandung, beserta satu kerabat yang membantu merawat saya dan kedua saudara saya sejak kecil. Bisa dibayangkan ya ramai dan penuhnya mobil kami.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai sekarang, saya masih salut mengingat betapa besar semangat dan kekuatan yang ditunjukkan kedua orangtua saya lewat kesediaan beliau berdua untuk cukup sering menyisihkan waktu, tenaga, dan uang demi agenda bepergian akhir minggu kami. Padahal, kedua orangtua saya sudah mulai memasuki usia yang biasanya membuat orang-orang sepantaran beliau berdua berkurang keinginannya untuk berlelah-lelah bepergian. Saya bersyukur karena berarti Tuhan tidak hanya mencukupkan kemampuan finansial dan fisik kedua orangtua saya, tapi juga kemampuan jiwa dan hati untuk bepergian. Di mana tujuan bepergiannya pun tidak hanya untuk bersenang-senang, namun juga untuk menjaga tali silaturahmi. Pengorbanan waktu, uang, dan tenaga beliau berdua menjadi terbalaskan berkali-lipat dengan dampak menjaga silaturahmi yang bisa menjaga kebaikan lahir batin orang yang melakukannya.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Momen bepergian akhir minggu keluarga kami biasanya selalu identik dengan pergantian suasana melalui bagaimana kami bisa menginap di hotel; yang biasanya memberikan beragam fasilitas dan layanan. Kenyamanan merupakan aspek yang diutamakan kalau keluarga kami memutuskan untuk menginap di hotel, terutama bagi orangtua saya. Saya bersyukur, karena orangtua sebagai sumber dana perjalanan keluarga selalu mempunyai <i>budget </i>yang mencukupi dan memungkinkan untuk memilih tempat menginap di hotel. Kamar yang luas, adanya pendingin ruangan, kamar mandi air panas dalam kamar, layanan TV kabel, sarapan <i>buffet</i>, dan kolam renang sudah menjadi rangkaian fasilitas yang diekspektasikan pada tempat menginap keluarga kami.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya masih ingat bagaimana dulu sebenarnya proses memesan hotel tidak semudah sekarang. Dulu tak jarang kami baru memesan kamar di malam hari sewaktu memutuskan untuk menginap dan mendatangi hotel-hotel satu per satu menanyakan apakah ada kamar yang kosong. Sayangnya dulu saya masih kecil dan tidak bisa berdaya banyak untuk membantu orangtua saya. Syukurlah, semakin saya dan saudara kandung saya tumbuh dewasa dan melek teknologi, akhirnya kami bisa belajar membantu mempermudah perjalanan keluarga melalui penggunaan layanan <i>online booking</i>.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adanya layanan <i>online booking</i> memang mengubah pengalaman merencanakan perjalanan dan melakukan perjalanan keluarga saya. Memesan tempat penginapan jadi jauh lebih mudah karena tinggal klik-klik di situs atau aplikasinya, lebih hemat karena ada potongan harga; apalagi kalau pesan dari jauh-jauh hari, dan lebih aman serta terjamin karena bisa langsung dibayar dan di<i>booking</i>kan ke hotel bersangkutan.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Belakangan, Traveloka menjadi penyedia layanan <i>online booking</i> yang paling sering saya gunakan. Di <i>handphone</i> saya, aplikasi Traveloka menjadi semacam teman terpercaya untuk bisa menjauhkan kedua orangtua saya dari pengalaman tidak enak seperti kehabisan kamar atau kedapatan kamar dengan harga kemahalan setiap kali kami melakukan perjalanan keluarga. Traveloka sebagai layanan <i>online booking</i> jelas memungkinkan proses memesan hotel menjadi lebih mudah, hemat, aman, dan terjamin; tapi tidak hanya itu, kelebihan-kelebihan lain (iya, lebih dari satu lho; alias banyaak!) dari Traveloka membuat saya betah menggunakannya sebagai andalan sampai sekarang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau dirunut dari langkah-langkah memesan hotel lewat Traveloka, dari proses pilih-pilih hotel pun Traveloka sudah memberikan kenyamanan. Kita bisa punya banyak banget pilihan hotel dengan harga final melalui Traveloka. Kalau kamu pakai Traveloka, kamu nggak akan menemui harga kamar yang kelihatannya diskon banget tapi ternyata nantinya setelah ditotal akan ada ekstra-ekstra tambahan biaya tersembunyi seperti pajak. Harga yang ditampilkan di Traveloka memang benar harga diskon final dan jujur. Kamu bisa cek sendiri kalau harga yang tercantum di daftar pilihan hotel dan harga setelah ditotal akan sama, seperti yang ditunjukkan di gambar (yang paling jelas tentunya kalau kamu mentotal pesanan satu kamar untuk satu malam ya).
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUdyPu6mAOnP1VjM460-rHCjOx4oQGrLnYuXdZsPy0VVQGuHNXypbX21MLhFzbc_hMWDSSPDhfn-WA_034MbIFR3uDXL6HMVB4xyeNh-_NW6GldH0m6GVbadLxGGFvxPvArfDw6YUq-2I/s1600/ilustrasi+harga+final.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="976" data-original-width="1168" height="532" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUdyPu6mAOnP1VjM460-rHCjOx4oQGrLnYuXdZsPy0VVQGuHNXypbX21MLhFzbc_hMWDSSPDhfn-WA_034MbIFR3uDXL6HMVB4xyeNh-_NW6GldH0m6GVbadLxGGFvxPvArfDw6YUq-2I/s640/ilustrasi+harga+final.png" width="640" /></a></div>
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Fitur harga final ini sangat membantu saat saya memesankan hotel untuk menginap bersama keluarga. Tidak jarang saya melakukan reservasi via Traveloka saat sedang bermobil di perjalanan menuju kota tujuan. Orangtua saya hanya perlu menyimak saya menyebutkan nama-nama hotel dan harganya. Beliau berdua pun tinggal memberi pendapat dan pertimbangan mereka untuk mengambil keputusan hotel yang dipilih. Adanya uraian info lengkap seputar hotel yang tersedia di aplikasi Traveloka sehingga kita bisa melihat foto-foto hotel sampai bisa tahu kamar-kamarnya seperti apa juga sangat membantu orangtua saya saat mempertimbangkan di mana kami akan menginap. Orangtua jadi tidak merasa hanya membayari tanpa memiliki kendali dan saya juga bisa mengomunikasikan pemakaian kartu kredit untuk pembayaran sejumlah berapa dan untuk hotel yang seperti apa secara jelas dan tentunya sepersetujuan beliau berdua.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Melalui Traveloka, membayar pesanan hotel untuk keluarga menginap juga jadi sangat mudah. Ada masanya ketika dulu saya harus meminta orangtua mengeluarkan kartu kredit mereka secara fisik agar saya bisa mencatat detail-detail kartu tiap kali sedang memesan hotel secara online. Kepintaran Traveloka untuk bisa menyimpan detail-detail kartu kredit membuat saya sekarang hanya perlu pilih kartu yang mau dipakai untuk membayar dengan sekali klik. Semisal mau menyicil pun juga bisa dilihat skema cicilannya. Kemudahan lain untuk membayar pesanan hotel di Traveloka juga ditunjukkan adanya pilihan pembayaran yang beragam dan tidak hanya terbatas dengan kartu kredit. Bahkan kita juga bisa membayar ke ATM dan gerai Indomaret/Alfamart untuk membooking pesanan kamar kita; seperti yang ditunjukkan gambar.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7oqcxwTDveB-nArtOwHJeJEAae8fX_bKBmZ_gQzqhKVd25Y1DBiEdLWw8RLW7IK9nL0JcZkQ1Of0PzXElB5KHzT2OjhUTHFkka-6r_l5__AigoXn94d2bD-FAJ13l8c_W_1RhvzPLpxE/s1600/ilustrasi+traveloka+pay.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="964" data-original-width="1094" height="562" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7oqcxwTDveB-nArtOwHJeJEAae8fX_bKBmZ_gQzqhKVd25Y1DBiEdLWw8RLW7IK9nL0JcZkQ1Of0PzXElB5KHzT2OjhUTHFkka-6r_l5__AigoXn94d2bD-FAJ13l8c_W_1RhvzPLpxE/s640/ilustrasi+traveloka+pay.png" width="640" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memastikan kenyamanan untuk kedua orangtua saat akan menginap di luar kota merupakan prioritas tertinggi, karena sekarang tentunya orangtua sudah tidak se”muda” dulu meski masih memiliki semangat yang sama. Saat memesan hotel fokusnya bukan mencari harga yang termurah, tapi mencari hotel dengan nilai harga yang berbanding dengan jaminan kenyamanan menginap di sana.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak perjalanan keluarga saya yang sudah menjadi jauh lebih nyaman dan berkesan dengan menggunakan Traveloka. Orangtua saya selalu nyaman beristirahat karena kami selalu bisa terjamin mendapat kamar hotel yang sesuai ekspektasi melalui Traveloka. Saat kami bepergian ke Kota Kebumen beberapa minggu lalu karena ada pernikahan kerabat, kami memesan kamar di Meotel by Daffam. Akad nikah yang diadakan di pagi hari bisa kami hadiri dengan lebih santai karena bisa menginap dari semalamnya, dan kami juga bisa beristirahat di jeda waktu acara akad dan resepsi yang diadakan siang harinya. Harga yang kami dapat untuk dua kamar Family menjadi lebih hemat dengan adanya potongan harga dari Traveloka.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perjalanan keluarga berkesan lainnya adalah pada bulan April lalu ketika kami menginap semalam di Hyatt Regency Hotel Yogyakarta saat kebetulan ada <i>long weekend</i>. Kami menginap dari tanggal 14 hingga 15 April 2017 dan sudah melakukan pemesanan sejak tanggal 1 April 2017 via Traveloka sehingga kami tidak perlu khawatir kehabisan kamar. Pengalaman menginap kami pun sangat berkesan karena hotel tersebut dilengkapi dengan fasilitas lapangan golf sehingga kedua orangtua saya bisa bermain golf setelah sekian lama belum sempat bermain golf bersama. Kami juga bisa berenang dan berjalan-jalan di kawasan resor yang mengingatkan pada masa kecil kami karena dulu sering diajak menginap di sana. Foto saat saya dan adik laki-laki saya ikut jalan-jalan di lapangan golf menemani orangtua merupakan sedikit dari banyak kenang-kenangan momen berkualitas keluarga kami waktu itu. <br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi04G8I7KjKU8feA-uis8M3I64UC0XDVZynETalqsTW1hp-0rv-KvGJvsC8Jnvc0hjVwOGoF-a95GIRWFrgT9i2FXbjgsPo54c61EVYD-qPvQ5xhkeHxlJIvnmsMqtHh2TNjaJ-w-DjoIM/s1600/DSC_4808+hyatt+april2017.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="900" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi04G8I7KjKU8feA-uis8M3I64UC0XDVZynETalqsTW1hp-0rv-KvGJvsC8Jnvc0hjVwOGoF-a95GIRWFrgT9i2FXbjgsPo54c61EVYD-qPvQ5xhkeHxlJIvnmsMqtHh2TNjaJ-w-DjoIM/s640/DSC_4808+hyatt+april2017.JPG" width="360" /></a></div>
<br />
Setiap perjalanan akan meninggalkan kisah yang berbeda untuk dikenang, karena setiap perjalanan dilakukan oleh orang yang berbeda, pun dengan kepentingan dan prioritas yang berbeda pula. Saya sebagai orang yang paling sering berperjalanan dengan keluarga memprioritaskan tempat menginap ternyaman, terutama untuk kedua orangtua saya. Hotel dengan fasilitas yang lengkap dan sesuai ekspektasi akan membuat kepentingan perjalanan keluarga berjalan lancar karena kami bisa beristirahat dengan nyaman dan optimal. Kami juga bisa merasakan pergantian suasana baru sambil tetap menghabiskan waktu berkualitas dan menyimpan kenangan baru bersama.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Traveloka telah menjadi bagian besar dari setiap perjalanan keluarga saya. Memanfaatkan fitur-fitur reservasi hotel di Traveloka membuat kami selalu mendapat pilihan hotel terbaik sesuai dengan budget dan ekspektasi. Memesan hotel jadi lebih mudah, cepat, terjamin, dan dengan harga diskon yang final karena pesan lewat Traveloka dulu.
</div>
K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-3850765267032170952014-07-07T22:12:00.000+07:002014-07-07T22:12:18.346+07:00Doa adalah<div style="text-align: justify;">
doa adalah usaha adalah doa adalah usaha adalah doa adalah usaha adalah doa adalah usaha adalah doa adalah usaha doa adalah usaha adalah doa adalah usaha adalah doa adalah usaha adalah doa adalah</div>
K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-43085648461038494592014-05-22T22:14:00.000+07:002014-05-22T22:29:52.951+07:00London, England is Where My Wonderwalk Starts<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
"<i>England</i>".<br />
"Inggris".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apa yang pertama kali terlintas di benak Anda ketika mendengar kata di atas? Selamat kalau Anda bisa dengan mudah menemukan kata-kata untuk mewakili "Inggris" dengan cepat dan spontan. Selamat kalau kata "Inggris" dapat seolah menjadi suatu penunjuk yang dapat dengan mudah Anda kenali di keramaian dan menandai suatu hal spesifik yang menjadi tujuan Anda, sehingga bisa segera Anda hampiri dengan bersemangat tanpa rasa ragu, mungkin "Inggris" menjadi penunjuk Anda pada hal-hal seperti nama klub sepakbola, anggota kerajaan, The Beatles, atau apapun.<br />
<br />
Saya? Saya justru mendapati diri saya seperti berdiri terpaku dalam jalanan yang sangat "hidup", penuh dengan objek dan suasana yang seolah "merengkuh" saya dalam pelukannya, membuat saya terpana karena saya memiliki keputusan rumit untuk memilih ke mana tujuan saya sebenarnya, di mana setiap hal yang terlihat di jalanan itu menarik dan mengundang untuk dituju.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhI0wvbeNwcvdNlJxnqlKuWiJLH8PF0GcP7gUS8154TNVMQ3Z9BDCqQSQjEx3caeyG-4DyFGUREXBm7BWFJ_EE8O8vRm6_biGJaF7kED6RcKEx1slyVrqS7xVhwMYyW_Bpezymo5j-kO6g/s1600/london21.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhI0wvbeNwcvdNlJxnqlKuWiJLH8PF0GcP7gUS8154TNVMQ3Z9BDCqQSQjEx3caeyG-4DyFGUREXBm7BWFJ_EE8O8vRm6_biGJaF7kED6RcKEx1slyVrqS7xVhwMYyW_Bpezymo5j-kO6g/s1600/london21.jpg" height="400" width="400" /></a></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
Dari mana saya harus mulai kalau sudah tentang "Inggris"?</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan jika harus mulai dari awalnya, saya kesulitan menandai bagian dari ingatan saya yang manakah yang menjadi kenangan kunci dengan kesan pertama yang kuat pada "Inggris" itu, karena memikirkan tentang "Inggris" seperti mengingat hal-hal yang sama-sama indah dalam angan-angan secara sekaligus. Mungkin kata "Inggris" bagi saya bisa diibaratkan memiliki efek yang mirip seperti memikirkan nama seseorang yang diam-diam disukai, karena ada hal-hal baik dan indah yang langsung terpicu untuk dipikirkan. Mereka seakan datang berdampingan dan membombardir diri saya dengan perasaan-perasaan bermakna yang rasanya "penuh" sekali jika ingin dikatakan. Sulit untuk sekadar memilih satu hal yang membuat seseorang bisa jadi bermakna spesial, begitu pula tidak mudah untuk memilah dan menyusun semua hal yang muncul dalam pikiran tentang "Inggris" itu untuk bisa mengungkapkan jawaban pada pertanyaan "apa yang membuat 'Inggris' punya arti tersendiri buatmu?" secara lugas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal-hal itu seperti foto-foto dan adegan-adegan yang tertangkap dan terekam lalu menetap dalam hati dan ingatan. Foto dan adegan yang tidak secara langsung terkait, namun harus bisa disusun untuk menjadi sebuah film yang memiliki benang merah tentang "Inggris dan mengapa negara itu berarti sesuatu bagi saya". Di mana setiap foto atau pun adegan tidak selalu menggambarkan suatu objek, tapi juga suatu kesan yang khas... </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoQaYXk0E3A2sLU_MXYs5ykxkuQ1iXCHxgO93YyIYyGl3u5nHKOBiJ8zNwoZKe0lBIAkYUhgn__rPt55WwuM3aqvfuwArX0PhO-n8WJoe8SCvcOgBW0puDRrUrxoq-dPjW87IQrMIJdSA/s1600/london16.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoQaYXk0E3A2sLU_MXYs5ykxkuQ1iXCHxgO93YyIYyGl3u5nHKOBiJ8zNwoZKe0lBIAkYUhgn__rPt55WwuM3aqvfuwArX0PhO-n8WJoe8SCvcOgBW0puDRrUrxoq-dPjW87IQrMIJdSA/s1600/london16.jpg" height="400" width="265" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Aduh, maafkan saya, pikiran saya jadi melanglang kemana-mana!</div>
<br />
Mari kembali ke pengandaian bahwa "Inggris" menempatkan saya pada jalanan yang hidup dan mengundang dengan berbagai pilihan tempat dan hal untuk didatangi dan dilihat, seakan berebut untuk menjadi satu yang saya tuju, hanya saja Anda agaknya paham bahwa itu akan sulit bagi saya, bukan? Jadi pilihan apa yang saya bisa ambil dari sana agar saya tidak melewatkan tempat atau hal-hal apapun, selain mulai menyusuri "jalan" itu?<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
<b><i>So be my guest</i>, mari kita mulai berjalan menyusuri sebuah "Inggris" yang terekam penuh kekaguman di pikiran saya, bahkan sebelum kaki sungguh-sungguh berpijak di sana. </b> </div>
</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibukotanya, London, adalah kota yang menjadi panggung dari sihir, keajaiban hingga misteri dalam kisah Harry Potter, serial Sherlock, juga The Bartimaeus Trilogy - kisah-kisah luar biasa yang berhasil menetap dalam pikiran saya karena kesan mendalam tentang London yang mendampingi kesan terhadap kisah-kisah itu sendiri. Oh, kalau Anda belum pernah membaca kisah-kisah itu, saya sarankan untuk segera membacanya agar Anda bisa menciptakan potret dan bayangan Anda sendiri tentang London.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi34hDaKC34-sGfD5A62rqRbxcxjL2XNdaks3ZW9j1MkPu0ITC4Uju-T8AIhCwP19kev5TPchAxTm7cIB-vaf3RvaXveHL5RPepDBbxEsBWJODuyigMpFKcvEb1UJXxnT-aIYx7GUHkMbE/s1600/london24+gif.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi34hDaKC34-sGfD5A62rqRbxcxjL2XNdaks3ZW9j1MkPu0ITC4Uju-T8AIhCwP19kev5TPchAxTm7cIB-vaf3RvaXveHL5RPepDBbxEsBWJODuyigMpFKcvEb1UJXxnT-aIYx7GUHkMbE/s1600/london24+gif.gif" /></a></div>
<br />
London bukan seperti kota lain yang selalu memaksakan warna-warni, tapi aura kelabu dan palet-palet tegas dan seolah kelam yang sering tertangkap di foto dan adegannya tidak menyembunyikannya. Tetap saja, keajaiban dan misteri seolah-olah tidak pernah salah tempat untuk berjalinan dan menggelora di sana melalui tangan-tangan para penulis kisah-kisah hebat itu.<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBRWPwURppgEh6WdM9ZvHgyJpsEShkC2PlQbMMRuKT_n6dltWNsFHwHEmRHuh5qqWxOr14K3YIJI5fZEUIZnpk4-43uabLWtW52dqXCAbhjWpe0c727PQLS4yJG-AzgC4inRiE3UbsUXk/s1600/london12.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBRWPwURppgEh6WdM9ZvHgyJpsEShkC2PlQbMMRuKT_n6dltWNsFHwHEmRHuh5qqWxOr14K3YIJI5fZEUIZnpk4-43uabLWtW52dqXCAbhjWpe0c727PQLS4yJG-AzgC4inRiE3UbsUXk/s1600/london12.jpg" height="320" width="219" /></a>Aura kuno berkat sejarah berusia ribuan tahun seakan dapat mendukung kesan itu dan membuat kota ini menjadi kota yang anggun, seolah memang ada sebentuk sihir yang membuat hujan dan kelabu bagi London adalah penghias yang membuai; untuk menyusuri jalan-jalannya, mengamati cahaya lampu jalan dan siluet-siluetnya saat berpadu dengan bangunan-bangunan yang bergaris kuno. Saya hanya membayangkan London dalam deskripsi-deskripsi sang pengarang, dan London terlukis sebagai panggung yang sempurna. Bukan hal sulit untuk membayangkan gambaran para penyihir berjubah, pasangan detektif dan sahabat setianya, atau sosok Bartimaeus sang jin legendaris dengan samaran kamuflasenya<i> </i>tiba-tiba terlihat berpapasan jalan dengan kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Kisah-kisah berlatarkan London yang telah saya baca secara perlahan tapi pasti telah membangun tidak hanya imajinasi untuk berada di sana tapi juga keinginan untuk betul-betul mengunjunginya di suatu kesempatan. Gambaran tentang menara jam <b>Big Ben</b>, kilauan <b>Sungai Thames</b> yang merembet hingga sepanjang tepiannya membuat saya membayangkan bisa menegadah dari bawah naungan menara jam itu, juga berjalan di sepanjang masyur tersebut, misalnya di area <b>Queens Walk </b>di mana terdapat deret-deret bangku taman cantik yang menghadap pemandangan lanskap bangunan-bangunan historis London, Queens Walk juga akan membawa saya menyusuri <b>Jembatan Westminster </b>yang megah, di mana secara harfiah jembatan tersebut sering menjadi latar pengambilan gambar dari banyak film.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8CeyDf9onPe4WpWnXi_kB8SMpPqCkPltFVG8pJG1Fsx7M2_b6mOUl9dd_zgPAfcuCj4ed_jQQojkhpYNmmEbU6JBtm_EH7yVI74vkk4s0mXLvhnNhwa8MYRfZboviLABSb9U1hE7k2LY/s1600/london26.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8CeyDf9onPe4WpWnXi_kB8SMpPqCkPltFVG8pJG1Fsx7M2_b6mOUl9dd_zgPAfcuCj4ed_jQQojkhpYNmmEbU6JBtm_EH7yVI74vkk4s0mXLvhnNhwa8MYRfZboviLABSb9U1hE7k2LY/s1600/london26.jpg" height="360" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Queens Walk sepanjang Sungai Thames :')</td></tr>
</tbody></table>
Dengan jalan-jalan yang memiliki suasana ber-aura kuno dan tertata cantik untuk disusuri, saya bayangkan diri saya akan betah berlama-lama menyusurinya, tidak perlu langkah-langkah yang terburu-buru atau wajah yang menggerutu.<br />
<br />
London adalah tempat yang harus saya singgahi suatu saat nanti, untuk mensejajari kisah-kisah penuh misteri dan keajaiban yang pernah saya baca dengan kisah saya sendiri selama di sana yang telah menunggu untuk disusuri. Jika saya bisa menginjakkan kaki di London, saya tidak ingin terlalu terburu-buru. Sambil berjalan menyusuri kota, saya ingin bisa membayangkan tokoh-tokoh fiksi dalam kisah-kisah yang saya baca berjalan menyusuri jalanan London dengan mantel atau jubah mereka, misalnya tokoh Nathaniel dalam The Bartimaeus Trilogy yang berjalan berangkat dan pulang bekerja di Westminster, lalu Sherlock Holmes yang sewaktu-waktu menyetop sebuah <i>cabbie </i>(taksi) dari tepi jalan <b>Baker Street</b>; saya membayangkan bisa berpura-pura melihat mereka sebagai laki-laki yang sama-sama bisa dibayangkan untuk sering menaikkan kerah <i>coat</i> panjang mereka seraya berjalan terburu-buru.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXDRQ4FpkT2mqYPLyZnEfjE0MWSrFBOS53tmzHC6jKzzi0onnr1V9qHnPi6uzExlEPOg3o1qY7OnqdLqw58mC6YnH6_OoCY5ZHBjwqU_JlKl-cma4Zp6LVnjbUUlDFDGo_T_xMDgqXzoI/s1600/london20++westminster.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXDRQ4FpkT2mqYPLyZnEfjE0MWSrFBOS53tmzHC6jKzzi0onnr1V9qHnPi6uzExlEPOg3o1qY7OnqdLqw58mC6YnH6_OoCY5ZHBjwqU_JlKl-cma4Zp6LVnjbUUlDFDGo_T_xMDgqXzoI/s1600/london20++westminster.jpg" height="320" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Westminster</td></tr>
</tbody></table>
Ya, Nathaniel dan Sherlock mungkin punya kasus mereka masing-masing, entah dengan <i>demon</i> tertentu atau dengan kriminal bebuyutannya, namun katakanlah, saya akan cukup puas dengan mencari tahu seberapa jauh jarak Baker Street dari area tepi Sungai Thames jika berjalan kaki? Lalu, saat berjalan-jalan nanti, bisa saja tampak para penyihir muda Hogwarts yang mengarahkan tujuan ke <b>stasiun King's Cross </b>untuk kembali melanjutkan kegiatan belajar mereka.<br />
<br />
Yah, meskipun saya memang tidak menerima surat dari Hogwarts sehingga saya tidak bisa ikut untuk menembus dinding di antara peron 9 dan 10 ke peron 9-3/4, namun tak apalah sekadar melihat pemberhentian itu dari luar... toh bisa gawat kalau saya betulan sampai ikut ke Hogwarts, bukan? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<br />
<br />
***</div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8Zi0BsOR_8FRT_dIcJsSJlvG1ZwJu3ZVbSqRNBRnMv7L3QB0fcgetcCf5dynZV4R9AGCdmmPzG7Aik5xEp-fatmHkMlhL0HS3Gu6peWa3onRRXaf2Hrq2zyRnLsfqXXNWAmaDL5N9TFk/s1600/london6.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8Zi0BsOR_8FRT_dIcJsSJlvG1ZwJu3ZVbSqRNBRnMv7L3QB0fcgetcCf5dynZV4R9AGCdmmPzG7Aik5xEp-fatmHkMlhL0HS3Gu6peWa3onRRXaf2Hrq2zyRnLsfqXXNWAmaDL5N9TFk/s1600/london6.jpg" height="320" width="185" /></a></div>
Melihat dan menjadi bagian dari suasana kota London saja sebenarnya sudah lebih dari cukup bagi saya. Gagasan untuk menyusuri langkah dalam <i>coat</i> saya sendiri yang mungkin akan lebih banyak dirapatkan akibat cuaca cenderung-dingin malah justru menghangatkan hati saya. London selalu saya bayangkan sebagai kota yang akrab dengan basuhan rintik hujan dan tiupan udara dingin; gambaran cuaca yang jelas berbeda dengan di Indonesia. Hal itu tidak membuat saya merasa keberatan; begitu juga soal membawa payung, apalagi jika payung yang saya bawa tersebut adalah payung kain berkesan klasik itu, yang membuat saya membayangkan kebiasaan Mycroft Holmes di serial teve BBC "<i>Sherlock</i>" yang gemar membawa payung ^^.<br />
<br />
Baiklah, mungkin akan cukup menurunkan suasana-hati kalau kita ingin bersikeras berjalan kaki saat hari hujan, kalau sudah begitu kita bisa mengarahkan tujuan kita menjadi lebih singkat menembus hujan dengan mencari stasiun kereta bawah tanah terdekat, yang tergabung dalam nama jaringan <i><b>Underground</b>.</i><br />
<br />
Lihat, kita sudah sampai di pintu masuk Underground, <i>in its ambigued meanings!</i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdzYJ5tX3x3E9kTTsfZuhAna-ZzCsphqOrKHjk3Rejg7EOCMqEsQZk07z5MptK6XGEcnoqxBlA4saOewiYQtQdwW9DS7IBhCeDz4n4DyaIswy18pigvBMpg6qWebNqvQmJc2531W8fhDc/s1600/london3.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdzYJ5tX3x3E9kTTsfZuhAna-ZzCsphqOrKHjk3Rejg7EOCMqEsQZk07z5MptK6XGEcnoqxBlA4saOewiYQtQdwW9DS7IBhCeDz4n4DyaIswy18pigvBMpg6qWebNqvQmJc2531W8fhDc/s1600/london3.jpg" height="400" width="266" /></a></div>
Kereta bawah tanah di Inggris juga memiliki "kesan" tersendiri bagi saya, karena Underground membuat saya teringat juga pada serial Sherlock dan grup band Coldplay (keduanya berasal dari Inggris, <i>isn't it lovely</i>?) yang sangat saya sukai. Sebegitu dianggap ikoniknya Underground, latar kereta dan stasiun bawah tanah ini muncul di serial Sherlock, bahkan walaupun dalam porsi sedikit pun Coldplay pernah menampilkan latar stasiun Underground dalam video musik lagu mereka yang berjudul "<i>Paradise" (a favorite, also!)</i>. Ah, itu sebuah video musik yang sangat menarik karena adegan yang menampilkan stasiun Underground ini melibatkan "aksi" sang vokalis, <i>uncle</i> Chris Martin yang memakai kostum badut berbentuk gajah betina dan diceritakan sedang mencari jalan untuk menuju "surga"nya menyusuri kota setelah lepas dari kurungan kandangnya. Pasti saat pengambilan gambarnya, keberadaan "gajah betina" itu cukup mengundang tanda tanya, saya bertanya-tanya apakah para pengunjung stasiun saat itu menyadari bahwa orang yang ada dalam kostum gajah betina itu adalah vokalis Coldplay! Coba saya bisa berada di sana saat itu ya... Ah, tapi kita sudah sampai di perhentian kereta dan nampaknya hujan telah berhenti, bukan waktunya untuk mempermasalahkan waktu itu kalau kita telah di London!<br />
<br />
Dari bawah tanah, selanjutnya alangkah baik untuk beranjak menuju lokasi yang memungkinkan kita bisa berada di atas tanah, lebih tepatnya melihat kota dari ketinggian dengan ada di dalam kapsul <i>ferris wheel</i> <b>London Eye</b>! Bagi saya, sensasi untuk melihat lanskap luas keseluruhan kota dari ketinggian merupakan suatu pengalaman yang haram untuk dilewatkan, apalagi jika kota tersebut seperti kota London dan sekitarnya yang didominasi bangunan-bangunan khas ber-arsitektur penuh sejarah namun tetap dapat satu nuansa dengan bangunan-bangunan yang lebih modern.<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDNy1sDCYUPMW8qpeACLNId0ripfdSWdGwxDf1tA612GL42G908_knVgsQhKw_QsLMeLoxWyJsPy37TM0Hb0T1pUMWVjXPT8kZJQmXYx07uYS9vNBEkNPsytACV4BSc6RF8-5etgRVDaw/s1600/travel-london-eye-london-england-L-W4eqNr.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDNy1sDCYUPMW8qpeACLNId0ripfdSWdGwxDf1tA612GL42G908_knVgsQhKw_QsLMeLoxWyJsPy37TM0Hb0T1pUMWVjXPT8kZJQmXYx07uYS9vNBEkNPsytACV4BSc6RF8-5etgRVDaw/s1600/travel-london-eye-london-england-L-W4eqNr.jpeg" height="300" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">The London Eye, taken from en.paperblog,com</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tentunya melihat keseluruhan bentang kota London dari ketinggian memiliki kesan spesial tersendiri selain berjalan menyusuri kotanya secara langsung. Coba lihat dokumentasi 360 derajat lanskap pemandangan 24 jam London dari ketinggian London Eye <a href="http://www.sphericalimages.com/videos/london-eye-360-video-24-hour-time-lapse" rel="nofollow" target="_blank">di tautan ini</a>... sungguh Allah Maha Besar, untuk saat ini saya hanya bisa sekadar membayangkan bagaimana pemandangan <i>bird-eye view of London</i> dari mata saya sendiri, biar Dia pula yang menyimpan bagi saya proyeksi lanskap itu dalam kenyataan yang paling jelas bagi saya suatu saat nanti. Amin.<br />
<br />
Jika diberikan cukup waktu longgar, saya akan sangat mempertimbangkan untuk menyisihkan waktu menaiki London Eye baik di waktu siang ataupun malam hari, tidak perlu dalam hari yang sama tentunya. <i>Why I should be in rush when I can finally be there in England, in London? Everything to see, to do, and to experience should worth the wait and wishful hope</i> <i>I spent all along before it; everything from the littlest and mere thing, like what to drink and what to eat... to the possible extend beyond them.</i><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
***</div>
<br />
Inggris juga menarik hati bagi saya untuk berkunjung ke sana, khususnya ke London, karena hal-hal khas yang bisa saya "rasakan" tidak hanya di mata, tapi juga turun sampai ke perut dan hati. Antara lain adalah kebiasaan para British untuk tidak jauh-jauh dari minum teh dengan <i><b>afternoon tea</b></i> yang telah terpelihara sejak lama dan tentunya lebih dari sekedar melibatkan kegiatan meminum teh dengan cangkir-cangkir cantik dan didampingi kue-kue yang manis.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiz9ZBhkjAxNApx9OZVMS5aOAjSRO512OQvrcWEgYAgV69fF_drD5Np3txlgl_gIgNBSUB5jM8OkYPTnPDJLE5KmgZ0TsPNv1SJ5yU10pHHKUxdp-SXKVGMVBbAVFTDvUeVjTDG3spH9n0/s1600/london19+tea.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiz9ZBhkjAxNApx9OZVMS5aOAjSRO512OQvrcWEgYAgV69fF_drD5Np3txlgl_gIgNBSUB5jM8OkYPTnPDJLE5KmgZ0TsPNv1SJ5yU10pHHKUxdp-SXKVGMVBbAVFTDvUeVjTDG3spH9n0/s1600/london19+tea.jpg" height="400" width="248" /></a></div>
Kebiasaan British ini tergambarkan begitu klasik dan penuh kesan, sehingga membuat saya sering membayangkan diri sedang melakukan <i>afternoon tea </i>ketika menyeduh sekantung teh manis di siang atau sore hari. Selain itu juga ada kontribusi dari kisah <i>anime/manga</i> "Black Butler" yang bernuansakan Inggris di era Victorian, di mana kebiasaan tokoh utama untuk menyesap teh di sela-sela waktu sehari-harinya begitu meninggalkan kesan dan membuat saya tergerak membeli <i>earl-grey tea</i> yang harganya bisa dijangkau.<br />
<br />
Untuk urusan perut, saat di mana saya bisa menginjakkan kaki di Inggris akan menjadi kesempatan bagi saya untuk mencoba mencari tempat yang menjual <i><b>fish and chips </b></i>yang enak. Entah sejak kapan saya menyukai panganan ini karena bahannya yang dari ikan dan tepung yang digoreng lalu disajikan dengan kentang yang menjadi nilai bonusnya, dan saya menjadi semakin menyukainya ketika tahu bahwa makanan ini juga berasal dari Britania Raya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCyR7NRWoHtmjwKUSJf7bp_FWLQuBTbhlERo0TDYkfvZa_e7zQcqppW98zp9zEhUKQ3UxaaeeLDs5aobzIMlLR-GzKC9DmzdMXDTmb9OumG1lY92I6zy43fAdxLhYj0ym9emKCcHy14bg/s1600/london-fish-chips.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCyR7NRWoHtmjwKUSJf7bp_FWLQuBTbhlERo0TDYkfvZa_e7zQcqppW98zp9zEhUKQ3UxaaeeLDs5aobzIMlLR-GzKC9DmzdMXDTmb9OumG1lY92I6zy43fAdxLhYj0ym9emKCcHy14bg/s1600/london-fish-chips.jpg" height="200" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Makanan ini katanya populer untuk pesan-bawa, jadi saya akan senang dan tidak perlu terlalu khawatir akan lemaknya karena saya bisa menikmatinya sambil melanjutkan jalan-jalan saya. Lagipula toh memang saya tidak langsung berniat untuk mengakhiri jalan-jalan saya setelah mengisi perut (kita ada di Inggris, demi Yang Maha Kuasa!), ada hal menyenangkan hati lain yang menunggu saya di kota dan justru tepat sekali jika kalori makanan yang masuk bisa dibantu untuk dibakar dalam tubuh dengan melakukan kegiatan jalan-jalan, apalagi jika dengan hati yang bersemangat dan berbahagia karena kegiatan jalan-jalannya dilakukan di London, di Inggris.<br />
<br />
Lebih tepatnya, bersemangat dan berbahagia dalam bayangan saya saat ini tentang London, tentang Inggris. Bayangan dan pengandaian saya yang telah sedari tadi dan dengan susah payah diuraikan dalam rangkaian-rangkaian kalimat dan foto yang menceritakan kesan spesial saya terhadap Inggris, terhadap London sementara saya sendiri secara fisik memupuknya dan mengabadikan sebentuk mimpi tersebut di hadapan sebuah laptop, duduk dan secara praktis tidak berjalan-jalan sejauh pikiran dan angan saya sendiri. Padahal di sisi lain ada nasihat Ibu saya tercinta bahwa seseorang yang masih muda dengan mimpi yang ingin dicapai seperti saya seharusnya lebih banyak bergerak untuk mewujudkannya.<br />
<br />
Dari semua uraian "perjalanan" dalam angan saya tentang London, Inggris itu, nampaknya yang paling dekat untuk dijangkau dalam gerak saya saat ini adalah dalam soal makanan dan minuman; menyeduh teh, dan kalau dikatakan bahwa tidak selalu terdapat <i>fish </i>atau ikan untuk digoreng tepung untuk mendampingi <i>chips... </i>baru ada Mr. Potato yang sudah berhasil memberikan rasa khas <i>chips </i>untuk menjadi pelipur terhadap mimpi "kecil" saya tentang <i>fish and chips </i>yang asli di Inggris, dan kalau tidak keberatan saya ingin titip sebuah pesan singkat :')<br />
<i><br /></i>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghoYtzOO2BjXrnBL-inY0zxJg31-xh4usA1bAMm22qap1zs1DSseTqUqa9VaYIamwp2ZzP10IedkGaKSCE8vPYOSV3rPmSwLnye8AYSm_CvjJ30t_QGNL2c2ijN3BUXanFNPOwvgMCU6M/s1600/PhotoGrid_1400759492620xxfin.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghoYtzOO2BjXrnBL-inY0zxJg31-xh4usA1bAMm22qap1zs1DSseTqUqa9VaYIamwp2ZzP10IedkGaKSCE8vPYOSV3rPmSwLnye8AYSm_CvjJ30t_QGNL2c2ijN3BUXanFNPOwvgMCU6M/s1600/PhotoGrid_1400759492620xxfin.jpg" height="400" width="311" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">A little note. Photo by me.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Suatu hari, cepat atau lambat saya harus ke Inggris, mempertemukan <i>chips</i> dengan <i>fish </i>untuk menjadi <i>fish and chips</i>, mempertemukan teh yang saya seduh di sore hari dengan perangkat dan pernik <i>afternoon tea </i>yang sebenarnya. Inggris akan menunggu saya menyusuri keajaiban dan misterinya, dalam potret-potret dari kisah-kisah berkesan yang pernah saya baca. Inggris juga akan menunggu saya menyusuri jalan-jalan dan lekuknya dengan membiarkan kekaguman saya pada hal-hal apapun yang meninggalkan kesan khusus padanya menuntun langkah saya, membuat saya menjadi bagian dari suasana Inggris yang penuh sejarah namun menjadi suatu klasik.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPD6yzPQzO1bYSEaS7VDyi5jc9JzqOEnrOPaidsfeGs5rAXOnytSRqjnpl3Dht5iwYgAFcaFrvYXJ65JfNFGBvE-YfIuO5_VOp6sbuD9AYYKTjma6aaZ5-8d5alaIYJoKxWEEG0D4kUqk/s1600/london2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPD6yzPQzO1bYSEaS7VDyi5jc9JzqOEnrOPaidsfeGs5rAXOnytSRqjnpl3Dht5iwYgAFcaFrvYXJ65JfNFGBvE-YfIuO5_VOp6sbuD9AYYKTjma6aaZ5-8d5alaIYJoKxWEEG0D4kUqk/s1600/london2.jpg" height="400" width="276" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<i>What you seek is seeking you - </i>Jalaludin Rumi.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Tulisan ini dibuat untuk diikutsertakan dalam even Lomba Blog InggrisGratis yang diadakan @MisterPotato_ID.</div>
<div style="text-align: center;">
The image(s) and photo(s) about England or London used in this blog post which isn't stated as mine are taken from across the web (mainly from Pinterest) and only belonged to its rightful owner.</div>
</div>
K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-44098245515019619742014-05-16T22:30:00.001+07:002014-05-16T22:30:59.087+07:00My Thoughts on "The Amazing Spiderman 2"<div style="text-align: justify;">
It's been soo loong. I don't know what better way to describe "this comeback" in a more proper way anymore. Look at this <strike>tangle of thorns </strike>messy but still lovable web personal space of mine here. Maybe there's barely no people reading it, and the submission writings were not gaining champions or what so called that while I haven't put out the banner etc. I am not whining here, nor winning, lol, there are times for that my friend.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
You know I've had this blog for so long that I can never imagine myself wiped all my writings after all this time (since 2010) to have a fresh, new, more "new image", to reboot this because after all the alay-ness, the unsteady-phase or what so called transition phase I had as a teen starting to write her blog in her junior high school I still thought that this blog has in some way maintained to be a documentation of some stage, some portrait of moments in my life. Though I found myself sometimes cringed or just wanted to laugh at myself reading at my past writings with all the wrYthin9 style possible (but I am not too violent with that, you know, I still managed to make my past-entries to be more readable), I think that knowing how sometimes I found myself recalling the moments and re-thinking and re-picturing about moments I've write here before - moments that I realize is not really being remembered until I read the specific post, it feels that it was amazing.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
So how could I try to wipe and reboot all of this, dear, lone readers who lost or find your way, I ask you?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Whoops, look at the title, I think I managed to get to the topics rather smoothie-ly. LOL.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://projectfandom.com/wp-content/uploads/2013/12/the-amazing-spiderman-2-new-poster.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://projectfandom.com/wp-content/uploads/2013/12/the-amazing-spiderman-2-new-poster.jpg" height="400" width="287" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">This picture aren't miine okay. From here.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
About this movie I put as my title, it's rather to the fact that it is a reboot film of Spider-Man movie for me, I guess. Please note that I don't read the original Marvels comics and will not really responding to have a discussion or debates about the movie-because-the-comics or the like. The Amazing Spider-Man has its new Peter Parker and almost "rebuilt" everything of the story of Spider-Man to refresh the viewers after Spider-Man 3. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
See, I've never talk specifically about a movie to review it before this so I think its good to warn that I won't be really systematic or everything but I'm trying my best to arrange what's my points here. I hope this clear enough. Other notes before I really trying to get to my points is because I care to you so much, I hope you can continue reading with enough understanding about how this title (TASM 2)'s storyline and background story included what's it about in the previous TASM movie, since its almost 9 PM here and I kind of sleepy to recap the synopsis. You do know you always iMDB or the like in your hands.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
If you still don't know, in case, TAS refers to The Amazing Spider-Man, dear, see I am really trying to be considerate here.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
First thing first about the overall movie, I do think that this movie is amaazing, indeed, I repeat, an amazing reboot to built, to have Spider-Man with all the enemies and the story in the other new way after having three Spider-Man movies before. Why can I state this are based on how I appreciate the story's "linearity" about everything in this second installment (oh I love using this phrase, it do seems so magazine-like xD), since everything about the-super-spider and how-the-heaven-it-can-make-Peter-has-superpower, the "absent" of Peter's parent (that we can aware of since TAS first movie), and how it eventually makes way for Peter to Harry Osborn is explained and has the right and logical reason and correlation. It's even pictured better than the previous Spider-Man, which the spiders, the superpowers, even Harry Osborn are now feels so "popped out from somewhere there" compared to how all of that entangled and connected in TASM.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Other appreciation are also the main villain, Electro, that kind of gives me thrills and strummy-sensations yet the cringe-y heartfelt of how he was before he was Electro and after he has become Electro. No wonder and what you can expect from the Academy Awards winning Jamie Foxx can never be less... About the three enemies showing appearance teased in trailers are just meh, hmmkay thing for the Rhino but so much more hmmooches for The Green Goblin, or specifically Harry Osborn. I must admit here that Dane Deehan are waay more fitting as Harry and he can potray a fearful-powerful-unstable-young-adult-snobby-but-actually-sympathizing heir of Osborn... even his physical appearance are really supporting the image of Harry Osborn more than James Franco, especially that powerful fringe (LOL) that gives Deehan a look of being more youthful and "vulnerable" and unstable as a young gentlemen... though of course there's no doubt that Deehan and Franco are both good looking in the general context; calm down! ...and am I showing my bias in Harry/Mr. Deehan here? Sorry for not sorry xD.<br />
<br />
Done praising/appreciating the storyline and has "accidentally" slipped to the cast-talking, then I think we should really take a dive to it xD<br />
<br />
Because this will sent me to the Point I've wanted to say and confess first place until I decided on this entry title, that eventough TASM 2 has amazing story and all but apparently not amazing main-cast of the hero. Hereby I confess that I am not satisfied enough in Andrew Garfield's portraying his own Peter Parker.<br />
<br />
At first place I thought that my explanations would be long but now I think it won't really that long.<br />
<br />
Continuing the matter, I'd like to begin with how much the three installments (uhum) of Spider-Man had left me with so much deep impression of how Tobey Maguire can deliver a Peter Parker who is a very humble, gentle, "selfless" being (in terms of how he would always tend to prioritize others before him) no matter how he's kind of having an alter-ego in becoming a Spider-Man. But I also think why would we have to differentiate Peter Parker from Spider-Man if his famous saying had been (one of them) "Who am I? I'm Spider-Man.".<br />
<br />
All of that without making Maguire's Peter Parker becoming less adorable.<br />
<br />
Yet some viewers had their opinions after TASM 2 that Garfield's Peter Parker are better than Maguire's because of the more-youthful, humorous look and act shown in TASM 2. I am not here to object others opinions, before I stated that of course I also aware and appreciate the "joking" manner that Garfield can show to the viewers of TASM 2 while playing Peter Parker, but the problem is I am having a quite hard time to correlate those "playful manner" with the whole Peter Parker Garfield's trying to deliver or convey in TASM installments.<br />
<br />
I evaluate, as whole, that Garfield's Peter Parker are not as strong as Maguire's in terms of how in every act, every saying or everything he do in the context of being Spider-Man, being a man desperately in love with his girl and and being a bestfriend with some problematic issue are not really coming together, aren't worked out in my perspective.<br />
<br />
What I see is a Peter Parker of Garfield's that is somehow hides some kind of worrying-issue of being close to Gwen (while having images of her late father warn him to keep Gwen away from danger of him as Spider-Man after the first movie's events) but in other hand shows a very "selfish" possession of not losing his girl in any way, even when his girl stated that she pursue an important scholarship in Oxford, UK. Count their kissing scenes, dear, that feels quite excessive and I can not take away my thoughts that while kissing Emma Stone, Garfield can be more enjoying kissing her as his current-boyfriend-real-life than as Peter Parker so in short he/she/them has their own enjoying on their sneaky make out time sorry its rude. Is this the Peter Parker trying to deliver to me as one of the viewers? Because that doesn't worked out for me, I am not impressed by his "more playful manner" that much to state that he can portray his version of Peter Parker.<br />
<br />
I am sorry to say that Garfield's Peter Parker are resulting a very much inconsistent character, he can not deliver a single "line" of Peter Parker on how he behaves and talks throughout the movie, or if he do, that doesn't work for me. I have think that maybe this TASM's Peter Parker are way more different slighly because he's kind of starting as high school student with its teenage issue and all, but in the other hand I still getting impression that somehow the Peter Parker in TASM are still maintaining the qualities of being "noble", and somehow "awkward" like Peter Parker in Spider-Man - yet the outcome is the part when he was supposed to show that he has a noble qualities (say, to not harm Gwen by saying that he sees her late father "images", or not to give Harry his blood so that Harry won't get hurt) aren't going smooth to blend with other qualities of the extent he can be, like being "funny", being so touch-smoochy to Gwen (the public kiss at the graduation party, seriously? What kind of Peter Parker is that who then at night become awkward when Gwen invites him to eat dinner with her family and say that he can not let Gwen be in danger and so on?), and so on. The extent in how Garfield's Peter Parker can show quite a selfish manner to make Gwen not go from his side by having all that ILU in the bridge with his webs are very puzzling to me, to make it together at what is the kind of Peter Parker I have now?<br />
<br />
The Peter Parker I know that has its place since Spider-Man 3 won't be too funny or all that, I admit, but other than being still-adorable, he is a very persistent types of guy who has a lot of feelings not excessively shown but has its own intensity that can be felt in his eyes when he see the other people he loved may have misunderstood him, or when he just decide to stay silent, or saying anythings subtle to keep other people's feelings for what complicated thing they don;t know shoot in becoming a Spider-Man.<br />
<br />
...well, I am also aware that perhaps I have been too attached to the portraying of Peter Parker from Tobey Maguire after all this time, and I have ponder about it but I decide that actually that's not really relevant to bring up because I consider myself to be quite objective of what I saw in movies, give it prove to the character Harry Osborn, which apparently the "new" cast can worked it out well despite his physical qualities. I wonder why can not it applies to for Peter Parker as well?<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSwt8yCPZCezF9f62xvRbs7aXQJt-XztJHbrJMz-W9-SIsJpYsnqnwi5nE8sD_sMraGGENv08Qn4ot04UfxfRfFLDDQCEYrFxBR9p8PVqYTh2ODBvXt-k7oLTHmsa8k7ub7Vl_NekKNq8/s1600/tumblr_m6wp3qL0Zh1qbwsdco1_500.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSwt8yCPZCezF9f62xvRbs7aXQJt-XztJHbrJMz-W9-SIsJpYsnqnwi5nE8sD_sMraGGENv08Qn4ot04UfxfRfFLDDQCEYrFxBR9p8PVqYTh2ODBvXt-k7oLTHmsa8k7ub7Vl_NekKNq8/s1600/tumblr_m6wp3qL0Zh1qbwsdco1_500.gif" /></a></div>
<br />
Eventually, evrything are not meant to be perfect, so there's always room for being better, and that also applies to good movies that can always be better in the future^^ </div>
K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-52904236217014052182014-01-24T12:23:00.000+07:002014-01-24T12:23:18.507+07:00Rounds of self-consolement :"What Does My Name Mean? Khairisa, The Meaning of Names (1995-2-21)<br />
<br />
What does the name “Khairisa” mean? A name is much more than just a name!<br />
<strong>K</strong> <small><em>is for</em></small> kindness, you always show.<br />
<strong>H</strong> <small><em>is for</em></small> handy, the helpful you.<br />
<strong>A</strong> <small><em>is for</em></small> admirable, you certainly are!<br />
<strong>I</strong> <small><em>is for</em></small> impressive, your list of qualities.<br />
<strong>R</strong> <small><em>is for</em></small> rapport, friends seek you.<br />
<strong>I</strong> <small><em>is for</em></small> intense, your zest of living.<br />
<strong>S</strong> <small><em>is for</em></small> serene, your calm time.<br />
<strong>A</strong> <small><em>is for</em></small> able, for you surely are.<br />
Out of 5,364,811 records in the U.S. Social Security Administration public data, the name <em>“Khairisa”</em> was not present. It is possible the name you are searching has less than five occurrences per year in each state. You might want to use a short version of your <strong>first name</strong> or perhaps your nickname.<br />
On the other hand, you simply have a name that no one else in America is using. For 132 years only your parents have thought of using your name. <em>Hoorah! You are a unique individual.</em><br />
<br />
Your name in reverse order is <em>“Asiriahk”</em>. A random rearrangement of the letters in your name <em>(anagram)</em> will give <em>‘Riaihask’</em>. <small><em>(How do you pronounce that?)</em></small><br />
<br />
<strong>Your past life <em>Khairisa:</em></strong><br />
I do not know how you feel about it, but you were a <strong><em>female</em></strong> in your last earthly incarnation. You were born somewhere around the territory of <strong><em>Southern Australia</em></strong> approximately on <strong><em>1250</em></strong>. Your profession was <strong><em>shepherd, horseman, forester</em></strong>.<br />
<em>Your brief psychological profile in that past life:</em><br />
You are a person with huge energy, good in planning and supervising. If you were just garbage-man, you were chief garbage-man.<br />
<em>Lessons that your last past life brought to present:</em><br />
Your lesson – to learn humility and faith in spiritual principles. You should believe in High Reason.<br />
Now do you remember?<br />
<br />
What Happened On February 21, 1995<br />
<br />
1995 –Steve Fossett lands in Leader, Saskatchewan, Canada becoming the first person to make a solo flight across the Pacific Ocean in a balloon.<br />
<br />
Source: <a href="http://www.TheMeaningOfNames.org/">The Meaning of Names</a><br />
<br />
<br />K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-50856106241960063882013-12-31T21:29:00.004+07:002013-12-31T21:38:35.584+07:00Cahaya Lilin dan Kembang Api<div style="text-align: center;">
<i><b>Cahaya Lilin dan Kembang Api</b></i></div>
<div style="text-align: center;">
Sebuah Cerpen
Tahun Baru</div>
<div style="text-align: center;">
Khairisa Ramadhani Primawestri
</div>
<div style="text-align: center;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAJPKxlPW2DoR8hgyGvyh3xwauzDH_mcD_2dm39TLD6VdBRoNVahD7RMsOC-5OEKXzBf8vDjkjwK9-kTpEx3ys4nkv_EEvuLXAC9Fti9FsulnUvQ7tgMSV_mA_wGUKiyXdfPbwHOGgMqY/s1600/banner_nulis_kilat-300x112.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAJPKxlPW2DoR8hgyGvyh3xwauzDH_mcD_2dm39TLD6VdBRoNVahD7RMsOC-5OEKXzBf8vDjkjwK9-kTpEx3ys4nkv_EEvuLXAC9Fti9FsulnUvQ7tgMSV_mA_wGUKiyXdfPbwHOGgMqY/s1600/banner_nulis_kilat-300x112.png" /></a></div>
<br /></div>
<hr />
<br />
Salah satu dari sekian hal yang paling kusyukuri ketika bersamanya adalah hal yang seperti ini. Ketika aku bisa diam-diam memerhatikan sosoknya dengan jangkauan lebih luas dari sekadar sudut mata karena kami tengah bersisian dan dia sedang disibukkan dengan hal lain yang sedang dilihatnya. Kembang api di langit tahun baru, meski kalau bagiku itu hanya sebagai penghias dari kebersamaanku dengannya. Meski demikian, aku masih memutuskan apakah bersit senyum dan sinar mata yang tercipta di parasnya menanggapi keindahan kembang api itu pun hanyalah hiasan seperti halnya kembang api itu sendiri.<br />
<br />
“Kenapa kamu bengong?” tanyanya setengah-geli, sebuah kernyit ingin tahu yang manis dan tak menghakimi merekah di wajahnya. Rupanya dia menyadari sikapku yang hanya menatapnya diam alih-alih menatap kembang api yang sedari tadi beratraksi di langit malam.<br />
<br />
“Aku tidak bengong.” kilahku sederhana, serta-merta dan benar adanya meski tak mampu juga kesembunyikan perasaan salah tingkah di bawah pengaruh senyumannya. Bukan karena alasan klise seperti menyelamatkan harga diri laki-laki, namun karena memang demikianlah adanya. Bukan hal baru kalau diamku sering diartikan tak sedalam yang sebenarnya. Sejak orang-orang lama mengenalku, aku memang selalu menjadi tipikal laki-laki yang kata-katanya seakan terlalu kecil dibandingkan dengan apa yang sebenarnya dirasakan. Apalagi jika kita menyinggung kembali momen ini, dengan dia dan aku yang berdiri bersisian, dihiasi letusan kembang api di langit tahun baru. <br />
<br />
Karena sedari tadi aku memang tidak bengong, rasanya sedari tadi aku hanya berusaha mencerna besarnya nilai momen ini bagiku. Aku masih memutuskan apakah bersit senyum dan sinar mata yang tercipta di parasnya menanggapi keindahan kembang api itu pun hanyalah hiasan seperti halnya kembang api itu sendiri.<br />
<br />
Ataukah...<br />
<br />
Letusan kembang api berikutnya terdengar, serta-merta membuat kedua binar matanya melebar dalam keterkejutan dan kegembiraan yang apa adanya dan kekanakan. Dialihkannya kembali perhatiannya untuk mendongak menatap langit malam yang sedang menyajikan hidangan terbaik di permukaannya yang halus. Selama sepersekian lama, kibasan rambutnya yang halus panjang menerpaku, membuatku menghirup wangi bersih samponya yang masih tersisa, juga aromanya sendiri yang sudah begitu kukenal sehingga sudah seperti kuanggap menjadi bagian dariku.<br />
<br />
Aku masih berusaha memutuskan jawabannya, sampai ketika terlihat kembali olehku cahaya senyum dan tatap matanya. Kukira jawabannya tidak sepenting keharusanku mensyukuri setiap detil momen ini. Dirinya.
<br />
<br />
***
<br />
<br />
Hal lain yang terjadi ketika kami bersisian seperti ini adalah kadang-kadang aku juga berusaha menemukan interpretasinya mengenai momen yang sedang kami alami bersama, entah melalui simpul senyumnya atau berkas-berkas binar matanya. Aku mendapatinya terasa sama-sama esensialnya dengan menyelami interpretasiku sendiri tentang setiap momen kebersamaan kami yang sederhana. Memastikan kebahagiaannya adalah sama pentingnya dengan memastikan kebahagiaanku sendiri. Aku tak ingin melewatkan sedikitpun petunjuk di matanya, senyumannya, gestur tubuhnya.<br />
<br />
Seperti saat ini, terlepas dari kebahagiaan yang jelas terasakan olehnya karena kembang api itu serta rasa aman dan nyaman yang ditunjukkannya karena bersamaku, aku mengira ada sesuatu yang terungkap lebih di pandangan matanya. Binar cokelat kembar yang kukenal itu memang tengah menengadah menatap keriaan langit malam itu dengan kagum dan gembira, namun ada sesuatu dari tatapannya itu yang terasa seakan berkata ada sebagian pikirannya yang tidak berfokus pada atraksi langit itu.<br />
<br />
“Tidakkah kamu pikir, pasti akan hebat menjadi seperti kembang api?”<br />
<br />
Rupanya aku tidak perlu memertanyakannya lebih jauh karena dia kemudian berucap ketika cahaya kembang api di langit nampak bertempias di wajahnya sementara ia tetap mendongakkan kepala mengaguminya, “...menyebarkan warna dan keindahan yang akan meninggalkan rasa kagum di sekitarnya.” ia berujar, agaknya lebih kepada dirinya sendiri. Kadang perilakunya ini mungkin tak dimaksudkannya, namun aku sudah terlalu terbiasa untuk tidak pernah membiarkan telingaku lengah dari perkataannya.<br />
<br />
Aku mendesah, “Kembang api tidak lebih dari percikan api yang dibuat lebih artifisial, atau entahlah itu. Lagipula itu pun tak berlangsung lama, sesaat meledak kemudian hilang dalam kegelapan.” kilahku sederhana dengan jenis gaya pengucapan yang tidak dimaksudkan untuk menyerang pendapatnya, namun semata-mata hanya mengungkapkan apa yang menjadi pendapatku. Meski demikian, sorot mata dan ekspresinya tetap menunjukkan perubahan tertentu yang akhirnya membuatku melanjutkan ucapanku setelah memaksa diri menyusun kata-kata, “Tahu tidak…” aku memulai, “bagiku, dengan caramu sendiri, kamu lebih dari sekadar hal seperti itu. Aku lebih suka melihat kamu seperti cahaya sebatang lilin...”<br />
<br />
Binar kembar itu, senyum itu, keberadaannya di sisiku…<br />
<br />
“…kamu mampu memberi hangat dengan cara yang paling sederhana.”
<br />
<br />
***
<br />
<br />
Kata-kataku itu pun kemudian memang membungkamnya diam. Perlahan, dalam hening jeda waktu yang terasa agak malu-malu ia pun meraih lembut jemariku. Kalau sudah begini, jemariku adalah yang kedinginan dan miliknya selalu menjadi yang mempunyai kehangatan yang kubutuhkan. Seperti sebuah refleks, aku balas merengkuh hangat jemarinya dengan keeratan yang seolah sudah kami sepakati karena tak membuatnya mengernyit tapi cukup memberikan hangat yang kuperlukan. Kusadari kepalanya yang kemudian sedikit tertunduk ketika aku berpaling menatapnya beberapa saat setelahnya.<br />
<br />
Di suatu sisi, aku tahu kata-kataku itu mungkin berhasil memberikan sebuah makna yang cukup mendalam untuk membuat perhatiannya sejenak teralihkan dari atraksi langit di atas kepala kami. Namun entah kenapa, di sisi yang lainnya, aku menyadari bahwa bahkan dengan semua itupun ia tetap tertuju pada kembang api itu meski kepalanya telah ditundukkannya seperti sekarang. Ya, itu karena aku sudah merasa begitu mengenalnya dan andaikan saja perkiraanku itu hanyalah rekaan.<br />
<br />
“Meski demikian, kembang api akan membuat banyak orang terpukau, kan.” katanya lirih, membuat sebersit nelangsa diam-diam pun terbit dalam hatiku ketika mendengarnya. Kata-kata itu membuktikan perkiraanku meski itu tak kuharapkan. Angin malam yang sedari tadi tidak kupedulikan pun mendadak terasa begitu keji menghembus beku mengalahkan lapisan jaketku, diikuti rasa serupa yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan angin malam itu, hanya saja sama dinginnya. Andai dapat kutepis atmosfer ini dari dalam hatiku sebagaimana perasaan ini terasa tidak sesuai dengan betapa membahagiakannya sebenarnya kebersamaan ini bagiku, dengan jemarinya tergenggam di tanganku.
<br />
<br />
***
<br />
<br />
Memangnya mengapa tidak dengan sesuatu yang lebih sederhana seperti cahaya api pada sebatang lilin? Mengapa perlu menjadi percikan memukau jika sinar lemah pun sudah mampu menghangatkan?<br />
<br />
Sejak dulu aku memang bukan sosok yang suka menipu diri sendiri, bahkan tidak oleh keindahan kembang api di atas sana yang bagiku hanya dramatisasi sebuah bunga api untuk memanjakan mata dan memeriahkan suasana. Sekali lagi, keindahan kembang api itu hanyalah hiasan yang bisa dengan mudah kuabaikan jika dibandingkan dengan dirinya dan juga kebersamaan ini. Hanya saja, perasaan yang mendadak terpercik di dalam hatiku ini bukan sesuatu yang dilebih-lebihkan, ini hal yang nyata… dan ini hal yang meresahkanku. <br />
Karena malam ini tiba-tiba terasa begitu dingin bahkan setelah aku telah menggenggam tangannya yang mungil. Tidak ada yang bisa kuharapkan dari kembang api di atas sana untuk bisa meredakan dingin yang kurasakan. Di saat seperti ini, dengan gemebyar kembang api yang sedari tadi beratraksi di atas kepala kami, aku justru membayangkan seberkas cahaya lilin yang akan mampu menghangatkan kedua tanganku.<br />
<br />
Aku bertanya-tanya apakah dia pernah mencoba melihat sebatang lilin yang menyala dengan cara yang sama seperti ketika ia melihat kembang api itu. Sesungguhnya itu adalah pertanyaan yang sudah begitu lemah untuk dipertanyakan jika aku membuka segenap kesadaranku bahwa aku sudah begitu mengenalnya untuk bisa mengerti apa jawaban sesungguhnya. Begitu lama aku telah terbiasa menatap matanya, mendengar suaranya, memeluk tubuhnya, menggenggam tangannya. Betapa kata-kata yang terucap kadang sudah terasa tak perlu karena aku seakan telah bisa memahami apa yang ingin disampaikannya dalam diam kebersamaan kami. Semua ini, pada dasarnya adalah sesuatu yang selintas terlalu manis, namun ketahuilah betapa banyak yang terpaksa kutahan untuk tidak terucap ketika menghadapi setiap pemahamanku akan bahasa tak terucapkannya padaku.<br />
<br />
Seperti saat ini, ketika dengan tangannya di dalam genggamanku, aku tahu betapa keterpesonaannya pada kembang api takkan semudah itu goyah, bahkan oleh ketulusan dan pengyakinan kata-kataku. Betapa ia selalu menjadi wanita yang sedemikian kukenal, tidak ingin menyulut sepercikpun api yang menurutnya tidak perlu pada kebersamaan kami yang ia tahu selalu berarti untukku. Betapa ia pun tetap tahu bahwa aku tidak menilai kembang api sebagai sebuah ideal seperti dirinya. Namun ia selalu hanya demikian, hanya jemarinya yang bergerak kepadaku, mengizinkanku menggenggamnya dan ia hanya terdiam menundukkan kepalanya dari kembang api di atas kepala kami.<br />
<br />
Ia tahu bagaimana aku adalah laki-laki yang tidak ingin dibuai oleh kesemuan artifisial. Bagaimana aku lebih menghargai hal-hal yang apa adanya dan nyata nilainya, sehingga bagiku kembang api hanyalah bunga api yang dilebih-lebihkan sebagai hiasan.
Betapa aku mencintainya untuk segala upayanya agar membuatku tidak perlu memermasalahkan hal-hal yang terlalu tak berharga dan hanya akan menjadi penyulut api yang akan memisahkan di antara kami. Aku mencintainya, meski dengan cara ini ia telah menjadi begitu keras kepala untuk tidak pernah benar-benar merunut perbedaan pandang kami yang sebenarnya sederhana.<br />
<br />
Aku pun sungguh-sungguh berusaha mencintainya, karena dengan pandanganku yang seperti itu pun tak kubiarkan diriku buta akan fakta bahwa dirinya adalah wanita yang begitu menghargai keindahan angan-angan dan impian. Itu adalah dirinya dan aku mencintai dirinya sehingga ketika momen seperti saat ini datang mengingatkan perbedaan itu, aku mencoba untuk menunjukkan padanya betapa aku mencintainya dengan memertahankan eratnya genggamanku pada jemarinya.<br />
<br />
Kuharap itu bisa membuatnya mengerti bahwa aku berusaha memahaminya dan aku tidak akan menginjak-injak hal-hal yang menurutnya berharga dalam penilaiannya. Kuharap, ini juga akan cukup membuatnya sejenak melihat bagaimana aku mengartikan kembang api dan dirinya dalam sudut pandangku dan mungkin ia akan mendapatinya sebagai hal yang menyenangkan hatinya. Mungkin malah sebagai hal yang lebih baik baginya.<br />
<br />
Namun dalam diam itu kami mungkin telah berharap dan memahami hal yang jauh berbeda. Perjalanan sekembalinya kami dari gempita tahun baru di Simpang Lima dihiasi diam yang mungkin menjadi hasil dari ke mana pikiran masing-masing kami telah menyimpang jalan yang berbeda.<br />
<br />
“Terima kasih untuk malam ini,” kataku akhirnya ketika menurunkannya di depan rumahnya, memang bukan pemecah-hening yang resolutif setelah pertentangan subtil dalam pendirian kami, entah kami mengakuinya ataupun tidak, “semoga adikmu nggak marah karena kamu pulang malam di hari seperti ini.”<br />
<br />
Dia hanya membalasnya dengan senyum yang juga tentu saja sangat kuhafal sehingga aku tidak perlu mengira-ngira ketulusan yang terkandung di dalamnya, “Kamu kenal keluargaku, kita nggak merayakan tahun baru seperti hari besar...” ujarnya sembari mengangkat bahu, menelengkan kepalanya ke satu sisi sebelum menambahkan dengan sedikit tersipu, “aku juga terima kasih, ya. Lagipula kau mengantarku pulang tepat waktunya ketika adikku selesai menonton perayaan-perayaan tahun baru bersama teman-temannya.”<br />
<br />
Kau tahu, meskipun aku selalu tak alpa untuk membanggakan bagaimana aku sudah mengenalnya begitu lekat dalam kebersamaanku dengannya selama ini, itu bukan berarti bahwa aku telah kebal dari sensasi hangat dan menggelitik di suatu tempat di dadaku pada banyak jenis senyuman, tatapan, dan suaranya.<br />
<br />
Kubiarkan diriku beringsut mendekat untuk memberinya kecup manis di antara kedua alisnya, membiarkan bibirku mencecap halus kulitnya dan mungkin selapis tabur bedak yang masih tersisa di sana, tak mengapa. Kecupan itu memang merupakan perilaku yang sedikit memuat ego seorang lelaki yang telah mengatasnamakan seorang wanita sebagai “miliknya”, meski bagiku pun ungkapan sedemikian serasa sebagai suatu anggapan yang kolot dan terlalu posesif. Aku tahu bahwa wanita akan menjengit menjauh ketika sayapnya dikekang, bak burung merpati yang tetap mengharapkan dirinya dapat terbang untuk menemukan perjalanannya. Tapi baiklah, setiap kalinya juga aku berharap bahwa akulah tempatnya mendarat pulang. Bagaimanapun, aku tetaplah laki-laki juga.<br />
<br />
Ada selapis sendu di bola mataku yang kini memandang dirinya yang memejamkan mata pada kecup singkatku, terasa nyata kembali bagiku bahwa aku mencintainya dan bahwa aku adalah untuknya. Semakin meyakinkan bagiku bahwa aku dan dia adalah sempurna yang semestinya meski tidak ada satu pun dari kami yang sempurna, namun di antara kami terjadi reaksi kimia yang setimbang dalam ragam komposisi masing-masing. Bahwa yang kumiliki untuknya, adalah apa yang memang diperlukan untuk mencintainya. Bahwa caraku untuk mencintainya akan menyempurnakannya sebagaimana aku selalu merasa sanggup menaklukkan dunia jika senyumnya terbit untukku. Aku tidak ingin menggantinya dengan yang lain, aku tidak ingin kehilangan dia.<br />
<br />
“Tadi… kembang apinya bagus kan?” tanyanya lirih, “kalau waktunya tiba, kamu pasti akan paham.”<br />
<br />
“Berpengaruhkah kalau aku bilang bahwa bagaimanapun aku tetap cinta kamu?” sahutku, berhasil memicu kerling geli di mata dan sudut bibirnya meski bagiku senyumku sendiri terasa hambar. Betapa dia juga telah begitu mengenalku untuk tahu bahwa aku bukan jenis laki-laki yang berkata-kata dalam penggombalan kosong.<br />
<br />
“Kalau kamu mencintaiku, kamu pasti akan paham.”<br />
<br />
Di matanya aku melihat selapis harap, di atas binar matanya yang biasanya akan kureguk dengan tak puas-puasnya. Alih-alih menjawabnya, aku menggerakkan diriku untuk menyentuhkan bibirku ke kedua kelopak matanya, setengah berharap bahwa entah bagaimana aku akan dapat membersit selapis harap itu dari binar matanya dengan kecup itu.<br />
<br />
“Aku mencintaimu.”<br />
<br />
Mungkin aku sendiri juga keras kepala, tapi bukankah bukan itu yang penting? Aku mencintainya, itu yang terpenting. Bagiku dia adalah cahaya lilin yang kutangkupkan dengan kedua tanganku, aman di sana, menghangatkanku dalam sinarnya yang sempurna bersahaja, karena aku dapat melihat keindahan terkecil dalam dirinya. Bukankah seseorang tak dapat mengenali keindahan dirinya sendiri sehingga butuh seseorang lain untuk meyakinkannya? Akulah seseorang tersebut baginya. Aku berbeda dari semua pengagum butanya yang lain. Aku mencintainya, aku mencintainya. Untuk malam ini, aku akan pulang dengan memastikan diriku telah mengatakannya padanya, mengingatkannya, meyakinkannya. Sudah tentu jauh lebih baik daripada sekadar “selamat malam”.
<br />
<br />
***
<br />
<br />
Perjalanan pulangku menuju rumah kontrakanku mengharuskan mobil yang kukendarai untuk melewati jalan raya yang memanjati bukit Gombel. Di sanalah tempat yang di kala malam merupakan titik andalan untuk menyaksikan titik-titik lampu-lampu kota Semarang yang secara keseluruhan nampak seperti langit malam yang terbalik. Setidaknya itulah yang pernah dikatakannya padaku suatu kali saat aku berkendara dengannya menuju sebuah restoran yang menjadi tempatku mengajaknya makan malam.<br />
<br />
“Kalau di bawah sana itu umpamanya langit, aku akan menjadi kembang api yang menghiasinya.” katanya waktu itu, menengok kepadaku dengan senyuman yang memancar hangat, penuh harap.<br />
<br />
“Kamu nggak perlu memaksakan diri, tahu. Orangtuamu mengharapkan kamu bersinar sempurna, mereka menitipkan kamu padaku agar aku menjagamu.”<br />
<br />
Aku menjawabnya dengan mengacu pada kenangan akan kedua orangtuanya yang telah lama tiada, meninggalkan amanah bagiku sebagai laki-laki yang mengenalnya dari sejak sebagai teman sepermainan hingga nanti menjadi teman hidupnya. Memang, aku tidak serta merta mengiyakan pengharapan idealismenya yang sedang muncul itu. Aku tidak ingin berbohong sekaligus mengambil resiko membuatnya salah paham bahwa aku tidak yakin terhadapnya seperti yang ia harapkan.<br />
<br />
Kurasa aku pun juga tidak salah memerlakukannya ketika sebelah tanganku kubebaskan sesaat dari roda kemudi untuk menepuk halus pipinya.<br />
<br />
“Aku beruntung punya kamu, kamu tahu. Kamu membuat aku lebih kuat berjuang untuk membuat adikku lebih kuat dariku, dan kamu menjadi contoh bagi adikku setelah Bapak dan Ibu pergi…” ujarnya lirih, mengulurkan tangannya untuk menyentuh sisi wajahku yang secara otomatis juga memicu sesuatu bak sengatan listrik yang seakan mewakili bagian lain diriku yang iri akan sentuhan itu, mengharapkan lebih.<br />
<br />
“Bersama kamu, rasanya aku percaya kalau aku bisa lebih dari diriku sendiri.” ia melanjutkan, suaranya terdengar sedikit bergetar. Selanjutnya seakan-akan ada sesuatu yang begitu rapuh tengah mengambang di udara di sekitar kami karena berat kata-katanya. Hangat dari bekas sentuhan jemarinya terasa semakin nyata dan merasuk, karena perkataannya menajamkan kenyataan bagiku sebagaimana baginya pula ketika tercermin dalam kesungguhan yang dia tunjukkan ketika mengatakannya.<br />
<br />
Saat itulah pertama kali nyata dalam kesadaranku bahwa dia sudah seperti nyala lilin yang selama ini telah kujaga sinarnya dengan kedua telapak tanganku, dan aku tidak ingin dia padam. Telah kubiarkan tanganku mengenali hangat yang dipancarkannya sehingga aku seakan-akan tahu angin sekuat apa dan yang mengarah dari mana yang akan mengancamnya, sedangkan dirinya sendiri tidak mengetahuinya karena tanganku telah menghalau ancaman itu terlebih dahulu untuk dikenalinya. Membiarkannya mengejar bayangan kembang api yang menjadi idealnya berarti seperti melepaskan nyala api lilin dari sumbu yang menopangnya, dan dari hangat telapak tanganku yang selama ini menjaga dan mengenalnya. Ia pun akan menjadi tak lebih dari nyala api yang tak tahu arah, tak lagi menghangatkan dan akan kehilangan dirinya sendiri kala ia bermaksud melukisi langit malam yang tidak menyediakannya sumbu untuk berpijak.<br />
<br />
Namun di saat yang bersamaan pun aku tahu bahwa aku memang mencintainya, cinta yang tidak sesederhana dan selugas yang ditemukan dalam sebagian besar fiksi. Aku mencintainya, dengan serangkaian cara dan pandangan yang kususun dari pengalamanku bersamanya. Lalu di malam waktu itupun, aku kembali menutupnya dengan mengatakan bahwa aku mencintainya. Seperti waktu malam itupun, malam ini aku juga berharap agar itu cukup, itu akan meyakinkannya, akan menyadarkannya.
<br />
<br />
***
<br />
<br />
Orang lain akan melihatnya sebagai kesempurnaan, dalam pandangan mereka yang justru sedang tidak benar-benar melihatnya, tidak seperti diriku. Orang lain yang melihatnya akan berkata padaku dengan decak dan tatap mendamba bahwa dia selaksa bidadari jatuh, yang sedang menyusun kembali jalannya ke langit. Bahwa tinggal menunggu waktu saja sampai langit akan memanggilnya untuk menjadi bidadari yang menghiasinya, menambah jajaran bidadari yang lebih dulu tinggal di sana.<br />
<br />
Mereka juga akan bilang bahwa aku adalah manusia yang sangat beruntung, dan baiklah aku akui bahwa di satu hal itu dan hanya satu hal itulah mereka benar. Sungguh benar bahwa aku beruntung dapat bersamanya, dapat mengenalnya, dapat menjaganya. Kehadirannya adalah cahaya yang menyingkirkan ketakutanku akan gelap di jalan yang kulalui, dengan senyumnya, tawanya, kecupannya, sentuhannya. Bersama dengannya aku pun sekaligus menyusun diriku sendiri menjadi laki-laki yang paling dimaksudkan untuk mencintainya, memacu yang terbaik dari diriku agar bisa kuberikan padanya, pada masa kini dan masa depannya.<br />
<br />
Dengan demikian kurasa setelah kepergian orangtuanya, hanya aku yang tahu bahwa ia serapuh cahaya lilin kalau memang benar bahwa ia telah terjatuh dari langit. Ia akan membutuhkan sepasang tangan yang akan menjaga dan melindunginya dalam kemurnian yang dimilikinya, menjaganya tetap hangat. Sekali lagi, aku juga merupakan orang yang beruntung karena tahu hal ini dibandingkan mereka yang lain, pengagumnya yang menyedihkan.<br />
<br />
Selama ini telah kuremehkan mereka yang terpesonakan oleh cahayanya, membuatku naif pada posisi dirinya terhadap perkataan dan keterpesonaan para pengagum dan orang-orang lain yang tidak mengenalnya sebaik aku. Di suatu sore yang sejatinya bercuaca menyenangkan untuk bercengkrama di atmosfer nyaman kafe Oasis, rupanya paduan dari furnitur kayu yang tertata apik dan cita rasa masakan yang memanjakan lidah menjadi bukan apa-apa lagi ketika aku mendengar prospek rencana di luar akal sehatnya yang ia utarakan padaku.<br />
<br />
“Kamu ingat apa kataku dulu, bukan? Ini kesempatanku untuk bisa menemukan jalanku ke langit dan menjadi kembang api yang memesona semuanya!”<br />
<br />
Bobot kata-kata yang diucapkannya kembali terasa seperti malam itu ketika kami berkendara melewati jalan raya bukit Gombel, namun kenyataan yang terasa begitu tajam telah menusukku dalam keterkejutan yang membuatku ingin menyangkalnya habis-habisan. Aku hanya menatapnya tanpa berkata-kata, meresapi pandangan matanya yang penuh harapan itu sekaligus sadar sepenuhnya bahwa aku ingat dan tidak dapat menyangkal.<br />
<br />
Aku ingat perkataannya waktu itu, pada titik-titik cahaya kota Semarang di malam hari bagaikan sajian langit malam yang terbalik dan aku tidak menyangkalnya. Di saat yang bersamaan, aku pun mengingat bahwa aku tidak bisa kehilangan sosoknya yang bagai api lilin yang telah kujaga di antara kedua telapak tanganku. Aku ingat bahwa karenanya lah aku tahu bahwa aku memang mencintainya dan aku tidak akan membiarkannya melejit tanpa sumbu lilinnya ke langit malam yang tidak memiliki sepasang tangan untuk menjaganya.<br />
<br />
“Aku sudah mengenal kamu lebih dari yang kamu tahu dan harapkan…” aku memulai, “dan aku mencintai kamu selama ini, lebih dari yang kamu tahu dan harapkan. Karena itulah aku harus bilang padamu kalau rencana itu tidak semestinya buat kamu, aku tidak ingin kehilangan kamu…”<br />
<br />
Kuulurkan tanganku untuk me-reka ulang momen itu di perjalanan kami melewati jalan raya bukit Gombel, dan tanpa sempat kuhela aku membiarkan sebersit pemikiran bahwa mungkin saja aku telah terlambat menjadi cukup melesak dari ruang pikiranku dan memberikan tumbukan ngilu di rongga dadaku. Namun seperti biasanya ia hanya tersenyum dan memejamkan matanya menanggapi sentuhanku, membuatku tersadar akan hal lain yang selama ini telah luput dariku. Kenyataan bahwa ia mendengarkan perkataan mereka dan bermaksud menjadikan kandungan perkataan-perkataan para pengagumnya sebagai sumbunya untuk melebarkan cahayanya berubah menjadi kembang api yang warna-warni, karena ia ingin memesona semua orang, membuat semua orang dan lebih banyak orang tertempiaskan pesonanya.<br />
<br />
“Kamu tidak mengerti, aku tahu dan sangat menghargai betapa kamu selalu begitu baik. Sungguh, cuma kamu yang tidak mengharapkan hal-hal yang muluk padaku. Namun aku tidak bisa membohongimu. Kamu tahu ‘kan bahwa aku selalu bermimpi menjadi kembang api yang memukau bagi semua orang… tidakkah seharusnya juga cuma kamu yang akan memaklumi mimpiku itu?”<br />
<br />
Tidakkah?<br />
<br />
“Apakah kamu sadar, kalau kamu melepaskan diri jadi kembang api di sana, aku tidak lagi bisa menjagamu? Lalu mereka… mereka yang kau bilang akan terpesona, mereka akan terus menerus membuat kamu harus lepas terbakar di langit, membakar dirimu sendiri, sekejap hilang setelahnya ditelan gelap. Aku sudah berjanji untuk melindungi kamu, aku mengenal kamu…” kubalas perkatannya bagaikan kedua tangan yang bergetar dalam upayanya yang mulai terasa sia-sia untuk memertahankan sebentuk cahaya lilin di sana, dan sedemikianlah terdengarnya suaraku, bergetar.<br />
<br />
Di saat yang bersamaan pula, aku panik, panik bila telapak tanganku telah menyenggol cahaya lilin itu terlalu kuat dan justru mengancamnya… “mengapa kamu terus berkeras hati mengharapkan hal seperti itu? Tidakkah kamu mengerti bagaimana caranya seberkas api lilin bisa menjelma menjadi semburan bunga api di langit kalau tidak padam lebih dulu oleh kuatnya angin?”<br />
<br />
“…bisa-bisanya kamu tega bicara seperti itu terhadap apa yang kamu tahu selalu jadi mimpiku?!”<br />
<br />
“Aku hanya ingin menjaga kamu, karena aku mencintaimu! Apakah kamu kira aku akan membiarkan kamu hilang sendirian di tengah gelap hanya dengan gebyar artifisial sesaat sebagai bayarannya?”<br />
<br />
Aku panik, tapi aku juga mencintainya dan aku tidak ingin kehilangan dia. Kalut. Jika dia memang mengetahui dan menghargai bagaimana arti dirinya untukku, mengapa dia menolak menjadi aman dan terjaga seperti api lilin yang menghangatkan kedua tanganku?
Kalau memang benar aku mencintainya, apakah itu pun diiringi dengan kenyataan bahwa ia mencintaiku?<br />
<br />
“Tidak, kamu salah… Tidak, jika demikian katamu, maka kamu tidak mencintaiku…”<br />
<br />
“Bukan kamu yang memutuskan perasaanku, kamu tidak bisa…”<br />
<br />
“Sudah cukup…”<br />
<br />
Telapak tanganku yang menjaganya selama ini ternyata tidak hanya gemetar, namun kini malah secara tak terkendali teremas dan terkepal, teremas dan terkepal. Telah kupadamkan api lilinku yang kulindungi selama ini, dengan kedua tanganku sendiri. Api lilin yang telah kucintai dengan caraku, namun hendak menjelma menjadi fragmen cahaya kembang api yang bahkan tidak dapat kutangkupkan kedua tanganku melingkarinya. Barangkali aku telah terlalu dalam mencintai cahaya lilinku dan dibuat buta seperti orang lainnya di bawah gemebyar atraksi kembang api di tahun baru.
<br />
<br />
<br />
<br />
<hr />
<br />
<div style="text-align: center;">
31 Desember 2013</div>
<div style="text-align: center;">
9:04 PM</div>
<div style="text-align: center;">
Semarang
</div>
K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-21640165463013794342013-08-15T16:52:00.003+07:002013-08-15T16:52:54.763+07:00all of this are meant to be a journal, by the way.Apa faedahnya dulu sekali ketika kira-kira saya masih SMP – untuk membuat blog? Pertamanya bisa dibilang sebagai semacam buku diari (yo apa kabar masa lalu, halah). Lalu sempat “getol”, banyak blogwalk dan linkback dan seterusnya, sampai tiba juga masa-masa terdistraksi untuk mendedikasi terhadap blog ini. Sebabnya macam-macam, antara lain karena pilihan aktivitas di dunia maya (…) yang semakin beragam.<br />
<br />
Rasanya sudah pernah saya alami semua dari jaman sayang Friendster, lalu Facebook, lalu Tumblr sampai Twitter dan Roleplay Text-Based (sampai sekarang sih, kalau yang dua terakhir, ha) dan entah apa lagi yang tidak saya ingat ketika menulis ini. Oh ya, sampai masa-masa sekadar gonta-ganti skin blog melulu tapi frekuensi dan kualitas postingannya apa kabar, duh! Yak, menjadi alay itu agaknya sebuah proses perubahan dan belajar, can you feel meh. Nanti lah kapan saya mau bahas itu. Kalau ada yang ngingetin, BAH! Hahahaha.<br />
<br />
Blog saya ini dari tahun 2010 itu platformnya tetap sama, isinya yang lama tetap ada meski nama blog dan (tentu saja) skinnya berubah-ubah, begitu juga dengan cara saya mengisinya seiring tumbuh besar (dan syukur-syukur) dewasanya saya lepas dari ke-alay-an hahaha.
Sekarang setelah ganti skin yang kesekian (yes, darl, what is immortal is the change itself), lalu bercenung lama di jeda-jeda browsing, melihat bagaimana ragam rupa sebuah blog bisa diisi, saya rasa saya harus juga berani “menamai” atau mengategorikan apa yang saya postingkan di sini. Kenapa harus malu mengakui kalau setelah tiga tahun punya blog akhirnya saya baru bisa ngeh mengenai posibilitas postingan yang bisa saya buat. Dasar malu-maluin, kamu ini.<br />
<br />
Saya rasa saya akan coba dengan menjadikan blog ini “JURNAL”. Pikiran-pikiran, momen, daftar-daftar, catatan-catatan. Dibantu dengan prompt yang saya temukan di <a href="http://t.co/7QmePClzDb%E2%80%9D">halaman ini</a> Kali-kali jenis-jenis yang dibuat para petualang/peneliti di film-film, meski saya secara resmi jelas bukan golongan itu kecuali golongan yang insya Allah beriman dan beramal saleh. Halah.<br />
<br />
Mungkin ada yang bisa tahu dan jelaskan apakah jurnal yang saya maksud itu sesuai definisi literaturnya atau gimana? I would be really glad to know! :D
K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-53717134000287821442013-04-19T22:39:00.002+07:002013-04-19T22:39:58.753+07:00...yang namanya temanBagi saya, memiliki teman, sahabat, bagaimanapun orang mengistilahkannya - adalah seperti memiliki perhiasan.<br />
<br />
Bisa saja kamu memilikinya untuk status dan rasa penghargaan-diri atau bisa saja kamu memilikinya sebagai sebentuk penghias diri yang tak perlu terlalu banyak, terlalu berkilau atau selalu melekat padamu, tapi selalu kamu hargai untuk bisa memilikinya.K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-73471752244916663362013-03-10T20:52:00.002+07:002013-03-10T20:52:31.128+07:00Notable Ice-Breaking: "Guru-guruan" Game!<div style="text-align: justify;">
Di pertemuan pertama mata kuliah Psikologi Sosial kemarin, kelas saya mengawalinya dengan semacam ice-breaking (semacam istilah untuk sebuah sesi penyegaran suasana dengan kegiatan-kegiatan yang biasanya bersifat kooperatif, interaktif dan atraktif lol) yang ternyata cukup mengesankan :D</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pertama adalah sesi perkenalan, berhubung kelas di semester dua ini adalah hasil pengacakan dari semester sebelumnya (sounds like the school days? :p) di mana dengan sebuah bola karet yang diberikan acak-bergiliran kami harus menyebutkan nama kami lalu mengenalkan teman di sebelah kiri dengan kriteria nama lengkap, nama panggilan, hobi, dan status ^^</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Strategi ter-impromptu tentu saja adalah dengan memosisikan diri untuk bersebelahan dengan teman yang sudah kenal~ dan ada sedikit "isu" tertentu mengenai penyebutan kriteria pengenalan status; di mana ragamnya bervariasi dari antara yang ingin tidak kelihatan (masih? lol *sendirinya, no, me single*) jombeloh, tidak ingin status hubungannya diketahui khalayak, atau sebenarnya masih sendiri namun ingin kelihatan cihui dengan cara pengungkapan status yang unik nan atraktif (...).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meski pada akhirnya saya "selamat" untuk tidak dikenalkan oleh teman sebelah kanan saya, agaknya saya masuk ke golongan ketiga dan omong-omong, masih belum menentukan kalimat pengungkapan status yang cukup cihui = = ada saran? =))</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang kedua dan jadi alasan dokumentasi dalam posting ini adalah~ permainan guru-guruan! :D </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jujur saja, meski kata dosen saya ini adalah permainan jaman beliau (atau mungkin jaman kami juga) kecil, saya belum pernah "ngeh" akan permainan tradisional ini sampai beberapa hari yang lalu menyaksikan permainan ini dimainkan^^</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi setelah satu kelas dibagi menjadi sepuluh kelompok untuk setiap tugas kelompok di perkuliahan, sepuluh kelompok kelas ini kemudian diminta dibagi lagi menjadi dua "kubu" yang ootmatis terdiri dari masing-masing lima kelompok di tiap "kubu". Nah, kemudian, setiap kubu pun diminta mengirimkan tujuh orang wakil untuk memainkan permainan guru-guruan ini~</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nay, saya kembali terselamatkan (?) untuk menjadi observer karena saya memang sama sekali nggak tahu bagaimana permainannya (meski sudah diterangkan sebelumnya, barangkali semacam loading lambat...) dan agaknya saya nggak memenuhi syarat memiliki "wajah penipu" seperti yang diberitahukan bapak-ibu dosen kami =))</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi gimana cara mainnya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tujuan utama setiap tim yang diposisikan berjauhan-berlawanan adalah berhasil "mendekat" ke tim lain untuk menyelundupkan koin yang masing-masing dimiliki setiap tim sebanyak sekeping. Ya, karena disebutnya saja "menyelundupkan", proses "pengiriman" koin masing-masing tim yang tentunya hanya bisa dipercayakan pada satu anggota tim setiap kalinya harus dilakukan secara tanpa sepengetahuan tim lain^^</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, begitu permainan dimulai, ketua tim yang menang undian lempar koin memulai dengan menyembunyikan koin ke salah satu anggota timnya, atau ketua tim itu juga tetap diperkenankan membawa koinnya; semuanya dengan sedemikian rupa agar tim lain tidak bisa menebak kemanakah koin itu "dipercayakan" ke "kurirnya". Pada tahap ini, semua anggota tim yang bermain dipersilakan melipat kedua tangan di belakang tubuh agar tidak mudah ketahuan, ketua tim juga dipersilakan menggunakan gerak tipu dan berakting sebanyak-banyaknya saat memutuskan siapa "kurir koin" di giliran tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah yakin, tim lawan dipersilakan untuk menebak siapakah di antara ketujuh orang anggota tim lawan yang sedang memegang koin (sebagai "kurir koin") di giliran itu. Jika tebakan tim lawan salah, maka "kurir pembawa tim" yang berhasil tidak ketahuan dipersilakan melompat mendekat ke tim lawan; dan koin bisa mulai disembunyikan lagi oleh tim yang berhasil tidak tertebak siapa "kurirnya" tadi (boleh oleh anggota tim yang berbeda sebagai "kurir", tentu saja) dalam giliran baru sampai tim lawan berhasil menebak dengan benar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahu nggak hal tak terduga yang terjadi hari itu, tidak disangka kalau tim kubu tempat saya berada ternyata adalah tim yang sangat tangguh =))</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seiring dengan berlangsungnya permainan, saya akhirnya paham mengapa kriteria "wajah/bakat penipu" terbilang sangat penting dalam permainan ini! Gak disangka kalau ternyata tim kubu tempat saya berada ternyata langsung mampu menebak siapa anggota tim lawan yang menjadi "kurir koin" dan mampu terus berhasil membuat giliran menyembunyikan koin karena tim lawan salah terus dalam menebak siapa "kurir koin" tim kubu kami sampai akhirnya menang =))</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jujur saja sebagai penonton, saya benar-benar nggak habis pikir bagaimana anggota tim kubu saya ini bisa benar-benar "tokcer" bermuslihat di depan tim lawan; benar-benar hiburan awal kuliah yang seru dan mungkin saja sarat dengan konsep-konsep mata kuliah yang akan kami pelajari. Ternyata bagaimana seorang individu "pembawa koin" mampu "membaur" dalam tim "sosial"nya saat itu sehingga tidak sampai-sampai juga ketahuan memiliki "perbedaan tersendiri" (baca: sebagai "kurir koin") mungkin juga ada hubungannya dengan konsep persepsi dan cara pembawaan diri?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya meski seru sekali menyaksikan permainan ini, sebenarnya posisi pandang saya agak kurang memadai karena tim kubu kami memang bermain dengan posisi tubuh membelakangi sisa anggota kubu yang lain, sehingga saya tidak bisa benar-benar melihat sendiri bagaimana "tampang penipu angguh" tim kubu tampak =))</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Afterall, that was a very amusing opening ice-breaking to note (:</div>
<div style="text-align: justify;">
Haha, kira-kira itu saja yang saya jurnalkan di sini setelah seminggu pertama di semester dua; tetap semangat!</div>
K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-90457699164175114922013-01-12T13:08:00.001+07:002013-01-12T13:08:36.454+07:00Kamu tetap juara, meski tak diumumkan dan tanpa hadiah untuk dibawa pulang.<div style="text-align: justify;">
Ini adalah pantun-pantun dua baris (?) yang saya buat dengan konsentrasi<strike> (dan cinta)</strike> dari pukul 20.00 s.d 23.00 di akun kuis saya untuk mengikuti kuis #BigDaddyBigBangShirts. Sebagai VIP yang sudah habis-habisan untuk nonton Alive Tour mereka Oktober lalu, saya ingin berusaha untuk bisa mendapatkan prize nya yang cukup menggiurkan, official t-shirt Alive Tour yang akan dibagikan setiap minggu di hari Kamis. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya pribadi cukup menyukai banyak dari pantun (?) ini, meski mungkin agak "maksa" karena memang harus menggunakan judul lagu BIGBANG dari album Alive mereka dalam pantunnya.</div>
<center>
<a href="http://imgur.com/oCJaq"><img alt="" src="http://i.imgur.com/oCJaq.jpg" title="Hosted by imgur.com" /></a><br />
This image is not mine. Taken from <a href="http://www.allkpop.com/2012/05/big-bang-to-release-still-alive-special-edition-album" target="_blank">here</a></center>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sayangnya belum beruntung memenangkan kuis itu kemarin dan bagaimanapun saya harus menghargai apa yang sudah susah-susah saya buat kalau ternyata tidak ada orang lain yang bisa. Oleh karena itulah saya akan post pantun-pantun (?) tersebut di sini.</div>
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: center;">
Konser usai FEELING ALIVE. Terima kasih BIGDADDY LIVE!</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
BAD BOY is not always MONSTER. BIGDADDY the best promoter!</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Jadi LOVE DUST karna BAD BOY. Tidak pedes kurang asoy!</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Tanpa WINGS menjadi MONSTER. Karena AliveTour VIPs jadi follower.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Lagu MONSTER bikin crowd FANTASTIC BABY. Ini konser promoternya BIGDADDY!</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Rambut dicat indigo tapi tampan. Sok jaga EGO malah AIN'T NO FUN!</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Kalahkan MONSTER berhasil STILL ALIVE. Konser berhasil ya sama BIGDADDY LIVE!</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Jatuhkan EGO nikmati konser ini. Dari INTRO pun sudah FANTASTIC BABY!</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Sebelum BINGEUL-BINGEUL ada BLUE. Senang betul nonton BIGBANG dengan Ibu~</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Berkelit di telpon buatku LOVE DUST. AIN'T NO FUN jika tak menang kaus...</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Berkah comeback BLUE buatkan mereka WINGS. Lemah hatiku pada lirik puitis.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Ini getahnya pening mikirin EGO. Just use your FEELING and here we go!</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Serbu info AliveTourINA ke BigDaddy. BLUE hair makes you look FANTASTIC BABY!</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Having WINGS feels FANTASTIC BABY. My FEELING is ready to rock with BigDaddy~! </div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
A BAD BOY make you feel BINGEUL-BINGEUL. He's MONSTER inside who you think so beautiful. </div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Begitu AIN'T NO FUN rasanya bagi EGO. Susah move on and letting go...</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Too much EGO brings you LOVE DUST. Love has no WINGS without trust.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Don't love a BAD BOY without trust. Love is greater FEELING than lust.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
You hold much bigger EGO than your FEELING. Jangan cengo jika akhirnya pening!</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Daesung telah kembali ALIVE dengan WINGS. Nonton Bigbang live telah jadi memori manis.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
AIN'T NO FUN jika tak ikuti kuis. Ingin menang agar FEELING tak teriris.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
FEELING BLUE under the showbiz. Daddy thank you for the quiz!</div>
</blockquote>
<br />
<div style="text-align: center;">
***</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Oke harus diakui kalau semakin lama pantunnya (?) semakin kacau dan begitulah... biarkan saja demikian. Semua pantun ini tidak saya edit sama sekali dan biarkan sajalah attempt saya untuk mengambil hati penentu pemenangnya dengan gombal (?) dan pujian (?) yang tulus tapi gagal itu terekspos (........)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Afterall, kalau saya bilang, seharusnya kalau dengan pantun-pantun ini, kalau saja kemarin pemenangnya ada dua, saya akan jadi juara keduanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekian. </div>
K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-85192142037388731962013-01-03T14:29:00.000+07:002013-01-03T14:30:11.525+07:00That term of love,<center>
<a href="http://imgur.com/V8Nbj"><img alt="" height="400" src="http://i.imgur.com/V8Nbj.jpg" title="Hosted by imgur.com" width="291" /></a></center>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">this image aren't mine, taken from <a href="http://pinterest.com/pin/63894888433049395/" target="_blank">here.</a></span></div>
<div style="text-align: center;">
<i>I can't decide myself in that term of love youths are generally implied to. </i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>...as if I'm not youths.</i>
</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
***</div>
Kadang-kadang saya berpikir apakah kecenderungan saya untuk menaruh "afeksi" tertentu pada objek-objek berupa sosok-sosok <i>idol</i> berwajah tampan berbahasa asing nun jauh itu mengindikasikan suatu hal yang jarang saya sendiri akui. Betapapun perasaan hanyalah perasaan, dan seorang manusia bukan mesin yang bisa mengatur sepenuhnya apa yang dia rasakan.
<br />
<br />
"<i>Dicintai seperti itu</i>" mungkin rasanya menyenangkan.
<br />
<br />
Nggak bisa dipungkiri, betapapun saya kurang suka pada generalisasi "perempuan" yang terimplikasi dalam ungkapan-ungkapan yang ramai diretweet. Sebagai manusia dan perempuan biasa, saya juga kadang-kadang, ah, sering juga berpikir, betapa mungkin enak juga bisa diperhatikan "dengan cara seperti itu". Seperti yang kadang-kadang tergambarkan dalam novel, film, atau dalam pengalaman teman-teman sebaya.
<br />
<br />
Orang yang lebih tua dan lebih berpengalaman, serta lebih bisa membuat saya nyaman seperti kakak saya akan bilang bahwa semua akan ada waktunya bahkan bagi saya. Diam-diam saya berharap demikian, meskipun tidak saya pungkiri juga kalau kadang-kadang saya bertanya-tanya juga apa yang salah dari diri saya karena saya mengidentifikasikan diri saya "jauh" dari pengalaman "dicintai" atau, oke, "diperhatikan seperti itu".
<br />
<br />
Sering saya berkata, menegur diri saya sendiri kalau tidakkah cinta tulus dari ayah, ibu, seluruh keluarga saya sudah teramat besar dari apa yang bisa saya minta? Kenapa saya harus berharap pada angan-angan dangkal, apakah sebegitu besarnya kebutuhan saya untuk merasa berharga?
<br />
<br />
Saya kadang bertanya-tanya apakah semua sanjungan-sanjungan yang mereka para sebaya itu terima, dalam berbagai bentuk, sebenarnya tidak hanya soal "dengan tersanjung", namun juga pada perasaan berharga dan merasa dicintai yang tak terelakkan?
<br />
<br />
Apakah demikian bagi yang terlalu banyak menerima "perhatian seperti itu", bahwa semuanya ternyata berujung diterima sebagai perasaan senang menerima semua "perhatian seperti itu" yang terasa meneguhkan keberadaan yang lebih berharga... dan bukan sepenuhnya, tidak selalu, jarang sekali, karena "cinta" yang dengan senang hati akan mereka berikan pula sebagai balasannya?
<br />
<br />
Inti dari semua ini, dari tulisan yang bingung dan berputar-putar dalam pemikiran saya ini (...), adalah saya tidak, ah, saya belum bisa yakin dengan kondisi demikian yang barangkali akan terjadi pada diri saya terlepas dari tidak terpungkirinya secercah keinginan untuk bisa "dicintai seperti itu".
<br />
<br />
Saya masih belum yakin apakah saya sudah bisa membalas untuk "mencintai seperti itu", alih-alih "sekadar" menjadi tersanjung dan menikmatinya, yang hanya akan kemudian disalahartikan lalu akan menyakiti.
<br />
<br />
...bukannya saya menunjukkan bahwa saya punya potensi untuk "menyakiti" orang lain dengan cara seperti itu.
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
***
</div>
<br />
Hanya saja, dalam cukup banyaknya pengalaman yang saya terima sebagai pengagum dalam diam yang bahkan selalu berkata tidak ingin "memiliki", namun bahkan yang sejenis saya seperti itu pun juga tetap saja merasakan "pahit" itu ketika sadar bahwa "ternyata bukan saya".
<br />
<br />
Setelah lama menjadikannya riwayat dalam hati untuk mengisi hal lain yang lebih tidak nyata seperti dalam tulisan-tulisan fiksi, namun beberapa momen "itu bukan saya" sudah berbicara banyak sampai sekarang ini.
<br />
<blockquote>
Ternyata bukan saya, itu bukan saya, takkan pernah saya...?
</blockquote>
Saya sadar itu bisa dibilang sebagai perasaan yang bodoh, bentuk "cinta" yang terlalu dangkal dan tidak diperjuangkan, atau bahkan diungkapkan. Tidak perlu lagi diberitahu betapa tipisnya batas antara cinta dan kebodohan.
<br />
<br />
Lalu, untuk "cinta yang benar-benar seperti itu", saya hanya tidak ingin malah ikut menjadi mereka yang "membodohi"<i>...</i>
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
***
</div>
<br />
Tidakkah akan sangat bagus jika suatu saat dalam "masa depan tentang itu", tidak akan ada yang "membodohi" oleh saya atau "dibodohi" oleh saya. Meski pun dalam cerita, konflik dan intrik adalah hiasan yang baik, tapi bukan apa yang saya kehendaki banyak-banyak untuk tertinggal dalam hidup saya.<br />
<br />
<center>
<a href="http://imgur.com/CGj2i"><img alt="" src="http://i.imgur.com/CGj2i.jpg" title="Hosted by imgur.com" /></a><br />
<span style="font-size: x-small;">this image aren't mine, taken from <a href="http://weheartit.com/entry/18750710" target="_blank">here</a></span><br />
Saya lebih suka, lebih berharap sesuatu yang berakhir damai seperti ini... amin :'</center>
<br />
Karena sungguh, istilah "cinta yang seperti itu"...
<br />
<br />
...masih "belum" untuk saya<br />
<br />
?
K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-62577516009703503872012-12-26T00:40:00.001+07:002013-01-24T17:30:54.985+07:00Superspeedy Dalam Jaringan<center>
"<i><b>Superspeedy Dalam Jaringan</b>: Pahlawan Yang Selalu Terhubung Pada Akhirnya</i>"</center>
<center>
Sebuah cerita fiksi oleh</center>
<center>
Khairisa R. Primawestri (khairisaprimawestri.blogspot.com)</center>
<center>
ditulis untuk mengikuti<br /><br />
<img src="http://telkomspeedy.com/sites/default/files/Banner-Peserta-Blog-Contest-300x250px.jpg" /><br /><br />
Ide dalam cerita ini adalah milik pribadi penulis dan harap tidak dikait-kaitkan dengan selain yang disuratkan dalam cerita ini sesuai ketentuan lomba.</center>
<center>
Adanya kesamaan dengan apapun di luar sana bukanlah kesengajaan.</center>
<br />
<hr />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><u><b>Bagian Pertama</b>: Selamat Datang!</u></span>
</div>
<hr />
<div style="text-align: justify;">
Biasanya cerita-cerita yang menarik dimulai dengan untaian kalimat seperti “pada suatu masa…” atau “pada suatu…” yang lainnya. Namun yang satu ini akan menyambut dengan kalimat “Selamat datang” yang rendah hati dari penutur dan tokohnya yang sama rendah hatinya, yaitu (siapa lagi kalau bukan) aku, Superspeedy, pahlawan TelkomCity yang paling wahid, karena memang tidak ada pahlawan lainnya di urutan nomor dua dan karena satu yang sudah terbukti andal dan lokal akan lebih baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak, aku mengatakannya dengan sangat rendah hati saja sebelum ceritanya benar-benar dimulai. Ini tetaplah akan menjadi sebuah kisah berkesan yang tak terencana... namun tetap heroik, semoga! Aku sangat sadar bahwa status pahlawan juga mau tak mau menuntut kesan yang seperti itu, kau tahu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Galaksi itu luas, kawan, dan alangkah merugi jika tidak saling melihat. Semua dimulai ketika aku dipercaya Pak Walikota untuk memandu kunjungan beberapa perwakilan dari planet terdekat yang ingin melihat TelkomCity. Itu menyesuaikan dengan salah satu tugasku untuk menjadi semacam “duta” bagi TelkomCity, memberikan pemahaman atas kekayaan potensi kota ini tidak hanya pada para tamu seperti ini namun juga tentu pada penduduk TelkomCity. Terdengar sibuk, ya? Hoho, menjadi seperti aku ini tidak hanya sekadar nampang dan jadi pusat perhatian lho, ketika beraksi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, bagaimana, sudah bisa dimulai ceritanya? Mari kalau begitu. Aku masih ingat betapa bersemangat dan mendetilnya penjelasan-penjelasanku terhadap tamu-tamu itu, tanpa mengetahui apa yang akan terjadi secara tak terduga nantinya…</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<blockquote>
<i>Selamat datang di TelkomCity! Selamat datang di kotaku yang maju karena menjunjung nilai-nilai luhur di masa lalu dan sukses memadukannya dengan teknologi modern yang rasanya memungkinkan hampir apa saja. Mengapa demikian? Karena di kotaku yang terdiri dari lima distrik dengan spesialisasi pengembangan teknologi dan produk khasnya ini seakan tidak mengenal jarak berkat teknologi jaringan telekomunikasi kami yang sudah sangat maju.<br /><br />
Menceritakan sejarahnya lebih lanjut akan sangat panjang... dan mungkin agak membosankan!... namun yang bisa kuceritakan pada kalian di sini adalah bahwa kehebatan teknologi telekomunikasi kami ini dilatarbelakangi penemuan suatu fakta bahwa lokasi TelkomCity bertepatan dengan suatu medan energi di tingkat atmosfer yang memungkinkan lalu-lintas gelombang, jaringan, dan sinyal menjadi lebih cepat dari manapun di semesta ini. Ya, kotaku tercinta ini kaya akan sumber energi yang tak ada duanya, bisa dibilang begitu.<br /><br />
Nah, penemuan tentang medan energi yang ditempati TelkomCity ini jugalah yang membangkitkan kekuatan superhero-ku. Tahukah kalian kalau aku bisa dibilang adalah superhero yang memeroleh kekuatannya dari garis keturunan yang dipicu dengan kekuatan kuno-tapi-membawa-modernitas dari medan energi itu? Nah, sekarang kalian tahu! Benar kalau kalian menebak bahwa sebenarnya juga aku seorang penduduk di TelkomCity ini sebelum kekuatanku dibangkitkan oleh roh dari medan energi itu yang bernama lengkap Telkom Indonesia. <br /><br />
Selain sebagai “master” dari kekuatanku, Telkom Indonesia jugalah yang memungkinkan inovasi produk dan teknologi jaringan telekomunikasi yang dimiliki TelkomCity sampai sekarang. Jadi, bisa dibilang Telkom Indonesia itu seperti “nenek moyang teknologi” di kota ini. Kira-kira demikianlah sekilas tentang TelkomCity, dan juga sedikit tentang diriku. Detil lebih lanjut tentangku sebaiknya disimpan saja ya demi melindungi imej, oke?<br /><br />
Ah, dari wajah-wajah kalian sepertinya kalian kagum sekali ya dengan kotaku ini. Memang kotaku ini sangat mengagumkan tidak hanya dari fakta menganai perkembangan teknologinya, tapi juga dari bagaimana kotaku ini terlihat secara fisik. Perhatikan bagaimana arsitektur modern dan klasik berpadu serasi, dan bagaimana infrastruktur kota yang maju juga bersisian dengan penghijauan yang tertata! Suatu kebanggan tersendiri bagiku untuk bisa mengemban amanah sebagai pahlwan kota ini, omong-omong.<br /><br />
Nah, pasti sudah tidak sabar ya untuk berkeliling lebih jauh di TelkomCity dan melihat sendiri kehebatan teknologi citarasa lokal kami di tiap distrik. Iya, lima distrik di TelkomCity ini sama-sama maju dan berkembang di lapangan spesialisasi masing-masing, dan secara bersama-sama, produk dan teknologi yang tiap distrik kembangkan itulah yang juga menopang kelangsungan kehidupan di TelkomCity ini.<br /><br />
Sebelumnya, aku akan menjelaskan dulu bahwa meskipun terdapat lima distrik di TelkomCity, sebenarnya kategorinya hanya ada tiga. Jadi dari ketiga kategori itu, ada dua kategori yang terbagi lagi menjadi dua. Kategorinya mencakup Kategori Jaringan Seluler dengan anggotanya adalah Distrik GSM dan Distrik CDMA, Kategori Edutainment dengan anggotanya adalah Distrik Edukasi dan Distrik Hiburan, dan Kategori Jaringan Koneksi dengan anggotanya adalah Distrik WiFi.<br /><br />
Jangan khawatir kalau kalian nanti akan kelelahan karena berkeliling kota! Beruntung sekali kalian bersamaku karena kecepatanku bisa disamakan dengan kecepatan akses internet yang bisa mencapai 10 MB/s. Ini karena perpaduan antara diriku dengan Telkom Speedy-- jaringan telefoni berteknologi ADSL tercepat yang merupakan salah satu produk jaringan yang dikembangkan di seluruh kota dan bahkan sebenarnya bisa menjangkau seluruh galaksi (mohon rahasiakan dulu yang satu ini!). Perlu kalian tahu bahwa salah satu kekuatanku adalah Kekuatan Digitalisasi yang memungkinkan aku mengubah materi diri dan objek lain yang kukehendaki untuk secara fleksibel menjadi bagian dari jaringan sehingga bisa termanifestasi lewat karakteristik fisik, dan aku juga akan membantu kalian mendigitalisasi kecepatan kalian agar bisa berkeliling dengan super speed bersamaku. Asyik, bukan?</i></blockquote>
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Singkat cerita, hari itu kupikir segalanya akan berjalan lancar dan tentram seperti biasanya di TelkomCity yang selalu “dekat” antara distrik sampai penduduknya, aku sudah akan memimpin tur keliling TelkomCity yang pastinya takkan terlupakan ketika mendadak pesawat-pesawat berbentuk seperti piring itu muncul tanpa peringatan apa-apa di langit TelkomCity.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku sadar bahwa ada yang tidak beres dari cara kedatangan pesawat itu, dan bentuk pesawat-pesawat itu menyalakan kesadaranku akan bahaya yang mengancam kota dengan begitu cepatnya karena aku tahu bahwa pesawat dengan bentuk seperti itu hanya dimiliki oleh Planet Gagarin.</div>
<br />
<center>
***</center>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dengan terburu-buru aku langsung menyetir situasi tur bahwa dengan menyesal tur keliling kota harus ditunda karena ada situasi darurat. Ekspresi bingung dan terkejut para tamu-tamu itu membuatku merasa amat bersalah, namun aku harus cepat bertindak!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Planet Gagarin memang tidak akan pernah menjadi teman kami, sudah merupakan suatu permusuhan kuno antara TelkomCity dengan Planet Gagarin yang miskin sumber energi, bahwa alien-alien penghuni planet itu telah lama mengincar kekuatan medan energi TelkomCity. Huh, alien-alien parasit pucat yang menjijikkan dan berbahaya karena sentuhan mereka memakan energi dan mereka juga menembakkan gelombang yang bersifat sama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak kusangka bahwa ternyata di hariku memandu kunjungan tamu-tamu kami, ternyata Planet Gagarin juga menjadi tamu kota kami dengan caranya sendiri. Selamat datang juga untuk mereka kalau begitu, tapi mereka akan segera dipulangkan dengan sangat sopan oleh pahlawan kota yang akan menyambutnya! </div>
<br />
<hr />
<div style="text-align: center;">
<u><span style="font-size: large;"><b>Bagian Kedua</b></span>: <span style="font-size: large;">Selamat Berjuang!</span></u>
</div>
<hr />
<div style="text-align: justify;">
Diskusi (darurat dan mendadak)ku dengan Bapak Walikota TelkomCity singkat saja setelah aku mengamankan tamu-tamu resmi kota di keamanan Gedung Balai Kota. Beberapa hal penting yang dibahas adalah penyusunan strategi perlawanan yang akan dilakukan terhadap kedatangan alien Planet Gagarin, yang rupanya masih menahan serangannya karena mereka barangkali tak ingin menjadi ceroboh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terdapat lima pesawat yang datang, dan itu sudah cukup memberitahu bahwa mereka bermaksud menyerang masing-masing distrik secara khusus dengan masing-masing pesawat itu. Tidak mengejutkan dan sudah bisa ditebak bahwa sasaran mereka pastilah adalah sumber energi jaringan telekomunikasi yang dimiliki masing-masing distrik sebagai pengembangan dari kekuatan jaringan yang berakar dari roh Telkom Indonesia. Aku harus melumpuhkan tiap pesawat yang menyerang tiap distrik dengan "senjata" yang tidak sama satu lain, karena karakteristik tiap pesawat penyerang ditargetkan pada keberagaman kekuatan tiap energi jaringan di setiap distrik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Produk masing-masing distrik akan membantumu, kau tahu itu, bukan?” tanya Pak Walikota yang kubalas dengan anggukan. Dari jendela kantor Pak Walikota, bisa kulihat pemandangan bagaimana penduduk kota bergegas berlindung dalam rumah masing-masing setelah tanda siaga satu disebarkan cepat. Masing-masing keluarga mematikan transmisi jaringan yang terpancar dari tempat tinggal dan lingkungan mereka agar tidak tertangkap oleh jangkauan gelombang parasit alien-alien Planet Gagarin. Hanya tersisa transmisi jaringan pusat yang memang terus aktif menopang di masing-masing distrik dan tentunya kan menjadi sasaran empuk para alien. Semuanya berseru yang intinya kurang-lebih,”Superspeedy, berjuanglah! Kami percaya padamu!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku hanya bisa merasakan hatiku berdesir pada ketulusan hati para penduduk, dan itu langsung sekaligus mengembalikanku pada situasi”Saya harus bergegas, Pak. Bapak lebih baik juga berlindung dan terus waspada. Saya akan tetap memastikan kemanan setiap keluarga di kota dengan Speedy Home Monitoring yang telah termodifikasi melalui <i>DigiNet Wrist-Watch</i> saya.” kataku sembari menunjukkan piranti pembantuku yang berbentuk mirip jam tangan digital dengan kemampuan akses penerimaan dan tampilan koneksi jaringan apa saja yang kuperintahkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nama kecil dari alat pintar serbabisa ini cukup dengan DigiNet saja supaya lebih sederhana, sedangkan Speedy Home Monitoring adalah produk lain dari TelkomCity yang akan memungkinkanku menggunakan jaringan Telkom Speedy untuk memantau keadaan tiap rumah di TelkomCity yang terekam dalam IP Camera juga seluruh kota tapi dengan kamera satelit setelah aku memodifikasi alur jaringannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pak Walikota mengangguk serius sembari menghela nafas panjang,”Memang hanya kamu yang bisa memanipulasi bagaimana jaringan dan segalanya dalam produk kami bekerja menjadi lebih hebat dari kehebatan yang biasa kami rasakan, gunakanlah kekuatan itu sebaik-baiknya, Nak. Kuharap tingkat keterhubunganmu dengan semua kekuatan jaringan di kota ini akan selalu tinggi, karena kami semua mendukungmu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pak Walikota menyinggung satu lagi kekuatanku yang hanya kumiliki sebagai garis keturunan yang sama “kuno”nya dengan medan energi di bawah TelkomCity, yang membuatku hanya bisa memberikan gerakan memberi hormat padanya,”Kekuatan saya tak lain hanya menyatakan betapa saya membutuhkan keterhubungan dengan semuanya yang ada di TelkomCity, Pak. Dari sejak saya memelajari kekuatan saya dengan bantuan dan ajaran roh Telkom Indonesia, tangan saya telah menyentuh setiap gelombang, setiap jaringan yang ada,” ujarku khidmat, “semoga semua itu akan membantu saya pada akhirnya.”</div>
<br />
<hr />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><u><b>Bagian Ketiga</b>: Perlawanan Yang Gesit</u></span></div>
<hr />
<div style="text-align: justify;">
Ketika alien Planet Gagarin itu sudah mulai tak sabar dengan keadaan TelkomCity yang seakan melakukan “gencatan senjata” atas “serangan terbuka” mereka dengan mematikan energi jaringannya, aku sudah siap melawan mereka. Kugunakan jaringan luar-biasa cepat yang dimiliki Telkom Speedy untuk mengejar dengan cepat pesawat yang berada di atas Distrik GSM yang produk andalannya adalah jaringan seluler berakses <i>broadband</i>: Telkomsel.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alien yang ada di balik kemudi pesawat piring itu menatapku rakus, lalu menembakkan gelombang parasit yang dengan cepat kuhindari dengan kecepatan Telkom Speedy yang telah bergabung dengan diriku melalui Kekuatan Digitalisasi,”Tentu saja tidak kena!” seruku puas. Namun aku tahu aku tak bisa berlama-lama bermain-main begini, jadi kugunakan kartu SIM Telkom Flexi yang merupakan produk andalan Distrik CDMA ke dalam DigiNet di tanganku, yang begitu membaca kartu SIM yang terpasang padanya (perlu diketahui bahwa untuk setiap produk jaringan, kartu SIM akan berfungsi sebagai semacam penghubung yang akan memberikan jalan bagi arus energi jaringan) langsung kuperintahkan memancarkan gelombang CDMA ke arah pesawat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku berharap bahwa perbedaan sistem dari GSM dan CDMA akan memberikan dampak yang mengacaukan pada pesawat yang dirancang khusus untuk menyerap energi jaringan GSM itu, setidaknya bisa melumpuhkan pesawat berbahaya itu. Dengan demikian, akan lebih mudah untuk menjerat pesawat yang sudah lumpuh beserta alien yang sudah terlucuti di dalamnya dengan jerat maya yang kukreasikan dari modifikasiku akan jaringan yang melumpuhkan. Baru setelah kelima penyerang kota dilumpuhkan, aku bisa mencoba untuk mengusir mereka sekaligus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perkiraanku pun ternyata benar karena sesaat kemudian, pesawat itu langsung bergetar dan berkedip-kedip tak karuan mengalami kerusakan parah akibat pancaran energi teknologi CDMA Telkom Flexi yang kukendalikan agar hanya “melilit” pesawat itu. Kelumpuhan itulah yang kemudian terjadi pada pesawat penyerang GSM itu, membuat alien di dalamnya tak berdaya dan aku pun bergegas menuju Distrik CDMA yang ada di dekat Distrik GSM untuk menghentikan pesawat kedua.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penduduk di Distrik GSM lantas bersorak lega melihat berhasilnya perlawanan itu, dan sorakan-sorakan mereka itu ternyata masih bergaung hingga aku memasuki Distrik CDMA.</div>
<br />
<center>
***</center>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Distrik CDMA memang sekilas lebih bersahaja dibandingkan Distrik GSM dan tidak seluas Distrik GSM, namun sialnya di keadaan ini kalau saja aku terlambat sedikit lagi saja, pasti pesawat itu akhirnya akan bisa menembakkan gelombang parasitnya dalam sekali sapuan. Untungnya aku sudah tiba di saat yang pas sekali, dan kini ganti kugunakan kartu SIM Telkomsel untuk mengirimkan pancaran gelombang GSM ke arah pesawat penyerang CDMA itu. Sukses lagi! Pesawat kedua itu pun juga lumpuh seperti pesawat pertama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku sadar bahwa kelumpuhan setiap pesawat tidak akan berlangsung selama itu, jadi aku harus cepat bergerak melumpuhkan pesawat-pesawat yang lain. Selanjutnya, kulakukan Digitalisasi Sebagian untuk memeriksa arus jaringan mana yang paling gawat, dan ternyata jaringan WiFi kurasakan mulai melemah! Tidak, sifat terbuka dari jaringan WiFi yang berpusat di Distrik WiFi pasti bagai penuh lubang yang mulai dimasuki gelombang pesawat Planet Gagarin yang sedang berputar cepat di atas Distrik WiFi ketika aku datang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbeda dengan dua produk sebelumnya, produk di distrik kategori koneksi tidak secara langsung membutuhkan alat seperti kartu SIM layaknya produk di distrik kategori jaringan seluler. Di TelkomCity, setiap alat komunikasi yang ingin menggunakan produk koneksi hanya perlu mencari titik aktivasi dengan alat komunikasi masing-masing dan barulah energi jaringan akan langsung mengalir melaluinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Distrik WiFi dengan produk andalannya yaitu Indonesia WiFi (dengan penuh hormat meletakkan nama “nenek moyang” jaringan kami di produk pengembangannya, aku cukup salut), titik aktivasinya tersebar sangat banyak dan dalam situasi normal akan memungkinkan kebebasan memilih untuk punya titik aktivasi sendiri-sendiri sehingga bisa lebih cepat, namun kali ini stuasinya darurat. Aku harus membagi digitalisasiku antara dengan jaringan telefoni milik Telkom Speedy untuk menghindari tembakan gelombang parasit yang mengejarku, dan dengan jaringan WiFi dimana aku harus secepat mungkin menemukan titik yang masih belum tersentuh gelombang parasit saat memasuki jaringan itu dalam digitalisasiku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedengarannya saja rumit, apalagi jika sudah benar-benar melakukannya. Kalau aku tidak berkonsentrasi penuh, aku bisa tumbang kelelahan karena pemforsiran digitalisasi dan modifikasinya yang terus berganti-ganti menyesuaikan lawan-lawanku. Meski demikian, percayalah, nama Superspeedy bukan diberikan padaku tanpa alasan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya kutemukan titik aktivasi yang masih selamat, dan aku menahan keberadaan digitalisasi diriku di dalamnya dan mencegat datangnya gelombang parasit untuk sampai ke sana… dan kusambut gelombang itu dengan balasan “tinju” koneksi data paket yang memiliki “sifat” berlawanan dengan WiFi karena jalur koneksinya berpusat pada satu titik aktivasi jaringan di pusatnya, dan di sinilah DigiNet-ku menunjukkan kepintarannya memancarkan gelombang data paket yang kubuat dengan mengubah sifat gelombang WiFi di titik aktivasi yang sedang “kutempati” ini. Ya, kembali pelumpuhan dengan jaringan “lawan” berhasil dilakukan!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bisa kurasakan bahwa Kekuatan Digitalisasi menguras cukup banyak tenagaku terutama setelah strategi ini, mengubah sifat jaringan memang memakan tenaga. Namun masih ada dua pesawat yang masih belum kulumpuhkan dalam belenggu jaringan. Lagipula aku tidak boleh menyerah sekarang, setelah kuperintahkan DigiNet mengakses Speedy Home Monitoring yang kumodifikasi untuk mengecek keadaan di setiap rumah dan kota secara keseluruhan, tampak penduduk distrik yang pesawat penyerangnya sudah kulumpuhkan nampak amat lega dan mereka nampak sadar bahwa aku sedang mengawasi mereka dan tersenyum dan kembali menyemangatiku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku serasa mendapat kekuatan baru dengan melihat kepercayaan mereka. Kembali kudigitalisasi diri dengan jaringan telefoni yang dimiliki Telkom Speedy untuk menggerakkan diriku dalam kecepatan super menuju dua distrik tersisa, Distrik Edukasi dan Distrik Hiburan.</div>
<br />
<center>
***</center>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Distrik Edukasi terkenal dengan pengembangan luar biasa yang mereka lakukan untuk memermudah pembelajaran. Dengan produk andalan mereka, Qbaca, seakan-akan gerbang pengetahuan bisa terbuka untuk siapa saja yang membutuhkannya karena produk ini mendigitalisasi banyak buku-buku pengetahuan, membuatnya dalam bentuk yang bisa terdistribusi dan diakses dengan mudah oleh yang membutuhkan pengetahuan. Bisa dibilang, distrik ini jugalah yang memegang peran besar dalam kemajuan ilmu pengetahuan di TelkomCity!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sasaran para alien Gagarin pada kedua distrik yang tersisa adalah energi besar pada server di masing-masing distrik, dan begitu juga dengan yang dimiliki Distrik Edukasi. Merupakan suatu kemalangan besar jika energi server Distrik Edukasi yang memuat semua sumber pengetahuan TelkomCity diambil alih! Bagaimana generasi penerus TelkomCity akan bisa mengakses data-data pengetahuan yang ada di dalamnya jika demikan? Itu tak boleh terjadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gunakan lawannya lagi! Dengan cepat aku pun menghadang pesawat piring yang mendekati server Qbaca milik Distrik Edukasi. Aku berusaha keras untuk tidak “tersedot” dalam besarnya kekuatan jaringan server yang ada di dalamnya sementara aku sendiri tentu juga masih mendigitalisasi secara parsial, antara dengan Telkom Speedy dan dengan jaringan di dalam DigiNet. Alat pembantuku ini juga menyimpan banyak sekali data, kau tahu, dan aku pun bergegas “meraih” satu tipe data yang akan kugunakan untuk menjadi kontra server-data yang hendak diambil oleh alien itu, akan kembali kukacaukan proses parasit alien Gagarin ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Produk kontra yang kugunakan kali ini adalah data yang kuambil dari produk milik Distrik Hiburan, yaitu Melon Indonesia yang berjasa memberikan akses pada musik-musik kesukaan, berupa sebuah data tipe .mp3, yang sama sekali berbeda dengan data tipe .epub yang ada di server Qbaca. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak boleh lambat, segera kumodifikasi bentuk .mp3 yang sudah kuraih ini untuk dipancarkan agar mengacaukan penyedotan energi server yang dilakukan para alien Gagarin. Kembali lagi pesawat piring itu lumpu, dengan alien di dalamnya terlucuti dari senjatanya untuk mem-parasit-i energi, dan jerat maya data .mp3 menahan mereka pada di tempatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejauh ini terus berhasil, meski secara tak kasat mata aku terengah-engah setelah melakukan semua perlawanan ini.</div>
<br />
<hr />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><u><b>Bagian Keempat</b>: Yang Terakhir?</u></span></div>
<hr />
<div style="text-align: justify;">
Biasanya aku akan selalu senang untuk datang ke Distrik Hiburan, di sinilah tempatnya aku bisa memanjakan kebutuhan audio-visualku. Inilah rumah bagi produk hiburan terbaik, musik dan tayangan, Melon Indonesia dan Telkom Vision. Distrik inilah yang paling berwarna-warni dari distrik yang lainnya, dan semua yang ditawarkan distrik ini selalu memberikanku kesempatan untuk sejenak melepaskan diri dari beratnya tanggung jawabku sebagai pahlawan setiap kalinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sangat disayangkan karena kali ini aku terlalu merasa terkuraskan saat sampai ke distrik ini, karena meski digitalisasi yang kulakukan tidak mengurangi kecepatanku dan keakuratan modifikasiku nantinya, aku kira jauh di dalam, meski enggan kuakui, fisik dan mentalku sudah kelelahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak, tapi aku tidak akan membiarkan para alien parasit ini melihat dan memanfaatkan kondisiku ini. Kupaksakan diriku dan kumantapkan determinasiku untuk menyelesaikan tugasku seperti seharusnya ketika kecepatan Telkom Speedy menjelma menjadi kecepatan di tungkai dan lenganku, membuatku amat ringan dan cepat di dalam jaringannya, membuatku terbang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Warna-warni dan sayup-sayup nada dalam Distrik Hiburan berlalu di sekitarku ketika aku melewati semuanya untuk menuju pesawat piring yang masih aktif dan tersisakan. Jujur saja, bukan hal mudah untuk tidak mengabaikan semua “keriaan” yang dimiliki distrik ini dan berfokus pada satu pesawat piring yang membosankan itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata alien Gagarin di dalam pesawat piring itu pun juga nampak terpengaruh pada “keriaan” Distrik Hiburan yang menyambut mereka, pesawat piring itu nampak berputar-putar di antara server Melon Indonesia dan pemancar Telkom Vision. Agaknya bingung memutuskan mana yang lebih “lezat”. Tidak heran itu terjadi, sih, dan bagusnya situasi itu tentunya adalah itu menguntungkanku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sayang sekali kalian tidak bisa memilih yang manapun dari energi jaringan kami!” seruku saat aku mengarahkan pancaran data bertipe .epub yang sudah termodifikasi ke pesawat piring itu. Ha, rasakan saja kacaunya karena semua data hiburan itu diganggu dengan data asing informasi pengetahuan ini!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya seperti yang sudah-sudah terjadi pada pesawat piring lainnya, pesawat piring terakhir ini pun lumpuh dan “terjerat”. Semuanya berjalan dengan lancar, berbanding lurus dengan betapa terkurasnya diriku sekarang.</div>
<br />
<center>
***</center>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Seperti yang sudah-sudah pula, para penduduk Distrik Hiburan langsung dengan meriah menyorakiku, betapa berterimakasihnya mereka karena aku sudah mencegah para alien itu memakan energi yang dimiliki server mereka yang berharga. Jika dalam situasi normal, tentu aku akan sangat senang melihat betapa meriahnya sorakan Distrik Hiburan bergabung dengan sorakan berterima kasih yang tulus dari distrik-distrik sebelumnya. Aku sangat menghargai perasaan lega dan bersyukur mereka karena segala yang sudah kulakukan untuk melindungi “sumber daya” berharga masing-masing di saat mereka tidak bisa berbuat banyak selain melindungi diri.</div>
<br />
<div style="text-align: right;">
“Kau hebat, Superspeedy...! Luar biasa!”</div>
<div style="text-align: right;">
“Benar-benar tepat sasaran!”</div>
<div style="text-align: right;">
“Kau bisa melumpuhkan semua pesawat itu!”
</div>
<div style="text-align: right;">
“Kau sudah menyelamatkan seluruh kota!”</div>
<div style="text-align: right;">
“Terima kasih, Superspeedy!”</div>
<div style="text-align: right;">
“Banyak terima kasih...”</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dari tempatku berada sekarang, tinggi di atas menara kantor walikota setelah melaporkan “pekerjaanku”, aku sulit menemukan kata-kata. Melihat paduan dari “hasil kerjaku”—kelima pesawat piring yang terjerat dan hanya sanggup mengeluarkan pendar lemah--- serta penghargaan atas “hasil kerja” itu yang berupa (rasanya) semua penduduk dari distrik mana saja yang berkumpul, melompat-lompat dan bersorak-sorai, serta tepukan di belakang bahu yang kebapakan dari Pak Walikota... selama sejenak yang bagai siraman air sejuk, aku melupakan segala keletihanku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kalian semua telah saling menyelamatkan distrik di kota ini, aku hanya membantu...” kataku tanpa bermaksud mengabaikan penghargaan mereka. Katakanlah, aku hanya mengatakan faktanya,”setiap pesawat yang datang menyerang dilumpuhkan dengan pengacauan memakai lawan dari sifat setiap produk distrik, seperti yang kalian tahu. Tataplah saudara-saudara kalian di distrik lain, hasil karya kebanggan kalian telah membuat kalian menjadi saling menyelamatkan pada akhrinya...”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya semuanya terasa bercampur baur, entah apa yang kudengar, apa yang kulihat... segalanya mulai mengabur...</div>
<br />
<hr />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><u><b>Bagian Kelima</b>: Dalam Genggaman</u></span></div>
<hr />
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba saja aku mendapati keterkejutan massal penduduk TelkomCity yang beralih mengeluarkan seruan panik dan khawatir ke arahku. Bingung pada mulanya, namun dengan cepat aku sadar bahwa ternyata aku jatuh terduduk kelelahan di depan mereka semua. Memalukan juga, padahal aku sudah bertekad tidak akan terlihat seperti ini setelah aku melakukan “pekerjaan”ku. Apa kata dunia?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hanya saja rasanya menyebalkan sekali karena aku sadar betapa bandelnya tubuhku yang tidak tahu malu menunjukkan betapa sudah “terkurasnya” tenaga yang dimiliki. Selanjutnya aku menemukan diriku cukup kesulitan menegakkan tubuhku dan menjernihkan pandanganku, ditambah dengan ucapan,”Aku... tidak apa-apa!” yang terdengar tidak meyakinkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini... belum selesai, mereka harus... diusir. Aku harus mengusir mereka.” kataku berusaha tidak mengindahkan reaksi badaniahku yang berkhianat. Katanya pahlawan... Sshh!</div>
<br />
<div style="text-align: right;">
“Jangan, Superspeedy! Biarkan kami membantumu!”</div>
<div style="text-align: right;">
“Kami tidak akan membiarkanmu melawan sendirian!”</div>
<div style="text-align: right;">
“Kami akan ikut!”</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Para penduduk nampak sangat bersungguh-sungguh mengatakan semua itu, dan aku kembali merasakan sensasi ringan ketika menerima semua seruan dan dukungan mereka yang tulus itu. Untuk berkonsentrasi, kukepalkan tanganku. Sudah lama menjadi kebiasaanku untuk melakukan digitalisasi untuk menemukan lebih banyak “kekuatan” karena sifat jaringan selalu kuat ketika bergabung denganku. Begitu pula di saat itu, saat aku mengepalkan tanganku, namun entah kenapa tiba-tiba ada yang terasa sedikit berbeda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Entah itu adalah sebuah bimbingan tak kasat mata dari leluhur, atau apapun itu, mendadak saja aku merasa benar-benar “terbangun” dalam bagaimana aku merasakan digitalisasi yang terpusat di genggaman tanganku itu. Semua jaringan di kota, entah kenapa serasa bersatu untuk membangunkanku pada sebuah penyadaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kita... kita akan mengusir mereka bersama! Bukan Superspeedy yang akan mengusir mereka dan mengakhiri semua ini, namun... TelkomCity lah yang akan melakukannya.” kataku lantang, mantap. Seketika itu pula para penduduk memfokuskan diri padaku, sepenuhnya mendengarkanku, memercayaiku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini mungkin agak berbahaya, karena aku akan meminta kalian menghubungkan diri kalian dengan jaringan-jaringan produk yang kita miliki di sini untuk melakukannya. Distrik GSM, Distrik CDMA, Distrik WiFi, Distrik Edukasi, dan Distrik Hiburan... gabungkan sinyal alat komunikasi kalian dengan rumah dari setiap produk kebanggan kalian,” aku mulai berkata,”aku meminta kalian untuk keluar dari perlindungan kalian dan mulai melawan mereka bersama-sama.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tidak akan melebih-lebihkan kejadiannya dengan menggambarkan pada kalian bahwa semua penduduk kemudian lantas setuju atas apa yang kukatakan, aku melihat raut cemas mereka, aku tahu mereka takut mendengar gagasanku. Tentu saja aku tidak menyalahkan mereka untuk itu, namun di situasi yang harus segera dibereskan ini, berbekal dengan penyadaran yang terasa dalam tanganku yang masih tergenggam, aku memilih memercayai apapun “insting” ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Percayalah... percayalah padaku, TelkomCity.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak bisa digambarkan bagaimana tersentuhnya aku ketika sontak saja semua langsung menjawab, “Ya, kami percaya padamu, Superspeedy!” tanpa keraguan sama sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alat komunikasi tiap penduduk diaktifkan, transmisi yang semula dimatikan kini dinyalakan, setiap perangkat komunikasi menghubungkan diri dengan jaringan atau server distrik masing-masing. Aku menarik nafas dalam, berusaha tidak goyah memikirkan betapa besarnya aktivasi energi jaringan kota yang dipertaruhkan dengan ini. Meski demikian, gelitik ganjil yang kurasakan dalam tanganku yang masih terkepal membuatku yakin bahwa semua ini benar. Bahwa apa yang kulakukan ini... pantas untuk dicoba.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali kulakukan digitalisasi, menjadikan diriku menjadi satu dengan jaringan TelkomCity. Langsung saja kurasakan banyaknya “anggota” yang ada dalam setiap jaringan, setiap data yang mengalir di dalamnya, aku bisa merasakan penduduk TelkomCity, semuanya. Betapa besar kekuatan yang ada dalam jaringan TelkomCity karena itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya untuk menggambarkan apa yang kulakukan, lebih baik kugunakan kalimat-kalimat penggambaran untuk menjelaskannya padamu. Dalam digitalisasiku dengan jaringan TelkomCity, aku seperti membuat setiap penduduk yang ada dalam jaringan dalam TelkomCity (terwakili dalam keterhubungan perangkat komunikasi mereka) untuk “menyatukan tangan” mereka denganku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kugabungkan kekuatan yang mereka sumbangkan ketika mereka menghubungkan perangkat mereka ke jaringan atau server distrik masing-masing. Semua itu kulakukan dalam digitalisasi sedemikian rupa yang pada akhirnya kupusatkan pada telapak tanganku yang terkepal sedari tadi, dan aku bisa merasakan besarnya kekuatan yang mengalir di sana. Kekuatan di tanganku begitu besarnya, dan begitu terhubungnya dengan setiap jerat maya yang menahan setiap pesawat piring yang terlumpuhkan. Tidak lain karena kekuatan besar itu terbuat dari komponen jaringan yang menjadi jerat maya itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan terpusatnya energi jaringan yang sangat besar itu melalui tanganku, kami seluruh TelkomCity pun akhirnya melempar keluar “tamu-tamu” itu jauh-jauh. Ancaman itu pun akhirnya hilang dari dunia kami, dunia kecil kami, TelkomCity.</div>
<br />
<center>
<span style="font-size: large;"><b><i>Selamatkan dunia, dengan menjadikannya satu di tanganmu.</i></b></span><br /><br />
</center>
K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-58429029736314240992012-12-13T20:28:00.002+07:002012-12-13T20:28:15.339+07:00Can a resume brings me to Korea? Saya sedang mengikuti Lomba Menulis Resume Buku yang dalam proses penentuan pemenangnya memiliki presentase 50% dari Penilaian Juri, dan 50% dari Like/Voting pembaca (orang lain), untuk semua yang kebetulan membaca posting ini saya hanya berbagi dan berikhtiar semata. Jika ternyata lewat sini bisa menghasilkan hasil, semoga kebaikan siappaun itu mendapat balasan dariNya. Juga, betapa saya tak bisa lebih berterima kasih :')<br />
<br />
<blockquote>
<span style="font-size: large;">Silakan baca resume saya lewat link <a href="http://untukindonesiaku.english-bean.com/v_detail.php?id=229" target="_blank">berikut</a>,
dan kalau Anda berkenan mendaftar menjadi member English Bean untuk
mengevote dan atau membantu memromosikan link resume saya baik lewat Twitter ataupun Facebook; ketahuilah
bila saya akan sangat berterima kasih dan menghargainya. Semoga Tuhan
Allah SWT. membalas kebaikan Anda :' </span></blockquote>
***<br />
<br />
Di wishlist saya yang ada di blog ini, jika Anda membacanya, Anda akan tahu kalau keinginan saya nomor tiga yang kedua adalah: <b>Go to Korea</b>.<br />
<br />
<i>Oh, all that glitz of my imaginary prince(s), since my real one has not discovered, yet</i>.<br />
<br />
***<br />
<br />
Namanya saja juga sebuah wish, sebuah dream yang saya labeli dengan kata beyond yang menyatakan kesadaran saya akan jalan panjang yang harus saya tempuh untuk mencapainya. Namun saya pastikan bahwa saya akan sedikit demi sedikit mengambil langkah, berharap suatu saat saya akan sampai di sana.<br />
<br />
Lalu datanglah kesempatan bagi saya untuk mencoba memenuhi wish itu dengan menggunakan minat saya pada buku dan menulis lewat Lomba Menulis Resume Buku yang diadakan oleh QBaca dan English-Bean. Berkaca dari pengalaman betapa saya cukup menyesal tidak mengirimkan tulisan untuk lomba blog KPK lalu yang bertopik "Andai Aku Menjadi Ketua KPK" yang ternyata tidak melulu harus tentang politik seperti yang saya takutkan kalau melihat tulisan-tulisan pemenangnya :'<br />
<br />
Jadi, apapun itu, jika saya tahu saya bisa mengusahakannya, saya tidak akan menyia-nyiakannya.<br />
<br />
Lomba Resume Buku ini, meski demikian, menuntut syarat yang lumayan "menuntut", hehe. Peserta diharuskan hanya meresume buku yang judulnya tersedia di aplikasi buku digital QBaca, dan juga harus terdaftar dalam English Bean dengan biaya Rp13500. Ya, tak apalah saya relakan mengikuti persyaratan itu, dan saya relakan konsentrasi saya terhadap kuliah sebagai yang utama harus dipecah.<br />
<br />
Apapun, daripada saya menyesal nggak mencoba untuk berusaha mewujudan keinginan ke Korea. ^^<br />
<br />
Bahkan saat saya belum menulis resumenya, beberapa kendala harus dialami. Pembayaran hanya bisa dilakukan dengan moda yang cukup terbatas, antara ATM atau Internet Banking ke PT Telkom, dan saya harus kembali pada rutinitas (?) kegiatan mengontak Customer Service dari baik QBaca maupun English Bean karena permasalahan erornya pembayaran lewat ATM (yang ternyata memang masih diperbaiki), hingga tidak "tercatat"nya pembayaran lewat Internet Banking yang sudah saya lakukan setelah usaha yang saya lakukan untuk membuat Internet Banking (termasuk bolak-balik ke ATM dan mengantri cukup lama di CS cabang Mandiri untuk mendapat Token Internet Banking). Syukur alhamdulillah, pada akhirnya semua lancar dan saya sudah memenuhi semua syarat untuk akhirnya bisa mengirimkan resume saya.<br />
<br />
<blockquote>
<span style="font-size: large;">Maka tolong ya, silakan baca resume saya lewat link <a href="http://untukindonesiaku.english-bean.com/v_detail.php?id=229" target="_blank">berikut</a>, dan kalau Anda berkenan mendaftar menjadi member English Bean untuk mengevote dan atau membantu memromosikan link resume saya lewat Twitter atau Facebook; ketahuilah bila saya akan sangat berterima kasih dan menghargainya. Semoga Tuhan Allah SWT. membalas kebaikan Anda :'</span></blockquote>
<br />
Ini hanya sebentuk usaha memang, mengingat dasar penilaian adalah bebrobot lima puluh persen masing-masing untuk penilaian juri dan voting (Like) :'<br />
<br />
***<br />
<br />
Saya sangat bersyukur akhirnya bisa mengirimkan resume saya meski agak mepet dari jadwal tenggat (14 Desember), meski ada sedikit hal yang memang di luar perencanaan atau pengharapan saya. Yaitu tentang buku apa yang akan saya resume.<br />
<br />
Mulanya saya ingin meresume buku "Negeri Van Oranje", namun karena halangan-halangan untuk membayar seperti yang saya sebutkan tadi, saya jadi tak jua sempat membeli buku itu yang memang tidak tersedia gratis. Bisa dibilang untuk bisa meresume buku itu akan susah karena bukunya sendiri tebal, meski saya mengutamakan untuk sebisa mungkin tidak mengirimkan resume dari buku yang sudah banyak diresume.<br />
<br />
Akhirnya saya pun menjatuhkan pilihan pada buku digital yang bisa diunduh gratis dan bisa cukup menarik perhatian saya, sebuah buku yang sepertinya mirip buku pelajaran tapi judulnya cukup mengundang yaitu "Aku Bangga Berbahasa Indonesia". Buku inipun sebenarnya bukan pilihan pertama, saya sebenarnya sudah sempat mengunduh buku "Boleh Dogn Salah" yang juga gratis ketika saya masih belum fix dengan Internet Banking, tapi ternyata sudah ada yang meresumenya, dan saya menganggap konten buku yang terunduh juga tak utuh sehingga saya urung. Masih belum selesai, karena alternatif saya selanjutnya setelah saya akhirnya fix dengan Internet Banking pun masih ada buku "UK Trip", tapi ternyata sebelum saya mulai membaca, bahkan sebelum mulai mengunduhnya setelah membayar (karena QBaca menyarankan agar lebih cepat mengunduh lewat WiFi dan saya hanya bisa mengandalkan WiFi dekanat kampus tidak setiap hari), buku "UK Trip" juga sudah ada yang meresume. Akhirnya kembalilah saya pada buku kedua yang saya unduh pertamakali, yakni "Aku Bangga Berbahasa Indonesia" :')<br />
<br />
Sungguh tidak pernah saya sangka kalau di keadaan terpepet tanggal batas pengiriman dan padatnya kegiatan, juga halangan-halangan ketidaklancaran yang harus saya lalui untuk mengikuti lomba ini, akhirnya buku yang nyaris tak sempat saya "lirik kembali" setelah mengunduhnya pertama kali inilah yang menjadi bahan resume saya :') Meski demikian, saya sangat bersyukur, Allah SWT. masih mengijinkan saya mengirimkan sebuah resume untuk berusaha mewujudkan mimpi saya ke Korea, sedikit demi sedikit :')<br />
<br />
Apapun hasilnya, yang jelas dengan ini saya sudah cukup tenang karena saya tahu saya sudah mencoba dan berusaha :'<br />
<br />
Sekarang juga saya masih mengupayakan untuk mengikuti lomba blog Super Speedy , semoga Allah SWT. juga kembali berkenan memberikan kemudahan dan hasil yang terbaik bagi saya untuk pelan-pelan mendekati keinginan, mimpi-mimpi saya :')<br />
<br />
<blockquote>
Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu. .</blockquote>
<br />
<br />
<br />K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-74551820356303239072012-12-11T19:10:00.002+07:002012-12-11T19:22:43.493+07:00"...all those lights may have blind me." <blockquote class="tr_bq">
Perhatian sebelumnya: Barangkali beberapa hal yang dinyatakan dalam posting ini akan bersifat menyinggung dan subjektif, namun mohon pengertiannya bahwa semua ini hanya pemikiran-pemikiran yang diutarakan dengan apa adanya oleh penulis, tanpa bermaksud menyerang atau mengambil keuntungan dari pihak manapun. Tulisan ini hanyalah bentuk pengekspresian pemikiran semata.</blockquote>
<br />
Bisa kesambet apa saya tertarik untuk mendaftar Paduan Suara Mahasiswa di kampus.<br />
<br />
Yah tapi itu sudah terjadi dan sudah cukup lama berlalu, sudah selesai menjadi salah satu fragmen kejadian kecil yang membuat saya sedikit belajar.<br />
<br />
Kembali lagi ke pernyataan yang mengawali postingan ini. Ya, mungkin saya sedikit silau akan prestasi dan “nama besar” paduan suara universitas saya yang sudah terkenal sampai luar negeri. Bahkan terakhir kali paduan suara universitas saya itu memenangkan medali dari China, dan kebetulan China saat ini saya kaitkan dengan <i>boy group</i> produksi Korea dan citarasa Mandarin yang sedang saya cukup gemari yaitu EXO-M.<br />
<br />
<center>
<a href="http://imgur.com/St2tF"><img alt="" src="http://i.imgur.com/St2tF.png" title="Hosted by imgur.com" /></a><br />
<span style="font-size: small;">...ganteng-ganteng, ya. </span></center>
<center>
<span style="font-size: x-small;">*<i>nobodyaskyou.com</i>* tapi saya lagi gak maksud ngomongin mereka, sih. capek juga kagum melulu. <i>this image are also not mine, I got it from somewhere in the internet. you mad?</i></span></center>
<br />
Singkat cerita, silaunya kesempatan untuk keluar negeri dan kemungkinan bisa mengunjungi negeri pangeran-pangeran yang hanya dalam angan saya itu lah yang kira-kira menjadi alasan, dengan jujur saja saya katakan itu. Saya yang notabene nggak pernah masuk dalam dunia ke-paduan suara-an.<br />
<br />
Anak muda sekarang menggambarkan keadaan semacam ini dengan satu kata: “Pfft.”<br />
<br />
Iya, <i><b>“Pfft...”</b></i><br />
<br />
***<br />
<br />
Meskipun demikian, nggak sedangkal itu juga sih alasan saya. Kalau ditanya apakah saya suka musik, suka nyanyi, dan suka bareng-bareng seperti yang dinyatakan dalam promosi rekrutmen terbuka paduan suara universitas itu, sih, memang saya suka. Sudah lama musik itu adalah salah satu hal yang membuat hidup saya terasa lebih ada artinya, dan saya juga menemukan kesenangan dari ikut menyanyikan lagu yang sesuai dengan selera dan isi hati, dan sebagai manusia tentunya saya juga bukan makhluk soliter yang suka apa-apa sendiri.<br />
<br />
Berbekal alasan-alasan itulah, serta logika untuk tidak melepaskan kesempatan ini karena toh ada proses seleksi yang justru membuat kemungkinan untuk “udah-coba-saja” semakin besar. Saya pun mendaftar dan begitu juga dengan kakak saya yang sudah lama memendam keinginan untuk bisa bergabung dengan tim paduan suara universitas itu.<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<i>The light just seem too bright and maybe I was hoped to be shone underneath it.</i></blockquote>
<br />
***<br />
<br />
Sampai ketika ada semacam acara <i>One Day Training</i> diadakan dan tentunya saya ikuti itu dengan kesadaran besar sebagai orang yang sama sekali awam dengan ke-paduan suara-an. Mengikuti acara itu ternyata membuat saya sadar betapa saya sama sekali nggak nyangka kalau urusan ke-paduan suara-an ini bener-bener bukan main-main. Meskipun saya juga maksudnya juga bukan main-main, tolong mengerti sajalah maksud saya, ya.<br />
<br />
Paduan suara universitas saya ini berprestasi besar juga dengan kompensasi yang nggak ringan, latihan hampir setiap hari dan lebih-lebih kalau ada job dan kompetisi, pendanaan juga sifatnya terkesan mandiri, bahkan bisa sampai ngamen, ngawul (jualan baju bekas) dlsb. Saya jadi geleng-geleng kepala dan mulas dalam bayangan ketika membayangkan gimana jadinya dengan kuliah yang juga sama-sama padat, dengan segala dinamika sistem KBK (kurikulum Berbasis Kompetensi) yang sedang saya jalani ini.<br />
<br />
Belum lagi juga uraian yang disampaikan mengenai teknik bernyanyi, saya juga nggak sebegitu menyangka betapa ekspektasi tentang kematangan teknik juga sangat dituntut dari pak pelatihnya. Cukup “mengguncang” saja rasanya, bagi saya yang lebih memihak pada perasaan daripada kekakuan hal-hal praktikal ketika mendengar sendiri ucapan beliau kalau misalnya anggapan bahwa menyanyi dengan mengandalkan perasaan itu salah.<br />
<br />
Bisa saja sih saya salah tangkap, cuma saya jadi berpikir apakah saat itu saya menemukan pandangan nggak sama yang cukup “fatal” untuk dilakukan.<br />
<br />
Sepulangnya dari One Day Training itu, saya hanya lebih banyak membawa pulang rasa ragu.<br />
<br />
***<br />
<br />
Hari seleksi datang dan saya serta kakak datang cukup awal untuk bisa juga diseleksi lebih awal. Tesnya secara keseluruhan terdiri dari tes wawancara, tes nada, tes koreografi (sederhana), dan tentunya tes menyanyi disaksikan pak pelatihnya.<br />
<br />
Keraguan itu semakin menggedor hati saya ketika saya diwawancara (halah). Terlebih ketika pertanyaan soal kemungkinan saya “mendua” dengan minat lain serta organisasi lain ditanyakan, soal mana yang lebih saya utamakan, bagaimana membagi prioritas, bagaimana dan bagaimana lainnya. Sampai-sampai ketika saya menyebutkan keinginan saya untuk juga mengikuti UPK (Unit Pelaksana Kegiatan) jurnalistik di kampus, ditanyakan lagi kalau begitu apa saya lebih ingin menulis atau menyanyi? Terus apakah saya benar-benar ingin masuk PSM?<br />
<br />
Saya kira apapun dan bagaimanapun saya menjawab semua itu hanya terasa sebagai suatu hal yang mengambang saja sekarang.<br />
<br />
Tes nada dan tes koreografi... <i>well, I am not that musical nor I could danced that well.</i> Begitulah.
<br />
<br />
Terus di sinilah di tes tahap terakhir waktu disuruh nyanyi di depan pak pelatih yang bisa dibilang benar-benar klimaks dari segala perasaan mengambang dan ragu itu (halah kedua). Suara saya yang entah kenapa dimasukin ke kelompok suara sopran (....) diminta untuk terus meninggi dan meninggi menyanyikan reff lagu “Sendiri Lagi” yang saya pilih. Oh mengapa oh mengapa. Bapak pelatih pun meninggalkan testimoni bahwa saya bukan apa-apa kalau belum bisa mencapai ketinggian nada tuts kibor yang makin lama makin bening itu karena sopran benerannya di sana seharusnya bisa mencapai nada yang kanan banget dari kibor menurut sudut pandang pak pelatih. Oh oke lah pak kalau begitu.<br />
<br />
Terus ketauan kalau saya dari SMA yang paduan suaranya bagus, dan ternyata lulusan SMA saya juga ada yang juga gabung di paduan suara mahasiswa itu. Oh, gitu ya pak. Iya pak saya memang nggak ikut waktu SMA. Terus waktu giliran kakak saya juga... waktu kakak saya dipanggil saya udah harus keluar ruangan seleksi sih jadi entah deh gimana persisnya pak pelatih bilangnya.<br />
<br />
Kakak saya cerita kalau dia lebih suka melupakan apa yang pak pelatihnya itu katakan sama dia. Oh gitu ya yang kesekian.<br />
<br />
Iya dan sepulangnya dari seleksi pun saya hanya meragu. Gayanya ya, seakan-akan saya berpotensi besar banget untuk diterima.<br />
<br />
***<br />
<br />
Meskipun kemungkinan untuk diterima itu hampir kayak kemungkinan terjadinya mukjizat, tapi selama menunggu pengumuman saya juga nggak bisa memungkiri kalau rasa meragu itu masih menggantung terus di hati (halah yang ketiga). Saya jadi takut akan bagaimana jadinya kalau SEMISALNYA saya diterima, apakah saya nanti akan bisa tetep <i>keep in pace</i> sama kuliah, apa nanti saya bisa bener-bener membagi antara kegiatan di jurnalistik sama padatnya latihan di PSM, juga dengan keadaan mobilitas saya yang nggak bisa kemana-mana "sefleksibel itu" karena saya masih bergantung dalam urusan transportasi. Gimana kalau saya mesti latihan sampai malam, harus gimana dan gimana nanti. Gimana juga dengan “perbedaan pandangan” itu?<br />
<br />
...dan semua itu pernah sampai dalam tahap dimana saya diam-diam berpikir kalau mungkin lebih baik kalau saya nggak diterima. Bahkan sampai kebawa mimpi dimana waktu dalam mimpi itu saya seolah pertamanya dibilang diterima, tapi ternyata itu cuma “pancingan” buat penentu diterima atau nggak tambahan yang berupa G-Dragon dan Taeyang BIGBANG (ini serius saya mimpikan) yang bilang lebih suka suara temen SD saya yang di mimpi seolah-olah menjadi kompetitor terakhir saya di seleksi padahal notabene dia pengen banget masuk, dan di mimpi itu saya ragu-ragunya sama.<br />
<br />
Lalu akhir mimpi itu adalah ketika ternyata saya nggak diterima, lalu saya berlari keluar gedung seleksi yang serupa mansion (...), lari dengan rasa lega yang ganjil dilatarbelakangi intro instrumental lagu <i>Lovers In Japan</i> nya Coldplay, lalu saya bilang sama temen SD saya (yang udah siap-siap pulang sambil nangis sedih) kalau dia yang diterima. Di situ pun saya berpesan agar dia bilang ke G-Dragon dan Taeyang kalau saya itu penggemar mereka dan saya minta maaf kalau saya kayak dijadikan pancingan agar seleksi itu (yang ceritanya di mimpi itu seperti <i>reality show</i>)keliatan “panas”, dan bikin mereka “<i>gelo</i>” karena mereka “nggak suka” suara saya. Saya nitip agar temen SD saya itu bilang kalau saya akan tetep mendukung mereka. Oh VIP yang ngenes banget ya keliatannya.<br />
<br />
Iya dan kenyataan waktu pengumuman yang sebenernya keluar pun hasilnya juga sama. Saya nggak diterima (sayangnya, begitu juga dengan kakak saya padahal saya berharap setidaknya kakak saya bisa diterima...), tapi saya entah kenapa lega. Saya bebas dari keraguan itu.<br />
<br />
***<br />
<br />
Mungkin memang ini yang terbaik, dan meskipun kakak saya lebih termotivasi untuk diterima daripada saya, saya juga berharap ini memang yang terbaik. Saya tahu kalau saya merasa belum bisa menerima pandangan pak pelatih yang mengesankan kalau PSM itu butuh yang tahu teknik, lebih dari apapun. Ternyata itu juga yang terimpresikan kepada kakak saya waktu dia diseleksi menyanyi, seperti yang kakak saya bilang, kalau begitu mengapa sekalian saja dicantumkan kalau PSM hanya mencari orang yang sudah pernah les vokal atau apa, mengacu pada ucapan pak pelatih yang bilang kalau kemampuan kami bersaudara (halah yang keempat) masih kurang dan kami harus latihan teknik.<br />
<br />
Kakak saya bilang gimana bagi dia saat itu terkesan sekali dari apa yang dikatakan kalau kok berani-beraninya kami daftar PSM dengan teknik yang kurang kayak begitu. Oh gitu ya ternyata yang kedua, kalau nggak salah.<br />
<br />
Mungkin memang benar, kalau menyanyi itu pasti butuh teknik. Lalu waktu kita sudah menguasai tekniknya, baru kita kasih “perasaan”. Mungkin maksud bapak pelatihnya gitu. Gak tahu lah ya. Saya harap kakak saya bisa segera overcome kekecewaan itu, seperti saya nggak kecewa segitunya.<br />
<br />
Seperti di mimpi juga temen SD saya itu diterima, dan saya pikir <i>that is what she deserve kok</i>. Ya sudahlah, saya berkesimpulan kalau saya akan berusaha untuk menemukan cara lain agar bisa keluar negeri. Cara lain agar bisa ke Korea. Baiklah, saya akan menekuni menulis dan mengikuti macam-macam kompetisinya dan siapa tahu kesempatan itu akan datang.<br />
<br />
Siapa tahu suatu saat rejeki akan malu karena tidak mendatangi saya yang akan mengusahakan kesempatan-kesempatan untuk menulis dengan kemungkinan untuk menghasilkan.<br />
<br />
Mungkin semua ini menunjukkan bahwa saya ternyata bisa lebih menerima konsekuensi menekuni menulis daripada konsekuensi menekuni menyanyi di PSM, mungkin itu yang Allah SWT. coba tunjukkan pada saya. Siapa yang tahu.<br />
<br />
Barangkali juga semua ini menunjukkan pada saya soal “mencintai suatu hal dengan seutuhnya”, bahwa kadang cahaya yang menyilaukan itu hanya terasa membutakan, dan nggak membuat kita melihat yang sebenarnya. Bahwa yang sebenarnya itu mungkin belum tentu apa yang teraik buat kita, betapapun menyilaukannya itu terlihat di luar. Bahwa “mencintai suatu hal dengan seutuhnya” itu berarti juga menerima apa yang ada di balik kegelapan bayang-bayang cahaya menyilaukan itu.<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<i>Just don’t let those lights left you blind.</i>
</blockquote>
K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-85210058649682467712012-11-20T19:58:00.005+07:002012-11-20T20:00:47.417+07:00The Three Words.<div style="text-align: center;">
Jadi, bukan, bukan I. Love. You.</div>
<br />
Siang tadi, saya baru diwawancarai untuk perekrutan anggota Psikologi Jurnalistik Undip, dan kira-kira hampir di penghujung wawancara yang telah saya ikuti dengan jawaban yang makin lama makin inkoheren, tipikal, dan lain sebagainya, mendadak sang kakak pewawancara (yang entah kenapa membuat saya merasa nggak enak karena kayaknya jawaban saya nggak membuat ekspresinya cukup tertarik?) menanyakan satu pertanyaan yang tidak terlalu saya antisipasi sebelumnya.<br />
<br />
Meski sebenarnya, saya nggak mengantisipasi pertanyaan apapun.<br />
<blockquote>
Coba sebutkan tiga kata yang bisa menggambarkan dirimu.</blockquote>
Setelah mendengar pertanyaan itu, berbagai macam pikiran muncul di dalam kepala saya; tapi yang juga terjadi adalah saya harus cepat menjawab ini.<br />
<br />
Meski saya berpikir untuk menyebutkan "bakmi" dan atau "kentang", saya nggak menyebutkannya karena itu terlalu mengesankan orientasi abnormal pada makanan tertentu, dan seharusnya saya membuat si kakak mau menerima saya sebagai anggota tim jurnalistik kampus yang bisa diandalkan bukannya gila bakmi dan kentang.<br />
<br />
Di situ saya kembali harus berpikir cepat, <i>men</i>, dan akhirnya yang saya katakan adalah<br />
<blockquote>
<h4>
Tulisan,</h4>
</blockquote>
...mengacu pada kesadaran saya akan bagaimana saya selalu merasa nyaman untuk menjadi diri saya dan mengutarakan apa yang ingin saya katakan lewat tulisan; menggantikan kata "pemalu" yang sebenarnya sempat terpikirkan, tapi entah kenapa saya tolak. Meskipun mungkin memang saya pemalu, saya sedang dalam masa ingin berubah menjadi... sesuatu... apa?<br />
<blockquote>
*diucapkan sangat pelan karena nggak terlalu yakin*...buku*dan akhirnya nggak jadi dan saya akhirnya mengeraskan suara*<h4>...menghargai,</h4>
</blockquote>
...berdasar pada bagaimana saya memandang sesuatu selama beberapa lama ini, entahlah, rasanya seperti susah sekali bagi saya untuk mengabaikan pikiran bagaimana saya tidak ingin memerlakukan sesuatu dalam cara yang saya sendiri tak akan suka menerimanya.<br />
<blockquote>
<h4>
Setia.</h4>
</blockquote>
...jujur saja saya juga nggak terlalu paham kenapa saya akhirnya menjadikan kata ini sebagai kata ketiga untuk menggambarkan diri saya.<br />
<br />
Saat saya menulis ini, saya jadi teringat kalau saya pernah berpikir apakah mungkin saya memang punya semacam <i>sense of belonging</i> yang besar pada sesuatu meski saya nggak pernah benar-benar mengekspresikannya.<br />
Sesuatu apa? Sebenarnya macam-macam, dari mulai benda-benda, dimana saya suka banget kesal sama kakak saya kalau pakai/pinjam barang saya sembarangan, sampai pada orang-orang... dan, untungnya saya masih cukup sadar untuk nggak terlalu mengekspresikan itu. Syukur deh, seringnya saya bisa cukup "sigap" bahwa saya nggak akan selalu berhak merasa bisa "terus memiliki" orang-orang yang saya anggap berarti, bahwa saya nggak bisa memaksakan anggapan apapun terhadap orang lain.<br />
<br />
<i>So that's my three words, what about you? </i>K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-66094024854936152532012-10-29T19:13:00.003+07:002013-01-24T17:35:53.386+07:00Embracing Life Balance With a Proper Nocturnal Pampering<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<i>Everything
exists in harmony</i>.
Kadang-kadang, saya pikir salah satu inti dari cara kita hidup adalah
berusaha menjaga harmoni itu, mencari sebuah keseimbangan, keadaan di mana kita
merasa paling nyaman dan “cukup”.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
Irama
aktivitas kehidupan kita dalam satu hari juga seakan punya simbol
keseimbangannya, yaitu matahari dan bulan, siang dan malam. Aktivitas siang
hari identik dengan semangat dan energi, sedangkan aktivitas malam hari lebih
pada suatu fase isi-ulang… meski pernyataan ini mungkin tidak sepenuhnya
mewakili kenyataan kehidupan setiap orang, karena tidak ditutup kemungkinan
tentang seseorang yang aktivitasnya selalu penuh hingga hari berganti lagi.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
Irama
seperti itu tidak terasa ideal, bukan, meskipun begitu?<br />
<br /></div>
<center>
<a href="http://imgur.com/tKgnR"><img alt="" src="http://i.imgur.com/tKgnR.jpg" title="Hosted by imgur.com" /></a></center>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
Seperti yang saya coba ilustrasikan di atas. biasanya
seiring matahari sudah mulai kelihatan “meredup” untuk kembali lagi ke
peraduannya, begitu juga diri kita yang biasanya juga sudah merasa butuh untuk
kembali mengisi-ulang diri kita setelah rentetan aktivitas yang sudah
dilakukan. Kita juga butuh untuk kembali ke “peraduan” nyaman kita setelah
menghabiskan hari di luar, memberikan energi dan semangat kita untuk dunia luar.<br />
<br />
***</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
Untuk kita para perempuan yang seringkali terasa semacam terikat kodrat “tak
tertulis” untuk selalu nampak baik sebagai suatu simbol keindahan dan
kecantikan setiap harinya setelah sepanjang hari diterpa tantangan
fisik-dan-mental dunia luar, bersaing dengan terangnya matahari sehingga
seringkali harus membiarkan tubuh kita diterpa sapuan sinar terik, debu, dan
hawa kering yang mengikuti... <i>well, we deserve a nice
self-recharging</i>, ‘kan?</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
Ke salon
ataupun spa dan melakukan perawatan di sana memang bisa dibilang salah satu
cara yang menyegarkan diri yang menyenangkan, tapi kadang perawatan yang
spesial juga membutuhkan bujet yang tidak sedikit.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
Lain cerita
kalau memang ada suatu tempat yang menyediakan perawatan spesial tanpa memungut
biaya seperti Rumah Cantik Citra, mendatanginya bisa dijadikan pilihan yang
bagus. Sayangnya di Kota Semarang saat ini masih belum dibuka lagi, dan saya
belum sempat mencoba perawatannya yang kata kakak saya enak. Beruntung sekali
kalau sudah pernah mencoba ke Rumah Cantik Citra seperti kakak saya itu, ya, sayangnya
waktu masih dibuka di Semarang kesadaran saya tentang pentingnya
<i>self-pampering</i> semacam itu masih mengalahkan kesukaan saya
pada yang gratisan.<br />
<br />
Tapi hendaknya pengalaman seperti itu jangan disesali, malah hanya akan membuat kepikiran yang
bisa menyebabkan stres dan itu tidak disarankan untuk menjaga kecantikan (yang
bisa dibilang) merupakan simbol dari wanita. Hehe! Saatnya mengasah kecantikan
berpikir kita dalam mencari cara kita sendiri untuk
me-<i>recharge</i> diri.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
Kalau untuk
saya, salah satu kombinasi yang paling menyenangkan setelah seharian
beraktivitas adalah gabungan dari mandi air panas, makan malam yang enak,
cokelat panas, dan tak lupa melakukan perawatan kulit tubuh malam hari saat sebelum
tidur (dan jangan lupa gosok gigi!).</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
Terakhir
disebutkan (tapi bukan yang di dalam kurung) bisa dibilang datang diiringi
kesadaran diri setelah lama mengalami tumbuh-kembang dan akhirnya menyadari
diri sendiri sudah menjadi wanita, nih. Tidak mungkin ‘kan membiarkan diri
kelihatan tidak perhatian pada diri sendiri? Kesehatan kondisi kulit yang
terjaga menjadi salah satu indikator untuk mengukur bagaimana kita memerhatikan
diri selain kesehatan rambut dan gigi. Kehidupan sosial kita menuntut diri kita
untuk berhadapan dengan banyak orang, dan sangat penting untuk bisa meninggalkan
kesan yang baik untuk mereka, baik dari yang bisa dilihat sampai yang bisa
dirasakan.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
Untuk
itulah, penting juga menemukan waktu tertentu untuk me-<i>maintain</i>
penampilan kita yang dilihat dari luar; dengan kulit sebagai salah satu yang
utama karena merupakan bagian tubuh paling luar dari kita. Bagi kulit kita,
waktu malam hari ternyata yang paling cocok. Bisa dibilang pas sekali bukan, dan
membuat irama keseharian kita juga terasa seimbang dengan baik. Pagi-siang
bebas beraktivitas dan bekerja, malamnya bebas beristirahat dan berbenah untuk
esok yang selalu segar dan semangat!<br />
<br />
***</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
Mengapa
malam hari? Selain sebagai suatu waktu di mana tanggungan pekerjaan sudah
banyak diselesaikan dan lebih banyak waktu untuk diri sendiri akan tersedia,
ada juga penjelasan secara ilmiah seperti berikut jika alasan saya masih belum meyakinkan:
<br />
<blockquote>
"Kulit mengalami regenerasi optimal dan membutuhkan kelembaban yang tinggi saat malam hari. Maka <i>body lotion</i> juga harus diaplikasikan saat menjelang tidur."<br />
(Dikutip dari: <a href="http://female.kompas.com/read/2012/09/26/09354390/Losion.Pemutih.untuk.Malam.Hari">female.kompas.com</a>)</blockquote>
Jangan puas dulu kalau Anda sebenarnya sudah merasa "yakin" dengan "kelangsungan" kulit karena sudah mengaplikasikan krim pagi ataupun <i>sunblock</i>, karena kalau ingin seratus persen yakin, kulit juga butuh "bantuan" dari krim yang dipakai saat malam hari. Mengapa? Ternyata, kulit juga sama-sama "<i>recharging</i>" seperti kita setelah seharian beraktivitas, dengan adanya aktivitas penguapan tinggi yang dilakukan oleh kulit. Seperti kata Pak Dokter Kulit pada kutipan di bawah ini:<br />
<blockquote>
Menurut dr Eddy Karta, SpKK, pada malam hari hari sel kulit memperbaiki diri dan air di dalam kulit menguap 20 persen. Kandungan air pada kulit pun menghilang hingga 25 persen.<br />
"Kulit akan terus-teruan mengeluarkan atau menguap air, sehingga kelembaban kulit akan hilang. Pentingnya menggunakan pelembab pada malam hari karena untuk menjaga agar air tidak menguap terlalu banyak pada kulit. Dengan kelembaban susunan sel kulit akan baik," ujar dokter lulusan Universitas Indonesia itu. <br />
(Dikutip dari: <a href="http://wolipop.detik.com/read/2012/09/26/091555/2036656/234/pentingnya-menggunakan-body-lotion-di-malam-hari">wolipop.detik.com</a>)</blockquote>
Sungguh Maha Besar Sang
Pencipta, bahkan Dia membuat kulit kita juga kompak untuk menyegarkan diri di
waktu yang sama dengan diri kita. Jadi, yuk jangan disia-siakan!<br />
<br />
***</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
Kelangsungan
perawatan kulit tubuh malam hari ini salah satunya juga ditentukan oleh
pembagian waktu yang baik. Atur urutan hal yang kita lakukan sedemikian rupa
sehingga tetap bisa ada waktu selama sekitar lima belas menit di malam hari
sebelum tidur untuk merawat kulit kita. Masih boleh deh, tetap <i>update
networking</i> dengan menengok jejaring sosial kita atau berbagi hal-hal
berkesan hari ini di <i>posting blog</i>, tapi jangan keasyikan dan
malah melupakan “ritual” sederhana tapi esensial kalian untuk mendukung cantik
luar-dalam, ya.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
Setelah
waktunya pas dan kalian sudah akan bersiap tidur, <i>make yourself
comfortable</i> untuk melakukan rangkaian persiapan menuju tidur cantik kalian.
Akan bagus jika kamar sudah rapi, pakaian yang mau dipakai serta barang yang
mau dibawa besok sudah disiapkan. Tinggal matikan lampu atau menyalakan lampu
tidur cantik kesayangan, mungkin bisa juga ditambah menyalakan musik yang
menenangkan untuk mengantar tidur? Nah, jika semuanya sudah, maka perawatan kulit tubuh malam hari kalian sudah bisa dilakukan!</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
Saya ingat
waktu saya masih lebih kecil dan terkadang mendapati kakak perempuan saya yang
lebih tua tiga tahun mengoleskan <i>body lotion</i> sebelum tidur. Bagi saya itu
kegiatan yang semacam menyenangkan dilihat, entah kenapa. Mungkin karena kakak
saya menggunakan <i>body lotion</i> yang baunya wangi dan ketika disentuh rasanya halus,
ya. </div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
Seringkali melakukan perawatan kulit tubuh malam hari terkadang dilewatkan karena
kelewat mengantuk atau malas. Padahal sebenarnya itu merupakan hal yang menyenangkan untuk dilakukan
jika sudah ada kesadaran, untuk menyadari pentingnya dan membiasakan diri
melakukannya. Begitu juga dengan saya yang sebenarnya juga masih membiasakan
diri, tapi ketika melakukannya sendiri memang sebenarnya tidak buruk, kok.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
Rasanya
seperti ada dalam <i>me time</i> di mana saya bebas merasa diri
saya cantik dan menyemangati diri sendiri. Lebih enak lagi jika sambil
mendengarkan lagu-lagu kesukaan, bisa memanjakan panca indera kita sekaligus,
lho. Bagaimana bisa? Untuk itu kita harus menyiapkan “komponen kecil” yang pas.
Selain penyediaan waktu dan pengondisian sekitar yang nyaman, “komponen kecil”
seperti pilihan produk perawatan berupa <i>body lotion</i> yang pas juga tidak kalah penting.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
Sangat
penting untuk bisa memakai produk luar perawatan kulit yang memiliki kandungan
yang baik dan cocok untuk kulit kita. Jangan sampai perawatan kulit malam hari
yang seharusnya membuat kita semakin segar untuk keesokan hari malah membawa
kekhawatiran. Apalagi jika seperti saya yang berkulit sensitif, tidak bisa
sembarangan memilih <i>body lotion</i>. Biasanya, paling aman jika memilih <i>body lotion</i> yang
tidak kebanyakan bahan kimia dan mengonsentrasikan kandungannya dari bahan-bahan alami.<br />
<br /></div>
<center>
<a href="http://imgur.com/tGAiL"><img alt="" src="http://i.imgur.com/tGAiL.jpg" title="Hosted by imgur.com" /></a></center>
<center>
<span style="font-size: x-small;">gambar diambil dari rumahcantikcitra.co.id</span></center>
<center>
<span style="font-size: x-small;"><br /></span></center>
<center>
</center>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
Kandungan
dalam <i>Citra Night Whitening</i> saya kira bisa memenuhi kriteria dari “komponen kecil”
yang pas itu. Kandungan utamanya dari bahan alami buah-buahan, yaitu minyak biji anggur dan ekstrak <i>mulberry</i>, bukan dari bahan kimia
pemutih/pencerah yang tidak bisa membuat kita merasa aman. Rupanya kandungan
<i>mulberry</i> dan minyak biji anggur saling bekerja sama untuk
menjadi campuran cocok dipakai untuk perawatan kulit tubuh malam hari yang pas. Bagaimana kedua kandungan ini bekerja sama secara ilmiah bisa kita lihat dari kutipan berikut:
<br />
<blockquote>
"Ekstrak <i>mulberry</i> ini dikombinasikan dengan vitamin B3 untuk membuat kulit tampak lebih cerah, dengan menghambat kerja enzim tyrosinase yang bertanggung jawab untuk membentuk melanin (zat warna) di kulit. Sedangkan minyak biji anggur mengandung asam linoleat, lemak penting yang dibutuhkan tubuh untuk meregenerasi kulit. Selain itu minyak biji anggur ini juga mengandung antioksidan yang berfungsi menghambat proses pembentukan radikal bebas. Kandungan minyak biji anggur dan <i>mulberry</i> ini juga menciptakan keharuman yang menyegarkan dan menenangkan." (Dikutip dari <a href="http://female.kompas.com/read/2012/09/26/09354390/Losion.Pemutih.untuk.Malam.Hari">female.kompas.com</a>) </blockquote>
Wah benar-benar peramunya tahu sekali
“keajaiban” bahan-bahan alami untuk membuat yang memakai jadi lebih cantik
alami tanpa bahan buatan.<br />
<br />
Selain itu, berita bagus nih untuk si hemat, karena harga dari <i>Citra Night Whitening</i> ini juga sangat ramah di kantong:
<br />
<blockquote>
'<i>Citra Night Whitening</i>' telah bisa didapatkan di supermarket maupun toko-toko kecantikan di Indonesia. Kemasan 60ml dijual seharga Rp 5,700, 120ml Rp 10,200, kemasan 250ml dijuar sehraga Rp 17,900, sedangkan kemasan 400ml seharga Rp 26,700.<br />
(Dikutip dari: <a href="http://wolipop.detik.com/read/2012/09/26/091555/2036656/234/pentingnya-menggunakan-body-lotion-di-malam-hari">wolipop.detik.com</a>)</blockquote>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
Cantik
dengan produk yang kandungannya dari bahan alami dan harganya juga tidak
membuat mengelus dada dan jadi kepikiran ketika tidur setelah memakainya, salah
satu bukti kalau cantik tidak harus mahal, bukan?</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
Lalu
bagaimana bisa perawatan kulit tubuh malam hari ini memanjakan panca indera kita
setelah “bahan-bahan”nya tersedia? Mudah saja jangan dibuat sulit... Wangi paduan
minyak biji anggur dan <i>mulberry</i> akan sangat memanjakan
penciuman kita sehingga membantu diri kita merasa lebih tenang, kulit kita yang
terasa lembut dan terlihat lembab akan memuaskan penglihatan dan perabaan kita
saat mengaplikasikan Citra Night Whitening, dan bagaimana lagu-lagu favorit yang
kita dengarkan membuat lidah kita ikut melafalkan liriknya saat sedang asyik dengan
<i>body lotion</i> yang wangi, lembut di kulit kita merupakan tanda bagaimana panca indera
kita dimanjakan saat melakukan perawatan kulit di malam hari ini.<br />
<br />
<center>
<a href="http://imgur.com/gDAHQ"><img alt="" src="http://i.imgur.com/gDAHQ.jpg" title="Hosted by imgur.com" /></a></center>
<i></i><br />
<div style="text-align: center;">
<i><i>It
does make sense, right? Just admit it anyway…! </i></i></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br />
***<br />
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
Kalau
caranya benar seperti yang sudah saya gambarkan tadi, tentunya akan terasa
sekali bagaimana kita semakin mendekati keseimbangan yang kita cari setelah
perawatan kulit tubuh malam hari untuk menyegarkan diri di hari esok, bukan? Bukan
hanya semangat dan optimisme yang harus diisi-ulang ketika kita akan menghadapi
hari esok, tapi juga kondisi prima dari jasmani yang salah satunya adalah
kesehatan kulit, pelindung luar kita yang akan jadi andalan menghadapi sinar
matahari dan kawan-kawan. Senantiasa cantik luar-dalam untuk hari esok dengan
perawatan diri yang menyeimbangkan dengan kebutuhan aktivitas di siang hari<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1155137352468462879" name="_GoBack"></a>, <i>let embrace this harmony we deserve to achieve, ladies.</i> <span style="font-family: Wingdings; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-symbol-font-family: Wingdings;">J</span><br />
<br />
Setelah ulasan panjang ini, semoga bisa membantu membangun kesadaran kita pada hal-hal sederhana yang bisa kita biasakan untuk kualitas hidup yang lebih baik, ya! Jangan malu untuk menjadi perhatian pada karunia jasmani yang Tuhan berikan untuk kita, jadikan saja sebagai salah satu upaya kita untuk bersyukur. </div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br />
<img src="http://rumahcantikcitra.blogdetik.com/files/2012/10/f66787376538f99a3e50657270090756_banner-kontesblog-citra.gif" /></div>
K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-35894474148869168552012-10-26T16:24:00.002+07:002012-10-26T16:24:51.670+07:00Can I Be Sweet Enough If Want To? :p<a href="http://imgur.com/XIaLw"><img alt="" src="http://i.imgur.com/XIaLw.jpg" title="Hosted by imgur.com" /></a><br />
<br />
Well I made this for one of my best-granny-friend who is currently continues her study in Malaysia u,u<br />
<br />
The distance makes me feel some urge so this is what comes out ^^ best wishes!!<br />
<br />
Actually, I feel a bit bad because I don't make such these things to my other besties >< even to my own sister, I guess since now I will try to be more romantic to them = = K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-74939028921931197732012-10-19T22:55:00.001+07:002013-02-01T17:23:02.457+07:00VIP Journey: Before and After The Stage-LightsSeperti yang sudah saya janjikan dalam post berlabel VIP Journey sebelum ini ;p
Sebenarnya, banyak sekali hal yang terjadi dan banyak sekali rasa yang kayaknya jika diceritakan tidak akan bisa benar-benar menggambarkan... dan saya kira bercerita terlalu panjang lebar dan kronologik mungkin agak un-<i>necessary</i>. Kemungkinan besar akan ada lebih banyak orang yang bisa menuliskan pengalaman mendetilnya menonton BIGBANG Alive Tour 2012 di Indonesia kemarin dengan lebih menarik dan baik dari saya (: <i>just happy googling if that’s what you look for, like I did when I am lackingly tried to “surveyed” how’s a concert in MEIS feels like and I’ve read a couple of SuperShow4 Indonesia fan-account posts out there</i>.
Konser kemarin... luar biasa, dalam segala perasaan <i>undescribable</i> yang terasa saat lampu panggung masih mati dan dimatikan lagi.
<br />
<blockquote>
...like, "I don't know what to say no more...?"</blockquote>
Sebelum semuanya dimulai, dan kedatangan saya bersama kak-adik dan Ibu (ya! Ibu saya menemani kami bertiga menonton boyband asing yang sama sekali tidak dikenalnya :’) yang sedikit terburu karena keterlambatan jadwal pesawat dan kondisi lalu lintas yang agak kurang mendukung akhirnya menyuguhkan kami pada <i>our best seat in that night</i>.<br />
<br />
<center>
</center>
<center>
<a href="http://imgur.com/ONJif"><img alt="" height="384" src="http://i.imgur.com/ONJif.jpg" title="Hosted by imgur.com" width="640" /></a></center>
<br />
Saya melihat sekeliling stadium yang pelan-pelan mulai terisi dengan orang-orang dan atribut penggembira serba-kuning, yang sebenarnya tidak terkecuali saya, sih...<br />
<br />
Tahu perasaan aneh ketika kamu merasa sedang tidak berada dalam dunia nyata karena... di sekitarmu, apa yang terlihat, terasa, dan dialami terasa lebih akrab di angan-angan? Waktu itu dengan suatu <i>dazzled feeling</i>, rasanya perlahan-lahan sekali saya mencerna kenyataan bahwa saya BENAR-BENAR AKAN MENONTON BIGBANG. Bukan sebuah layar yang mengirimkan pantulan visual ke retina mata saya!<br />
<br />
Saya melihat atribut di sekitar saya (<i>crown-headband</i> yang saya pakai dua buah di kepala serta kaos penggemar resmi dari BigBang Indonesia, plus empat buah <i>handbanner</i>), mendadak terbayang hari-hari di mana semua atribut itu terasa agak “janggal” dibanding ke-regular-an semua benda di rumah =))...dan sebentar lagi saya akan menggunakan semua atribut itu SEPERTI ORANG YANG BENAR-BENAR MENONTON KONSER.<br />
<br />
Layar besar di sebelah kanan menampilkan rentetan musik video dan tayangan iklan sponsor, dan meski saya pertamakalinya agak nggak “ngeh”, saya akhirnya ikutan <i>overwhelmed</i> dalam perasaan dan ekspresi verbal pada apa yang sebenarnya sudah biasa dilihat (musik video-musik video itu) karena sadar bahwa YANG ASLI SEBENTAR LAGI AKAN BISA DILIHAT.<br />
<br />
**<br />
<br />
Lalu dimulai, dan saya ada di antara cahaya <i>lightstick</i> dan lampu panggung yang menyilaukan, menjadi bagian dari hal yang sempat saya angan-angankan dalam hati.<br />
<br />
<center>
<a href="http://imgur.com/8derO"><img alt="" height="480" src="http://i.imgur.com/8derO.jpg" title="Hosted by imgur.com" width="640" /></a></center>
<br />
Posisi VIP memang rupanya tidak membuat saya dalam posisi yang bisa sedekat mungkin, namun biar saya beri tahu ya, mengutip sedikit dari perkataan Ibu saya; posisi ini seakan memberikan sedikit <i>distant-view</i> yang bisa kamu nikmati untuk dirimu sendiri.<br />
<br />
Posisi VIP ini tidak akan mengharuskan kamu untuk terlihat terus <i>excited</i>, tapi dari posisi itu, meski tentu saja kamu tidak akan bisa menghindar untuk tidak terpengaruh “euforia” <i>crowd</i>”, dijamin kamu akan punya lebih banyak kesempatan untuk... benar-benar hanya meresapi momen di dalam dan luar dirimu, mengambil jeda untuk sejenak melihat keseluruhan dari “hal besar” yang menjadikan kamu sebagai satu bagiannya.<br />
<br />
Tentu saja, ekspresi verbal yang lantang-nyaris-tak-terkendali terlepas pula dari saya ketika rasa senang dan tidak percaya melingkupi saya saat lagu seperti “Stupid Liar”, “Love Song”, dan “Haru-Haru” dibawakan LANGSUNG. Begitu pula ketika saya mengekspresikan bagaimana menawan dan atraktifnya kelima member BIGBANG di atas panggung.<br />
<br />
Mengayunkan <i>lightstick</i>, seperti semua yang menontonnya, saya seperti berusaha menekankan keberadaan saya dalam segala kemeriahan itu agar mereka yang sedang tampil di atas panggung bisa ikut merasakan “keberadaan” saya yang menikmati dan mensyukuri kesempatan saya melihat mereka malam itu.<br />
<br />
Mereka semua tampil profesional, atraktif, dan luar biasa. Itu semua seakan membuat kami semua yang berada dalam stadium sepakat untuk membuat mereka semua merasakan segala apresiasi tulus yang bisa kami berikan. Rasanya senang sekali karena mereka bisa “merasakannya”, dan mereka berterima kasih, berusaha berkomunikasi dalam bahasa Inggris meski kadang bercampur bahasa ibu mereka menunjukkan <i>acknowledgement</i> dan <i>appreciation</i>.<br />
<br />
Mereka bilang, kurang-lebihnya, bahwa ini merupakan kali pertama mereka di Indonesia, dan mereka sangat berterima kasih karena “kehangatan” dan “kebaikan” yang mereka rasakan untuk mereka di sini. <i>Silly boys</i>, tentu saja! Rasanya puas melihat bagaimana mereka menyaksikan sendiri betapa di luar dugaannya dukungan yang mereka dapatkan di Indonesia... ini membuat saya harus menuliskan betapa tak-tergambarkan sekali rasa senang yang terasa ketika mereka mengajak kami semua menyanyikan “Haru-Haru” bersama mereka!<br />
<br />
**<br />
<br />
Saya yang pada awalnya lebih banyak menumpahkan “afeksi” pada sosok G-Dragon pun lantas meratakan kadar “cinta” saya pada semua member yang lain setelah menonton konser ini. Semua member BIGBANG yang menunjukkan kualitas mereka yang pantas untuk mendapat limpahan rasa sayang =))<br />
<br />
G-Dragon! Kamu bisa terlihat menjadi seperti apa saja yang kamu mau dan tidak pernah gagal terlihat mengangumkan, dari mulai nampak <i>charming</i> sampai nampak sangat <i>cute</i> >< saya ingat kemarin, kamu sempat duduk di pinggir panggung dan nampak sangat adorable dalam gestur dan mimik yang kamu tampilkan saat melakukannya!<br />
<br />
TOP! Ketampanan dan pesonamu mampu mendapat pengakuan dari siapa saja ya, sepertinya! Bahkan Ibu saya hanya mengakui ketampananmu dibanding anggota yang lain :p<br />
<br />
Daesung! Tidak hanya suaramu saja yang menyentuh hati saya, saya juga selalu merasa terhibur dengan setiap hal yang kamu katakan, memang benar kalau kamu akan unggul kalau muncul dalam acara <i>variety</i>!^^ Apalagi berdua dengan Seungri, <i>you guys own the show with joyful laughter!</i> :p ...kamu memang bukan <i>main vocal</i> biasa :’<br />
<br />
Seungri! Saya tahu kalau kamu sempat punya skandal, dan jujur dikatakan kalau sebenarnya nggak heran kalau melihat pribadimu yang...yah..."charmingly naughty" itu. Tapi tetap saja! Kemarin kamu masih tetap menunjukkan ke-adorable-an khas maknae (meski kamu bukan maknae biasa, apalagi kalau mengingat penampilan solomu dengan tema militer (?) dengan outfit army dan senapan laser ////)<br />
<br />
Taeyang!...dari dulu, persahabatanmu dengan G-Dragon selalu menyentuh saya dan membuat saya kagum, karena kalian adalah sahabat penuh bakat yang luar biasa > < sangat senang bisa mengetahui betapa yang satu ini bisa berkomunikasi cukup lancar dalam bahasa Inggris > <...saya nggak nyangka kalau ternyata di atas semuanya, di malam itu, member satu ini menjadi...<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
...yang paling berkesan signifikan bagi saya?</blockquote>
<br />
Bagaimana seorang Dong Youngbae a.k.a Taeyang nampak sangat senang dan berterimakasih, berulang kali melakukan <i>beatbox</i> “aku cinta padamu” dan berkomunikasi pada kami, lalu seakan merasa masih perlu “meninggalkan” ekspresi kebahagiaan dan berterima kasih ia memberikan <i>dance move</i> atraktif-enerjik sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan panggung menyusul member lain setelah dua kali <i>encore</i>.<br />
<br />
Belum lagi ketika dia seakan mengajak kami yang menonton di sisi atas untuk “melompat bersamanya”, memberi saya angan-angan untuk bisa seakan merasa benar-benar menatapnya tidak hanya satu arah! Abang, ko tahu saje.... =))<br />
<br />
Youngbae-oppa, jujur saja saya tidak pernah menyangka akan menjadi sangat “tersentuh” itu padamu =)) ....but! ANYWAYS CONGRATULATIONS, GUYS, YOU’VE NAILED THE SHOW FOR SURE...saya ternyata berharap bahwa ini bukan konser dari mereka yang pertama dan terakhir, semoga saja di masa mendatang, Allah SWT bisa meridhoi saya beserta kakak-adik untuk mengalami ke-luar biasa-an ini lagi :’)<br />
<br />
Hoping that this won't be the end of my 'VIP' Journey ;p K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-69643405236948635032012-10-03T08:45:00.001+07:002012-10-03T08:48:16.108+07:00VIP Class Journey<div style="text-align: center;">
About D-9 to the first held-in-Jakarta's concert I've ever attend.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<center>
<img src="http://c0014489.r32.cf1.rackcdn.com/x2_ea9046d" /></center>
</div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: xx-small;">disclaimer: I do not own this image</span> <br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seharusnya saya <i>excited</i> banget dan gak sabar kan untuk segera melihat langsung penampilan grup yang sudah cukup banyak menyita perhatian saya ini? O,O
Bukannya saya sama sekali nggak merasa seperti itu, sih... Did you know those unnamed feelings when you just found yourself in the middle, no highs or lows?
Pertama kalinya tahu soal konser ini,saya ingat betapa rasanya untuk bisa menontonnya adalah suatu hal yang "penting" sekali dan akan sulit untuk mengikhlaskannya seperti saya mengikhlaskan konser lain, jenis konser dimana kamu tahu itu adalah musisi favoritmu tapi kamu sadar kamu tidak bisa begitu saja menontonnya... hanya saja dengan Alive Tour ini, beda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nggak, saya nggak dibayar siapapun untuk ngomong seperti ini; this is just a honest feeling.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mulailah akhirnya lika-liku saya sebagai seorang yang belum pernah lihat konser dalam skala ini, pertama kali, jelas, adalah minta izin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata bukan perkara gampang, terutama jika orangtuamu belum pernah mendengar tentang musisi yang ingin kamu lihat konsernya... apalagi musisi Korea yang bahasanya aja hanya bisa dimengerti dengan batin (?). Belum kalau sudah ditanya soal harga, nah, pengertian mengenai keinginan si anak agak sulit diberikan setelah tahu harga tiketnya yang sangat "reasonable". Apa yang saya katakan ke Ibu saya waktu itu (saya ingat kejadiannya sewaktu kami sedang makan di Soto Pak Keri), adalah saya bersedia menggunakan uang di tabungan untuk bisa membayar tiketnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memang saya nggak tanggung-tanggung, saya dan kakak (yang kebetulan, segala puji bagi Tuhan, juga suka Bigbang hehe) berniat membeli tiket VIP yang harganya paling mahal. Eits... bukan berarti kita nggak sadar sama sekali kalau penebusan atas tiket kelas itu adalah uang yang sama sekali NGGAK sedikit, namun kami saat itu merasa sekali kalau itu adalah konser yang pantas menjadi semacam satu kesempatan yang kemungkinan untuk terjadi kembali sangat kecil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memang entah kenapa konser ini bedaa banget; saya jadi ingat kalau bahkan waktu first official announcement atas konser ini dilakukan beberapa bulan yang lalu, serasa hati mendesir dengan keinginan untuk nonton konser ini... saya ingat kalau pengumuman resminya sudah ada sejak saya masih dalam kisaran kegiatan memersiapkan diri untuk SNMPTN Tertulis. Waktu itu sih saya nggak berani terlalu memikirkan konser ini dan berusaha menyadarkan diri kalau yang penting waktu itu adalah persiapan SNMPTN, bukan yang lain, kalau saya bertekad masih waras dalam segala "obsesi" saya... ha.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian singkat kata, akhirnya tahapan untuk akhirnya bisa berjuang mendapatkan tiket bisa dilakukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata memang nggak gampang, dan dalam waktu singkat yang sepertinya nggak perlu dijabarkan, kekurangan pengalaman dalam online-competition (?) membuat saya dan kakak nggak bisa mendapatkan tiket di hari penjualan online nya. Meminta tolong saudara yang tinggal di Jakarta pun entah kenapa rasanya rikuh, karena bagi kami perkara membeli tiket ini sebaiknya nggak perlu merepotkan orang lain secara berlebihan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami sempat sampai dalam tahap dimana akhirnya (waktu itu) kami berpikir bahwa mungkin bukan rejeki kami untuk menonton konser itu, dan I would say that is not that easy; yah, tapi berlarut-larut juga diri sendiri yang rugi 'kan?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu itu kami masih belum mendengar tentang prospek penambahan hari konser, dan meski sudah mulai bermunculan permintaan publik atas penambahan second show, saya dan kakak nggak berani terlalu berharap; meski kami mengira kalau memang sudah seharusnya musisi sehebat Bigbang mendapat tambahan hari konser di Indonesia yang penggemarnya bisa dibilang banyak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari demi berlalu dan seperti biasa hidup terus berjalan (?), kami juga sudah nggak terlalu membicarakan permasalahan Bigbang ini karena sudah mulai dengan kegiatan kuliah (ehem). Meski demikian, sebagai kepo-er dan stalker profesional, saya masih rajin mengecek pembaruan terkini mengenai Alive Tour ini, dan benar saja, syukur alhamdulillah memang ada second show~ </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Balik lagi ke "perjuangan" beli tiketnya, tapi ternyata memang Allah Maha Tahu akan suara umatNya yang berharap adanya sedikit kelonggaran dari urusan perang koneksi (?)... ternyata keharusan untuk perang koneksi (?) dalam membeli tiket untuk second show ini bisa diminimalisasi dengan adanya kebijakan penjualan presale yang diadakan atas kerjasama fanbase dan ticketing company nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam kesempatan ini biarkan saya mengekspresikan penghargaan saya atas pengertian luar biasa yang ditunjukkan fanbase Bigbang Indonesia bersama MyTicket-BigDaddy... betapa mereka tahu kalau second show nggak akan ada tanpa permintaan besar dari penggemar musisi yang bersangkutan! Yup, salah satu penentuan akan adanya second show ini memang datangnya juga dari proses voting (yang tentu saja saya ikuti, namanya juga berusaha hehe)~ dan saya serta kakak sangat mengapresiasi adanya presale yang bisa memberikan kesempatan bagi fans untuk mendapatkan tiket, dan bukan untuk calo :p</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Singkat kata, dari mengikuti pembelian presale akhirnya saya dan kakak yang sudah nggak mau dan nggak lagi-lagi mengambil resiko dan tantangan untuk perang koneksi (?) akhirnya mendapatkan tiket kami~ alhamdulillah, meski tiket yang akhirnya kami dapat bukan tiket dalam kelas VIP-C seperti yang kami utamakan, namun kami sangat senang~~karena proses pembeliannya terasa bereda sekali dengan online sales yang biasa hehe.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Empat tiket kelas VIP akhirnya terbeli, segala puji bagi Tuhan :' ....yah, ini baru tiket konsernya, dan belum ditambah tiket transportasi, akomodasi, dan pernik cheering yang meski nggak wajib tapi "terasa perlu"...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nggak kerasa ternyata menuliskan lagi pengalaman itu ternyata akhirnya mendebarkan hati saya yang sempat saya pikir nggak berasa berarti seperti yang saya katakan di awal. Bukankah sudah seharusnya, dengan segala lika-likunya, tentunya saya harus "menunggu" hari-H nya dengan perasaan yang lebih pantas~</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Indeed, ini memang perjalanan VIP kami dengan harga yang memang sangat VIP~ mungkin di kesempatan selanjutnya saya akan cerita lagi lebih lanjut... yang jelas saya akan pastikan kalau VIP Journey ini akan diabadikan dalam jurnal ini, terutama tentang bagaimana pengalaman saya menonton konser seperti ini; sebagai a humble and lowly person I'd like to share and keep those moments and journey here. Jadi tunggu saja ya~ semoga semuanya bisa berjalan lancar. Amin. </div>
K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-38805755911359661472012-09-18T13:50:00.005+07:002012-09-18T14:06:37.236+07:00a first win<center><img src="http://media.tumblr.com/tumblr_maj1qxJ9vp1rt7lky.jpg" /><br />
</center><div style="text-align: center;"><span style="font-size: xx-small;">disclaimer: photos of EXO taken via tumblr belong to its respective owner</span></div><div style="text-align: center;"><br />
</div>Kemenangan pertama akan sangat berarti, dan tidak seperti seseorang yang meskipun sama bersyukurnya tapi sudah pernah merasakannya sebelum itu, barangkali nilainya akan sangat berbeda.<br />
<br />
Kemenangan pertama bisa saja datang setelah semua kerja keras yang telah dilakukan mungkin sudah sampai pada titik di mana tak lagi terpikirkan yang lain selain berusaha selalu memberikan yang terbaik, untuk semua yang telah mendukung dan mencintai.<br />
<br />
Untuk semua yang mendukung dan mencintai mereka.<br />
<br />
Tuhan Maha Tahu usaha seseorang dan saya hanya percaya bahwa segala sesuatu yang baik akan menghasilkan buah yang manis. Dan mereka semua bukannya benar-benar berbeda dengan yang lain atau apa, namun mereka telah berjuang sebaik mungkin untuk semua yang telah mendukung mereka.<br />
<br />
Hanya Tuhan dan mereka sendiri yang tahu persis tentang berapa banyak hal yang sudah mereka ikhlaskan dan korbankan hingga mencapai sekarang ini, mencapai kemenangan pertama yang sempat mereka angan-angankan dengan lugu karena bagi mereka, mereka hanya baru saja memulai semuanya.<br />
<br />
Dan air mata mungkin akan menetes karena hal-hal yang terlalu besar untuk dijelaskan, tapi biarkan itu memberi nilainya sendiri bagi mereka.<br />
<br />
<center><img src="http://media.tumblr.com/tumblr_maj22hJHp21rt7lky.jpg" /></center><div style="text-align: center;"><span style="font-size: xx-small;">disclaimer: photos of EXO taken via tumblr belong to its respective owner</span></div><br />
<center><img src="http://media.tumblr.com/tumblr_maj1q1LXex1rt7lky.jpg" /><i> </i></center><center><i><span style="font-size: xx-small;">disclaimer: photos of EXO taken via tumblr belong to its respective owner</span></i></center><center><i> </i></center><center></center><center></center><center><img src="http://media.tumblr.com/tumblr_maj26zTYiI1rt7lky.jpg" /></center><center><i><i><span style="font-size: xx-small;">disclaimer: photos of EXO taken via tumblr belong to its respective owner</span></i></i></center><center><blockquote>Congratulations EXO for your first winning on The 5th Mingniu Billboard Music Award (:<br />
EXO-M for Best Newcomer and EXO for Best Costume, that's big deal right?<br />
So keep going, boys!</blockquote></center>K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-92103309696001875252012-09-06T19:37:00.001+07:002012-09-06T19:42:07.809+07:00Like a Postcard...yang alamatnya ngaco.Lucu juga ya gimana kekangenan saya pada lingkungan lama ketika sedang memulai adaptasi di lingkungan yang masih asing bisa bikin pikiran jadi kemana-mana.<br />
<br />
<i>Or maybe I’m just... I don’t know.</i><br />
<br />
Yang jelas suatu sore selepas rangkaian acara hari terakhir PMB selesai, dengan pakaian hitam-putih yang masih dibekasi sisa-sisa lemparan balon air dari kakak-kakak tadi siang... yah, well, saya menunggu jemputan.<br />
<br />
(Kasih tahu saya kalau Anda punya frasa yang lebih bagus dari itu)<br />
<br />
Agak janggal sih, sendirian di lingkungan yang belum dikenal benar, dalam posisi dimana saya seperti dasar dari rantai makanan (kalau diumpamakan)... dasar anak baru ya begitulah. Biasanya dulu kalau di sekolah nungguin sendirian sih asik-asik aja, tapi kemarin jadinya nggak mau keliatan sendirian.<br />
<br />
(Tau kok kalau sebenernya nggak ada yang merhatiin entah saya sendirian atau koprol di koridor yang udah sepi itu, misalnya)<br />
<br />
Gerombolan pendatang-yang-sepertinya-sedang-menunggu-juga sudah habis sih kebetulan, dan di saat itu tiba-tiba saja saya berpikir kalau pasti bakal <i>nyenengin</i> banget kalau ditemenin... kalau saja waktu itu ada sobat-sobat semasa SMA kelas 12 yang secara ajaib bisa mewujud terlepas dari lokasi yang sudah memencar-mencar.<br />
<br />
Heran, biasanya saya juga seneng-seneng aja sendirian... nggak juga sih.<br />
<br />
Angin sore pelan-pelan bertiup dan seakan membantu saya menikmati suasana, bersama juga dengan pohon-pohon yang sudah lebih dulu merindangi sekitar, sebenarnya nggak buruk-buruk banget sih.<br />
<br />
Saya jadi inget lirik lagunya Owl City (lagi) yang berjudul Metropolis. <br />
<blockquote>I feel like a postcard, I wish you were here.</blockquote>Betapa banyak yang ingin dikatakan dan sedang dialami dan dirasakan dalam hati, namun tanpa <i>kamu</i> atau <i>mereka</i> untuk bisa benar-benar ada bersama saya rasanya hanya satu kalimat yang bisa dituangkan dalam kartu pos itu.<br />
<br />
Betapa saya bakal akan sangat bersyukur dan menghargai keberadaan siapa saja yang bisa menemani kesendirian seperti iti dengan... obrolan, apa saja yang bisa membuat saya tidak merasa bahwa pepohonan yang saya lihat dan angin sejuk yang saya rasakan bukanlah lingkungan yang (masih) asing.<br />
<br />
<s>Saya nggak ingin dan sudah terlanjur capek menjadi terlalu muluk, berhubung sudah mahasiswa (...) saya ingin bisa kelihatan lebih realistis.</s><br />
Hanya ingin tahu apakah ada <i>kamu</i> atau <i>mereka</i> itu untuk saya nanti... atau kapan.<br />
<br />
Dari yang tidak ingin dijadikan alasan untuk terburu-buru dan ternyata suka mendapati dirinya menunggu.<br />
K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-58116853618826976692012-08-28T18:36:00.000+07:002012-08-28T18:36:04.965+07:00"...but they don't recognize me, I didn't look the same."Menjadi mahasiswa... akhirnya?<br />
<br />
Untuk jujur saja dikatakan, memang tidak banyak yang bisa saya katakan, namun saya tidak bisa cukup berterima kasih pada keridhaanNya karena saya bisa mendapatkan universitas dan jurusan lanjutan seusai SMA dengan cukup mulus, dan seperti halnya orang-orang yang memulai sesuatu... ya, saya juga berharap saya bisa melakukan kuliah ini, jadi mahasiswa... dengan baik. <br />
<br />
Amiin.<br />
<br />
Diterima di Fakultas Psikologi Undip, dan saya memulai hari pertama PMB (Penerimaan/Pengelolaan Mahasiswa Baru) dengan perasaan campur aduk antara saya juga penasaran, deg-degan, dan diam-diam semacam <i>dazzled</i> dalam hati karena resmi sudah ya, saya memulai semacam lembar baru di kehidupan sosial baru dengan banyak pembelajaran baru lagi... sementara bayangan teman-teman dekat yang sangat berkesan di hati yang rasanya “baru saja” saya temukan satu tahun lalu. <i>How life goes on and I better walk along</i>.<br />
<br />
Jujur saja tadi adalah hari pertama PMB yang oke oke saja, nggak banyak keluhan/saran yang terpikirkan di pikiran saya yang biasanya memang selalu sewajarnya saja (haha)... semacam perkenalan-perkenalan kehidupan perkuliahan diberikan hari ini; beberapa materi dibawakan oleh Pembantu Dekan (PD) dan/atau dosen yang ternyata menyenangkan isinya dan pembawaannya; membuat saya jadi penasaran juga untuk tahu nantinya kuliah dengan beliau-beliau ini nantinya bakal se-menarik apa.. semoga saja deh. <br />
<br />
Menarik banget rasanya menyaksikan sendiri pembawaan Bapak/Ibu yang lucu-lucu celetukannya itu, padahal diam-diam mereka semua ini pakar di bidang masing-masing^^ lega banget rasanya menyaksikan citra dosen yang kadang suka digambarin galak dan kaku bisa nggak terasa tadi (:<br />
<br />
Tapi seperti biasa aja sih, untuk soal menjalin kehidupan sosial dengan sekitar itu mungkin emang saya nggak akan menemui hasil instan... entah karena pembawaan atau saya memang belum cakap. Mungkin saja faktor kalau saya jarang ikutan kumpul-kumpulnya mereka juga berpengaruh?...bukannya gimana, secaranya juga saya nggak masuk dalam lingkungan kos dan mobilitas transportasi saya untuk bisa pergi dari satu tempat ke tempat lain juga terikat oleh pihak-pihak yang mengantar saya u,u<br />
<br />
Senyum, basa-basi, biasalah ya... Saya tahu sih saya nggak perlu terlalu memikirkan ini dengan berat atau apa, yah namanya juga soal waktu, dan jujur aja saya pribadi juga nggak muluk berharap untuk lantas harus bisa nemu temen yang “klik” atas-bawah-luar-dalem atau apa^^a <br />
<br />
Meski emang saya jujur aja agak khawatir soal gimana menjalani pembelajaran/kehidupan perkuliahan yang bakal menuntut saya untuk “aktif” dengan <i>skill</i> dan <i>achievement</i> sosial saya yang biasanya selalu biasa-biasa aja itu, mungkin emang harus ada saatnya untuk saya agar bisa belajar atau banyak memasang topeng-topeng yang diperlukan untuk akhirnya bisa menemukan kenyamanan untuk diri sendiri dengan perubahan yang positif...<br />
Yah, semoga saja. Masih ada banyak waktu buat lebih banyak belajar, dan saya harus yakin kalau semua pasti bakal baik karena Allah SWT. nggak akan ninggalin saya untuk tersesat sendirian kalau saya selalu berpegang padaNya dalam setiap apa yang saya jalani dan alami :’) <br />
<br />
Masalah temen baru yang PASTI deh awalnya canggung dan blabla, baiknya saya nggak usah terlalu ambil hati. Orang itu beda-beda, orang datang dan pergi, tak kenal maka tak sayang dan lain sebagainya.<br />
Masalah interaksi dan ketertarikan (?) untuk itu di antara satu-sama-lain juga merupakan satu hal yang emang nggak bisa dipaksakan meski tentu saja saya berusaha untuk menganggap semua itikad itu baik.<br />
<br />
Kalau saya “membatin” soal gimana rasanya di-“begitu”kan sama orang lain; yaa saya sendiri juga bukan orang yang sempurna ya... <br />
masih kebayang sih dan saya sadar banget kalau kemarin nggak sengaja dan nggak benar-benar maksud itu saya pernah nyalamin temen satu jurusan pakai tangan kiri gara-gara tangan kanannya megang tas tenteng waktu upacara... <br />
terus tadi juga saya ngeluarin bekal (yang meski nggak seberapa untuk bisa dibagi-bagi buat banyak orang gitu) dengan agak terburu-buru dan makan untuk diri sendiri padahal di sebelah ada temen satu kelompok PMB yang harusnya bisa saya tawarin atau apa biar lebih cepet akrab...<br />
<br />
iya meski agak sedih sih kalau mengahdapi situasi di mana kayaknya kok adaaa ajaaa orang yang kayaknya nggak terlalu <i>welcome</i> padahal ya udah disenyumin, dibasa-basi... terus ada jugaa yang mungkin emang bawaan daerah asal, waktu kakak tingkat ngingetin biar mastiin tempat PMB bebas sampah terus saya nemu pisang utuh jatuh di bawahnya terus saya tanyain “waah jatuh ini punya siapa yaa” aja terus berasanya kayak saya yang nuduh kalau dia yang buang pisangnya itu, ya ampun apa saya itu emang dari dulu sensinya kayak gini. Dikit, kok, dikiiit bangeet. <br />
<br />
Kalau nginget-nginget tadi sih cuma bisa “memutar” lantunan tembang (aduh bahasanya plis deh) <i>Garden Party</i> milik Owl City ketika saya menerawang dalam hati kalau udah ketemu situasi <i>out of place</i> di mana saya harus <i>make a move</i> aja deh daripada lumutan atau harus denger lagi orang bilang ke saya kalau saya juga harus “nyoba usaha dong biar biasa akrab” dan sejenisnya.<br />
<br />
<blockquote><i>”But it’s alright now, I learn my lesson well.<br />
You see, you can’t please everyone, so you gotta please yourself.”</blockquote></i><br />
K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-38954767797807258712012-08-14T16:11:00.000+07:002012-08-14T16:11:43.029+07:00...ngabuburit.Saya menyempatkan diri, dalam beberapa menit yang seharusnya saya habiskan dengan mulai bersiap-siap untuk berangkat untuk pergi buka puas bersama teman-teman sekelas (dan dekat) dulu di kelas supuluh.<br />
<br />
To be honest, sekarang kedekatan kami buat saya nggak terlalu seperti <i>itu</i>, tapi bagaimana sekarang pun mereka masih mengajak saya dan lain sebagainya, entahlah saya merasa nggak bisa membiarkan diri untuk absen dari ajakan buka bersama yang satu ini.<br />
<br />
Setelah lebaran ini dan di mana mungkin saya akan sangat sulit untuk ketemu langsung dengan teman-teman yang keberadaannya sangat saya hargai, saya merasa... "kapan lagi sih?"<br />
<br />
Because, indeed, saya hanya ingin mengumpulkan dan menjaga kenangan-kenangan berharga sebisa saya. Tidak masalah mengenai sekaya apa substansi segala kenangan itu, tapi dengan mereka ini, well, saya ingin sebisa mungkin mengumpulkan dan merangkumnya dengan mereka.<br />
<br />
Afterall, bagaimanapun kelihatannya sekarang dan bagaimana nanti suasananya, mungkin dengan banyak topik obrolan yang tak terlalu saya pahami, saya tahu kalau mereka semua juga bagian berharga dari semua kenangan saya di masa SMA yang (katanya) indah.K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-66303371519241668872012-08-02T19:40:00.000+07:002012-08-02T19:40:35.233+07:00This quotes from Tablo<blockquote>People believe those fairytales about falling in love at first sight at the bus, subway, or at the streets. But it doesn’t make sense how they’d laugh at the ones who fell in love at first sight through TV screens. Loving a celebrity IS a type of love. Love is fair to everyone.<br />
source: <a href="http://tb-cont.tumblr.com/">tumblr</a></blockquote>Rasanya... benar banget :__: atau mungkin hanya saya saja yang mencari-cari benarnya.<br />
<br />
Cinta tetap saja cinta dan perasaan sendiri bukan dimaksudkan untuk disangkal. Entah benar atau salah, terimalah dan relakan apa yang kamu tahu kamu rasakan, lebih baik lagi sambil menyerahkan dirimu sepenuhnya sama pencipta dirimu, mungkin setelahnya kamu akan bisa lebih baik, dan lebih ikhlas untuk tidak merasa perlu mengharap apapun sebagai balasannya.<br />
<br />
...karena ada yang bilang kalau cinta yang sejati adalah cinta yang nggak mengharapkan balasan; seperti halnya pencipta kita nggak pernah mengharap balasan dari kita atas semua yang dia ciptakan untuk kita, yang dia ciptakan ada pada kita; tapi meski demikian, cinta itu akan kekal dan akan menerangi siapa saja yang bisa melihatnya.K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1155137352468462879.post-4877854741148894622012-07-26T17:34:00.001+07:002013-01-24T17:32:04.442+07:00Fangirling: A (Bitter)sweet Self-Look in Living LifeOrang bijak bilang kalau waktu adalah pedang, yang akan menebas diri sendiri kalau tidak bisa menggunakannya dengan baik. Serius memang, dan mungkin bisa timbul pertanyaan “terus bagaimana kalau saya tidak bisa main pedang?”…hanya saja maksudnya nggak se-harfiah itu, oke, namanya orang bijak biasanya suka pakai perumpamaan ya, jadi dimaklumi saja dulu.<br />
<br />
Kenyataannya, kalau disederhanakan untuk diartikan orang-orang yang mencoba dan ingin menjadi bijak seperti saya; selalu saja intinya adalah yang namanya waktu harus dihabiskan dengan hal-hal yang membawa manfaat, karena waktu yang kita habiskan sudah tidak bisa lagi kita miliki, jadi jangan sampai menyesal di akhirnya.<br />
<br />
Mungkin begitu maksudnya tentang menggunakan waktu dengan baik kalau nggak ingin menebas diri sendiri. <i>The art of a Time Sword which doesn’t require a swordsman</i>, sok asik bener inggrisnya ya ♥<br />
<br />
Obrolan soal waktu bisa sangatlah <i>thoughtful</i> apalagi kalau dikaitkan dengan satu hal yang namanya <b>masa muda</b>. Tantangan besar buat anak muda (…termasuk saya ya berarti) untuk bisa memastikan kalau waktu yang dimiliki sebisa mungkin digunakan untuk hal-hal yang berguna dan nggak akan disesali di masa tua nanti karena masa muda nggak akan kembali. <br />
<br />
Orang bilang kalau masa muda itu masa yang berharga dan jangan sampai disia-siakan, bahkan kalau perlu, buatlah kesalahan sebanyak mungkin di masa muda supaya katanya nggak akan dilakukan dan disesali di masa tua. Bukan berarti Anda harus seenaknya di masa muda, oke, sekali lagi nggak se-harfiah itu. Mungkin kali ini yang ngomong tidaklah terlalu bijak, tapi dimaklumi saja dulu. <br />
<br />
Bercanda, bercanda… Maksudnya biar tulisan ini jadi nggak terlalu berat gitu lho (...). ♥ Yuk sederhanakan lagi saja kalau mungkin intinya adalah gunakan masa muda untuk suatu <i>trial and error</i> yang akan jadi tabungan buat masa yang akan datang; coba apa saja, lalu gagal, tidak masalah; karena masa muda memungkinkan Anda untuk mencoba lagi, gagal lagi, mencoba lagi, gagal lagi, tapi akhirnya Anda akan banyak belajar dari semua kegagalan itu. Perlu diingat kalau buat saya, orang yang belajar nggak akan pernah rugi dalam hidupnya. Habiskan masa muda tanpa takut dan ragu, karena semua akan jadi terlambat kalau kedua hal itu dipelihara; jangan sampai yang tersisa dan terbawa sampai tua hanya penyesalan.<br />
<br />
Berat, ya? Tapi baiknya juga jangan merasa terbebani, deh, yang lebih penting dan sebenarnya menjadi intinya adalah <b>nikmati masa muda yang dimiliki</b>, itu dia. Kenapa nggak dari tadi saya nggak langsung nulis gitu, ya, ahihi; <i>that’s may be my trial and error on writing this!</i><br />
<br />
Satu lagi perkataan yang mungkin bisa sedikit meringankan, ya, bahwa katanya <i>the time you enjoy wasted, are not wasted!</i>, jadi nggak perlu terlalu ngeri kok dan langsung stres nginget-nginget yang udah lalu, pastikan aja Anda nggak menyesalinya detik ini. Inget lho tentang waktu yang nggak akan kembali? (:<br />
<br />
Saya di sini bermaksud berbagi saja tentang salah satu cara saya menghabiskan waktu di masa muda saya ini dengan <i>enjoy</i>, dan hal itu barangkali sangatlah familier dengan perspektif remaja putri jaman sekarang. Satu hal yang namanya <b>fangirling</b>.<br />
<br />
<blockquote>
<b>fangirling</b><br />
v <i>the reaction a fangirl has to any mention or sighting of the object of her “affection”.<br />
(via urbandictionary.com)</i></blockquote>
<br />
Buat lebih spesifik, ya, bagi pembaca yang kebetulan suka sama beberapa artis K-Pop pasti udah kira-kira bisa dapet bayangan deh gimana seluk-beluk lika-liku kegiatan (?) satu ini; kebetulan akhir-akhir ini saya lebih banyak menjadikan beberapa idol K-Pop <i>laki-laki</i> (iya karena saya ‘kan perempuan, jadi mohon dimaklumi ya) sebagai objek fangirling saya untuk melarikan diri dari kenyataan yang kadang-kadang tidak seindah impian yang terpupuk saat ber-fangirling.<br />
<br />
Silakan ketawa atau ber-‘pffft’ dulu seperti saya yang dalam hati sedang melakukan keduanya dalam hati. Astaga saya ngomong apaan sih ini, tsah lanjut sajalah dulu. Terlanjut basah ya sudah berenang saja biar tetap asik, betul? Pfft. #lho <br />
<br />
Tapi serius lho, kalau buat saya, ya, kapan lagi sih selain di masa muda yang namanya meng-ekspresikan kecintaan dengan terbuka dan sedikit tidak-bermartabat karena kehilangan kontrol diri akibat perasaan ingin pingsan bahagia bisa dimaklumi? Mumpung masih muda dan tidak secara resmi terikat hal yang udah rumit (macam pernikahan atau pertunangan gitu ya…) puas-puaskan saja sekali-kali <i>lose your control</i> terhadap sesuatu yang Anda suka; apa dengan menjadi super-<i>excited</i> ketika melihat yang Anda anggap bagus/keren lantas menjadikan Anda abnormal?<br />
<br />
Orang suka bilang kalau dalam “cinta” apapun akan terasa lebih indah, dan ekspresi dalam <i>fangirling</i> sepertinya bisa diasosiasikan dengan itu; ketika suatu hal dari sesosok figur yang dikagumi bisa terasa begitu penting dan mengena di hati, menciptakan rasa “bahagia” yang mungkin terasa semu, tapi tetap saja rasanya bahagia dan menyenangkan; bukankah itu yang penting? ...seolah <i>nothing else matters</i>, di atas apapun komentar orang, ataupun betapa kadang hal ini diasosiasikan sebagai sesuatu yang “dangkal”.<br />
<br />
Tapi yang namanya perasaan adalah suatu hal yang murni dan patut untuk dihargai, dan buat saya sih, agak nggak etis untuk di-<i>judge</i> begitu saja secara sepihak (:<br />
<br />
<b>…asal tahu batasannya aja deh</b>. Itu satu catetannya. Penting banget untuk diperhatikan, sehubungan dengan porsi <i>fangirling</i> dalam hidup saya yang saya anggap sebagai <i>gateway</i> nggak terbatas untuk melepas stres dan tetap menemukan alasan untuk tetap bahagia ceria dan bersemangat dalam dunia yang kadang menunjukkan “kekerasan”nya.<br />
<br />
Berikut ini adalah sedikit rupa-rupa “ekspresi fangirling” saya, buat lucu-lucuan aja sih sekaligus untuk menunjukkan <i>side-job</i> saya sebagai <i>ocassion fangirl at her most times</i> #LHO. Hehehe.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a class="hovereffect" href="http://imgur.com/M0Mo3"><img alt="" height="320" src="http://i.imgur.com/M0Mo3.png" title="Hosted by imgur.com" width="290" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
...Anda tidak sendirian.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
Sesedikit apapun dan bagaimanapun caranya juga Anda akan tetap membutuhkan alasan untuk bisa tetap <i>menikmati</i> hidup, terutama di masa muda yang cuma datang sekali. Ada banyak cara untuk itu, dan salah satu cara saya yaitu lewat <i>fangirling</i> ini, sekali lagi. Kasih “Heart” dulu. ♥ Galau, stres, kepikiran soal ulangan di sekolah yang rasanya <i>fail</i> sekali, atau diam-diam patah hati aja karena cowok-yang-diam-diam-dikagumi-dari-jauh ternyata sudah ada yang punya… segala macam kenyataan yang rasanya lagi nggak bersahabat, cobalah ambil jeda untuk mengalihkan diri dalam kebahagiaan sementara yang bisa didapat dari melihat senyum ganteng dan kelucuan sang idola lewat fotonya atau video yang menampilkannya.<br />
<br />
Buat yang lagi (masih aja) kepikiran tentang gimana nasib tes yang sudah berlalu, mari coba ikuti cara saya menganggap kalau cerahnya senyum <i>oppa</i> (panggilan yang dipakai perempuan untuk menyebut laki-laki yang lebih tua dalam bahasa Korea-red.) sebagai penyemangat kalau masih ada kesempatan untuk belajar dan berusaha lagi dalam tes yang selanjutnya!<br />
<br />
Buat yang lagi agak-agak patah hati ya karena mungkin habis diputusin atau cinta bertepuk sebelah tangan (tagar aseeek dulu boleh), mari coba ikuti cara saya untuk menganggap kalau keberadaan <i>oppa</i> ganteng meski dalam file .jpg/.png atau .mp4/.flv yang selalu menghangatkan hati bisa mengingatkan kalau masih ada hari esok yang akan datang dengan matahari yang akan selalu terbit lagi buat kita! Tetap semangat karena kebanyakan bersedih atau berpesimis itu nggak baik kan? (:<br />
<br />
Haha ada-ada aja ini tulisannya, tapi sekali lagi penulisnya udah terlanjut berenang dalam kolam keterlanjuran, jadi maklumi saja ya.<br />
<br />
Pinter-pinter saja deh untuk mencoba ambil positifnya dari fangirling ini, terutama bagi pembaca perempuan; iya dong namanya juga fan-GIRL-ing, ini kegiatan yang mungkin secara langsung nggak sebanding dengan kegiatan lain yang mungkin lebih produktif, tapi kalau orang-orang seperti saya menikmati menghabiskan sebagian waktu dengan hal ini, mengapa saya harus repot mencari dalih hal lain untuk dilakukan? Kalau Anda juga, ya nggak perlulah menjadi terlalu malu mengakuinya.<br />
<br />
Yang memalukan itu sih kalau kadar pengekspresian kekagumannya berlebihan… sebaiknya dihindari deh kalau dilihat banyak orang yang nggak terlalu mengerti atau nggak berbagi minat kesukaan yang sama. Selain juga nggak “pantas” untuk citra perempuan yang harusnya lembut dan anggun (…), perlu diingat ya kalau terlalu berlebihan juga ujung-ujungnya “capek” sendiri karena ini kan pengeskpresian yang ditujukan satu arah, <i>oppa</i> ganteng mana tahu kita ada di sini bertasbih karena anugrah ketampanannya =)) <br />
<br />
Bukannya nggak boleh kalau rasanya sewaktu lagi fangirling ngeliatin foto-foto/video via <i>browsing</i> kita jadi pengen pingsan/mati-bahagia-lalu-hidup-lagi, atau guling-guling di lantai kamar dilumuri air-mata-pelangi kekaguman kita (berdasar apa yang saya rasakan sendiri kok ini, hehehe); asal harus tetep pada akhirnya ingat kalau itu semua terpisah dari kenyataan yang ada! Tetep, <i>girls</i>, kembali ke kenyataan kalau “kebahagiaan” kita melihat pesona <i>oppa</i> ganteng bisa dibilang semu dan bukan untuk dibawa serius sampai ke dunia nyata, cukupnya jadi sugesti diri dan motivasi kalau <i>in those rough times</i>, <b>sebenarnya nggak semua hal terasa buruk buat kita</b>. Itu kalau buat saya (:<br />
<br />
Kehidupan kita emang nggak bisa cukup dimaknai dalam satu-dua kata, kok; lebih-lebih kalau mau “memaknai” masa muda, warna-warni dan selalu pada akhirnya sulit diungkapin dalam kata-kata, nggak usah dijadikan beban mikirinnya, menurut saya^^ Masa muda adalah waktu untuk diperjuangkan dan jangan sampai disesali, tapi semoga saja dengan membaca apa yang saya coba bagi di sini bisa memberi sedikit gambaran tentang elemen penting kehidupan anak muda yang manis dan ceria untuk dikenang nantinya (:<br />
<br />
Kesukaan saya untuk suka menghabiskan sebagian waktu senggang dengan melakukan <i>fangirling</i> ternyata sedikit banyak menjelaskan bagaimana kurang-lebih dan sedikit-banyaknya diri saya ini, yang sedang dalam masa muda saya. <br />
<br />
Masa muda saya mungkin banyak dihabiskan dengan mencintai atau mengagumi, dan saya bisa tersenyum atau “menangis” sekaligus ketika saya sadar bahwa ada kenyataan yang masih harus dilogika dan diterima dengan hati lapang. Saya pun banyak menertawakan kebodohan-kebodohan yang saya buat tapi sekaligus menikmati hal-hal yang bodoh, saya menikmati saat-saat “lepas kendali” dan tidak rasional… saya menerima saat-saat seperti itu sebagai hal yang bisa sekali-kali dilakukan untuk mengisi masa muda saya dengan kekayaan “rasa”.<br />
<br />
Dan saya pun menyambut lebar saat-saat untuk memejamkan mata dan memimpikan dunia seperti yang saya inginkan sekali-kali, untuk kemudian membuka mata lagi dan berkata pada diri saya kalau saya masih bisa memerjuangkan dunia yang saya inginkan; bahwa tak akan ada keajaiban yang terjadi kalau saya terus memejamkan mata dan tidak <i>mencoba melakukan sesuatu</i>. <br />
<br />
Seperti itulah kira-kira, ketika layar <i>laptop</i> yang sedari tadi dibuka untuk fangirling memanjakan saya dalam kelembutan merah-jambu yang saya impikan, tapi akhirnya kembali ditutup dengan menyisakan semburat merah ceria dan tegas yang menunjukkan pada saya apa yang telah jelas untuk diterima dan diperjuangkan. Bahwa saya setidaknya masih belum terlambat. <br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a class="hovereffect" href="http://imgur.com/Mz3EP"><img alt="" height="236" src="http://i.imgur.com/Mz3EP.jpg" title="Hosted by imgur.com" width="320" /></a></div>
<br />
…serta banyak sekali alasan yang ditemukan hati kecil saya untuk tetap melihat cerahnya dunia yang <i>benar-benar</i> saya miliki. Akhirnya tetap saja semua pengelanaan rasa dan imajinasi selalu kembali ke diri saya sendiri untuk memutuskan; <i><b>because it’s me</b>, for all those feelings and journeys inside my mind, for all the struggles to find my own self, which I am happiest to be</i>.<br />
<br />
Dan sudah seharusnya saya memerjuangkan masa muda saya sendiri, meski suka diisi dengan hal-hal seperti fangirling untuk membantu saya “merenung” sekaligus menemukan penghabisan waktu yang tidak saya sesali. ♥K. R. Primawestrihttp://www.blogger.com/profile/17909941355687126566noreply@blogger.com0