Tuesday, November 20, 2012

The Three Words.

Jadi, bukan, bukan I. Love. You.

Siang tadi, saya baru diwawancarai untuk perekrutan anggota Psikologi Jurnalistik Undip, dan kira-kira hampir di penghujung wawancara yang telah saya ikuti dengan jawaban yang makin lama makin inkoheren, tipikal, dan lain sebagainya, mendadak sang kakak pewawancara (yang entah kenapa membuat saya merasa nggak enak karena kayaknya jawaban saya nggak membuat ekspresinya cukup tertarik?) menanyakan satu pertanyaan yang tidak terlalu saya antisipasi sebelumnya.

Meski sebenarnya, saya nggak mengantisipasi pertanyaan apapun.
Coba sebutkan tiga kata yang bisa menggambarkan dirimu.
Setelah mendengar pertanyaan itu, berbagai macam pikiran muncul di dalam kepala saya; tapi yang juga terjadi adalah saya harus cepat menjawab ini.

Meski saya berpikir untuk menyebutkan "bakmi" dan atau "kentang", saya nggak menyebutkannya karena itu terlalu mengesankan orientasi abnormal pada makanan tertentu, dan seharusnya saya membuat si kakak mau menerima saya sebagai anggota tim jurnalistik kampus yang bisa diandalkan bukannya gila bakmi dan kentang.

Di situ saya kembali harus berpikir cepat, men, dan akhirnya yang saya katakan adalah

Tulisan,

...mengacu pada kesadaran saya akan bagaimana saya selalu merasa nyaman untuk menjadi diri saya dan mengutarakan apa yang ingin saya katakan lewat tulisan; menggantikan kata "pemalu" yang sebenarnya sempat terpikirkan, tapi entah kenapa saya tolak. Meskipun mungkin memang saya pemalu, saya sedang dalam masa ingin berubah menjadi... sesuatu... apa?
*diucapkan sangat pelan karena nggak terlalu yakin*...buku*dan akhirnya nggak jadi dan saya akhirnya mengeraskan suara*

...menghargai,

...berdasar pada bagaimana saya memandang sesuatu selama beberapa lama ini, entahlah, rasanya seperti susah sekali bagi saya untuk mengabaikan pikiran bagaimana saya tidak ingin memerlakukan sesuatu dalam cara yang saya sendiri tak akan suka menerimanya.

Setia.

...jujur saja saya juga nggak terlalu paham kenapa saya akhirnya menjadikan kata ini sebagai kata ketiga untuk menggambarkan diri saya.

Saat saya menulis ini, saya jadi teringat kalau saya pernah berpikir apakah mungkin saya memang punya semacam sense of belonging yang besar pada sesuatu meski saya nggak pernah benar-benar mengekspresikannya.
Sesuatu apa? Sebenarnya macam-macam, dari mulai benda-benda, dimana saya suka banget kesal sama kakak saya kalau pakai/pinjam barang saya sembarangan, sampai pada orang-orang... dan, untungnya saya masih cukup sadar untuk nggak terlalu mengekspresikan itu. Syukur deh, seringnya saya bisa cukup "sigap" bahwa saya nggak akan selalu berhak merasa bisa "terus memiliki" orang-orang yang saya anggap berarti, bahwa saya nggak bisa memaksakan anggapan apapun terhadap orang lain.

So that's my three words, what about you?