Tuesday, September 18, 2012

a first win


disclaimer: photos of EXO taken via tumblr belong to its respective owner

Kemenangan pertama akan sangat berarti, dan tidak seperti seseorang yang meskipun sama bersyukurnya tapi sudah pernah merasakannya sebelum itu, barangkali nilainya akan sangat berbeda.

Kemenangan pertama bisa saja datang setelah semua kerja keras yang telah dilakukan mungkin sudah sampai pada titik di mana tak lagi terpikirkan yang lain selain berusaha selalu memberikan yang terbaik, untuk semua yang telah mendukung dan mencintai.

Untuk semua yang mendukung dan mencintai mereka.

Tuhan Maha Tahu usaha seseorang dan saya hanya percaya bahwa segala sesuatu yang baik akan menghasilkan buah yang manis. Dan mereka semua bukannya benar-benar berbeda dengan yang lain atau apa, namun mereka telah berjuang sebaik mungkin untuk semua yang telah mendukung mereka.

Hanya Tuhan dan mereka sendiri yang tahu persis tentang berapa banyak hal yang sudah mereka ikhlaskan dan korbankan hingga mencapai sekarang ini, mencapai kemenangan pertama yang sempat mereka angan-angankan dengan lugu karena bagi mereka, mereka hanya baru saja memulai semuanya.

Dan air mata mungkin akan menetes karena hal-hal yang terlalu besar untuk dijelaskan, tapi biarkan itu memberi nilainya sendiri bagi mereka.

disclaimer: photos of EXO taken via tumblr belong to its respective owner

 
disclaimer: photos of EXO taken via tumblr belong to its respective owner
 
disclaimer: photos of EXO taken via tumblr belong to its respective owner
Congratulations EXO for your first winning on The 5th Mingniu Billboard Music Award (:
EXO-M for Best Newcomer and EXO for Best Costume, that's big deal right?
So keep going, boys!

Thursday, September 06, 2012

Like a Postcard...yang alamatnya ngaco.

Lucu juga ya gimana kekangenan saya pada lingkungan lama ketika sedang memulai adaptasi di lingkungan yang masih asing bisa bikin pikiran jadi kemana-mana.

Or maybe I’m just... I don’t know.

Yang jelas suatu sore selepas rangkaian acara hari terakhir PMB selesai, dengan pakaian hitam-putih yang masih dibekasi sisa-sisa lemparan balon air dari kakak-kakak tadi siang... yah, well, saya menunggu jemputan.

(Kasih tahu saya kalau Anda punya frasa yang lebih bagus dari itu)

Agak janggal sih, sendirian di lingkungan yang belum dikenal benar, dalam posisi dimana saya seperti dasar dari rantai makanan (kalau diumpamakan)... dasar anak baru ya begitulah. Biasanya dulu kalau di sekolah nungguin sendirian sih asik-asik aja, tapi kemarin jadinya nggak mau keliatan sendirian.

(Tau kok kalau sebenernya nggak ada yang merhatiin entah saya sendirian atau koprol di koridor yang udah sepi itu, misalnya)

Gerombolan pendatang-yang-sepertinya-sedang-menunggu-juga sudah habis sih kebetulan, dan di saat itu tiba-tiba saja saya berpikir kalau pasti bakal nyenengin banget kalau ditemenin... kalau saja waktu itu ada sobat-sobat semasa SMA kelas 12 yang secara ajaib bisa mewujud terlepas dari lokasi yang sudah memencar-mencar.

Heran, biasanya saya juga seneng-seneng aja sendirian... nggak juga sih.

Angin sore pelan-pelan bertiup dan seakan membantu saya menikmati suasana, bersama juga dengan pohon-pohon yang sudah lebih dulu merindangi sekitar, sebenarnya nggak buruk-buruk banget sih.

Saya jadi inget lirik lagunya Owl City (lagi) yang berjudul Metropolis.
I feel like a postcard, I wish you were here.
Betapa banyak yang ingin dikatakan dan sedang dialami dan dirasakan dalam hati, namun tanpa kamu atau mereka untuk bisa benar-benar ada bersama saya rasanya hanya satu kalimat yang bisa dituangkan dalam kartu pos itu.

Betapa saya bakal akan sangat bersyukur dan menghargai keberadaan siapa saja yang bisa menemani kesendirian seperti iti dengan... obrolan, apa saja yang bisa membuat saya tidak merasa bahwa pepohonan yang saya lihat dan angin sejuk yang saya rasakan bukanlah lingkungan yang (masih) asing.

Saya nggak ingin dan sudah terlanjur capek menjadi terlalu muluk, berhubung sudah mahasiswa (...) saya ingin bisa kelihatan lebih realistis.
Hanya ingin tahu apakah ada kamu atau mereka itu untuk saya nanti... atau kapan.

Dari yang tidak ingin dijadikan alasan untuk terburu-buru dan ternyata suka mendapati dirinya menunggu.