Monday, September 06, 2010

Funky Papua :)

Maaf saya baru kembali ngisi entri disini. Sekarang mungkin karena saya sedang khilaf, saya punya beberapa hal yang mau saya bilang dan abadikan disini karena hal-hal itu nggak nyambung kalau ditulis buat bikin Fanfiction dan terlalu nggak banget untuk dijadiin topik di Infantrum.

That thing is : Tadi malam saya nangis seolah-olah saya patah hati.
(baca : dengan catatan belum pernah merasakan patah hati, tapi berdasarkan kata orang-orang, patah hati itu menyakitkan... Atau memang saya aja yang lebay)

Bagi yang sudah baca judulnya, seharusnya sudah bisa menebak apa yang bakal saya tumpahkan dengan brutal disini. Dengan catatan : kalau punya teve, dan kalau mengikuti ajang Indonesia Mencari Bakat (IMB).

Yup. Semalam saya menangisi ter-eliminasinya Funky Papua di IMB.

Saya tahu sih, itu konyol. Karena itu toh 'cuma' hasil voting yang kasarnya cuma digunakan untuk menentukan siapa yang bakal keluar untuk kemudian menyisakan satu orang yang bisa disebut sebagai pemenangnya, di antara orang-orang luarbiasa yang sebenarnya semua udah layak untuk jadi pemenang.

Hah... Kayaknya memang sejak awal saya nonton IMB kemarin malem, saya udah bisa merasakan sebuah gelagat buruk, yang ada hubungannya sama Funky Papua. Hal tersebut ditandai dengan tindakan saya yang tiba-tiba meng-sms satu suara dukungan untuk mereka. Man, padahal biasanya sekalipun saya emang paling suka Funky Papua di antara finalis hebat lainnya, saya ogah sms karena mahal banget dan berasanya 'nggak fair' aja karena toh semuanya keren-keren... haha.

Tapi itu beda buat kemarin malem. Apa saya udah bisa merasakan kalau mereka bakal butuh 'dukungan' untuk malem ini? Hanya Tuhan yang tahu, atau memang saya aja yang lebay.

Sampai akhirnya giliran mereka tampil. Dan saya harus mengakui penampilan mereka malem kemarin memang nggak semaksimal kemarin (walau tetep ajalah saya suka...). Ugh, perasaan jadi tambah nggak enak. Lallalalala...

Sekalipun saya juga sukasuka banget sama kolaborasinya Klantink sama The Changcuters (Erick... Erick... Erick...) sih.

Sekalipun saya juga seneng seneng banget lihat The Changcuters tampil lagi (Erick... Erick... Erick...)

Akhirnya saya harus bisa menerima kalau gelagat jelek yang saya rasain itu jadi kenyataan.
Pertamanya saya nggak mau menduga-duga siapa yang masuk dua terendah, tapi yah kecewaa juga pas tau ternyata Brandon sama Funky Papua. God, I can't stand it to watch them out...

Menit demi menit... Dan Omesh masih mengeluarkan pendahuluan-pendahuluan yang makin bikin ketar-ketir. Nanya ini itu padahal Brandon udah nangis begitu (poor kid...). Nanya ini itu juga sama Funky Papua padahal saya merasa itu pasti suatu situasi yang penuh tekanan banget buat mereka.

Percaya atau enggak. Saya udah merasakan hal nggak enak dari mendengar pertanyaan Omesh buat Funky Papua. I don't know, I just can feel something. Like suddenly I know, that the MC will proclaimed that my three-warriors get the lowest vote.

Dan ternyata bener. Dihiasi maaf. Dihiasi kata-kata 'Ini pilihan anda semua, ini semua anda yang memutuskan... lalala'. Dihiasi kata-kata 'kalian semua yang terbaik.'
Jagoan saya di antara mereka yang emang bagus semua harus silam dari sana.

Dan bagian paling sentimentil, dan paling lebay pun terjadi. haha

Saya nggak bisa menahan diri saya untuk nggak meneteskan airmata lihat mereka. Jadilah saya dengan tengkurap di kasur saya, menghadap teve yang masih menyala. Lalu mulai mendengarkan lagu berirama sedih yang diputer sebagai penutup acara, saya nggak bisa memutuskan apa yang saya rasain saat itu. Konyol sih. Kenapa saya tiba-tiba bisa termehek-mehek kayak begitu. Bahkan sampai kebawa tidur.

Di balik selimut saya, saya memutuskan kalau sepertinya saya memang sedih nggak bisa lihat Funky Papua lagi di atas panggung IMB (sekalipun saya tahu kalau mereka udah dapet kontrak eksklusif dan uang tunai yang meskipun banyak tapi menurut saya nggak sebanding sama bakat dan perjuangan mereka...). Saya dengerin 'Stand Up For Love - Destiny Child' lewat headset di kuping, saya makin sentimentil. Sediiih banget.

Apalagi pas inget gimana Omesh nanya sama mereka apa yang mereka mau sampaikan buat pendukung-pendukung mereka di Papua. Ongen sama Kuya dua-duanya bilang kalau mereka (ini intinya yang saya tangkep) minta maaf nggak bisa memberikan yang terbaik.

Betapa saya pingin banget bilang, kalau mereka itu luar biasa.
Betapa saya pingin banget mereka tahu kalau mereka nggak usah sedih sama kenyataan kalau dukungan mereka rendah malem itu, karena itu bukan berarti mereka nggak bisa menampilkan yang terbaik.
Betapa mereka harus tahu kalau mereka itu selalu dicintai dan menjadi kebanggaan Indonesia.
Kalau saya selalu suka sama mereka, sekalipun saya mengakui semuanya memang luarbiasa.

Jujur. Saya merasa saya nggak akan sebersemangat biasanya ngikutin IMB. Tapi semua harus terus berjalan. Saya juga mau terus melihat bakat-bakat yang tersisa, paling nggak bisa membuat saya berpikir kalau saya juga butuh sesuatu untuk bisa menjadi apa yang selalu saya harapkan : menjadi orang yang diingat dan bisa membanggakan.

Hah. Mellow... Konyol... Sentimentil banget saya. Mungkin beberapa waktu lagi saya akan membaca ini dan saya akan menertawai diri saya sendiri sama kekonyolan saya nulis hal macam begini.

Tapi nggak apa lah. Kadang orang-orang introvert macem saya butuh waktu untuk menjadi sentimentil dan emosional.

No comments: