Wednesday, December 26, 2012

Superspeedy Dalam Jaringan

"Superspeedy Dalam Jaringan: Pahlawan Yang Selalu Terhubung Pada Akhirnya"
Sebuah cerita fiksi oleh
Khairisa R. Primawestri (khairisaprimawestri.blogspot.com)
ditulis untuk mengikuti



Ide dalam cerita ini adalah milik pribadi penulis dan harap tidak dikait-kaitkan dengan selain yang disuratkan dalam cerita ini sesuai ketentuan lomba.
Adanya kesamaan dengan apapun di luar sana bukanlah kesengajaan.


Bagian Pertama: Selamat Datang!

Biasanya cerita-cerita yang menarik dimulai dengan untaian kalimat seperti “pada suatu masa…” atau “pada suatu…” yang lainnya. Namun yang satu ini akan menyambut dengan kalimat “Selamat datang” yang rendah hati dari penutur dan tokohnya yang sama rendah hatinya, yaitu (siapa lagi kalau bukan) aku, Superspeedy, pahlawan TelkomCity yang paling wahid, karena memang tidak ada pahlawan lainnya di urutan nomor dua dan karena satu yang sudah terbukti andal dan lokal akan lebih baik.

Tidak, aku mengatakannya dengan sangat rendah hati saja sebelum ceritanya benar-benar dimulai. Ini tetaplah akan menjadi sebuah kisah berkesan yang tak terencana... namun tetap heroik, semoga! Aku sangat sadar bahwa status pahlawan juga mau tak mau menuntut kesan yang seperti itu, kau tahu.

Galaksi itu luas, kawan, dan alangkah merugi jika tidak saling melihat. Semua dimulai ketika aku dipercaya Pak Walikota untuk memandu kunjungan beberapa perwakilan dari planet terdekat yang ingin melihat TelkomCity. Itu menyesuaikan dengan salah satu tugasku untuk menjadi semacam “duta” bagi TelkomCity, memberikan pemahaman atas kekayaan potensi kota ini tidak hanya pada para tamu seperti ini namun juga tentu pada penduduk TelkomCity. Terdengar sibuk, ya? Hoho, menjadi seperti aku ini tidak hanya sekadar nampang dan jadi pusat perhatian lho, ketika beraksi.

Nah, bagaimana, sudah bisa dimulai ceritanya? Mari kalau begitu. Aku masih ingat betapa bersemangat dan mendetilnya penjelasan-penjelasanku terhadap tamu-tamu itu, tanpa mengetahui apa yang akan terjadi secara tak terduga nantinya…

Selamat datang di TelkomCity! Selamat datang di kotaku yang maju karena menjunjung nilai-nilai luhur di masa lalu dan sukses memadukannya dengan teknologi modern yang rasanya memungkinkan hampir apa saja. Mengapa demikian? Karena di kotaku yang terdiri dari lima distrik dengan spesialisasi pengembangan teknologi dan produk khasnya ini seakan tidak mengenal jarak berkat teknologi jaringan telekomunikasi kami yang sudah sangat maju.

Menceritakan sejarahnya lebih lanjut akan sangat panjang... dan mungkin agak membosankan!... namun yang bisa kuceritakan pada kalian di sini adalah bahwa kehebatan teknologi telekomunikasi kami ini dilatarbelakangi penemuan suatu fakta bahwa lokasi TelkomCity bertepatan dengan suatu medan energi di tingkat atmosfer yang memungkinkan lalu-lintas gelombang, jaringan, dan sinyal menjadi lebih cepat dari manapun di semesta ini. Ya, kotaku tercinta ini kaya akan sumber energi yang tak ada duanya, bisa dibilang begitu.

Nah, penemuan tentang medan energi yang ditempati TelkomCity ini jugalah yang membangkitkan kekuatan superhero-ku. Tahukah kalian kalau aku bisa dibilang adalah superhero yang memeroleh kekuatannya dari garis keturunan yang dipicu dengan kekuatan kuno-tapi-membawa-modernitas dari medan energi itu? Nah, sekarang kalian tahu! Benar kalau kalian menebak bahwa sebenarnya juga aku seorang penduduk di TelkomCity ini sebelum kekuatanku dibangkitkan oleh roh dari medan energi itu yang bernama lengkap Telkom Indonesia.

Selain sebagai “master” dari kekuatanku, Telkom Indonesia jugalah yang memungkinkan inovasi produk dan teknologi jaringan telekomunikasi yang dimiliki TelkomCity sampai sekarang. Jadi, bisa dibilang Telkom Indonesia itu seperti “nenek moyang teknologi” di kota ini. Kira-kira demikianlah sekilas tentang TelkomCity, dan juga sedikit tentang diriku. Detil lebih lanjut tentangku sebaiknya disimpan saja ya demi melindungi imej, oke?

Ah, dari wajah-wajah kalian sepertinya kalian kagum sekali ya dengan kotaku ini. Memang kotaku ini sangat mengagumkan tidak hanya dari fakta menganai perkembangan teknologinya, tapi juga dari bagaimana kotaku ini terlihat secara fisik. Perhatikan bagaimana arsitektur modern dan klasik berpadu serasi, dan bagaimana infrastruktur kota yang maju juga bersisian dengan penghijauan yang tertata! Suatu kebanggan tersendiri bagiku untuk bisa mengemban amanah sebagai pahlwan kota ini, omong-omong.

Nah, pasti sudah tidak sabar ya untuk berkeliling lebih jauh di TelkomCity dan melihat sendiri kehebatan teknologi citarasa lokal kami di tiap distrik. Iya, lima distrik di TelkomCity ini sama-sama maju dan berkembang di lapangan spesialisasi masing-masing, dan secara bersama-sama, produk dan teknologi yang tiap distrik kembangkan itulah yang juga menopang kelangsungan kehidupan di TelkomCity ini.

Sebelumnya, aku akan menjelaskan dulu bahwa meskipun terdapat lima distrik di TelkomCity, sebenarnya kategorinya hanya ada tiga. Jadi dari ketiga kategori itu, ada dua kategori yang terbagi lagi menjadi dua. Kategorinya mencakup Kategori Jaringan Seluler dengan anggotanya adalah Distrik GSM dan Distrik CDMA, Kategori Edutainment dengan anggotanya adalah Distrik Edukasi dan Distrik Hiburan, dan Kategori Jaringan Koneksi dengan anggotanya adalah Distrik WiFi.

Jangan khawatir kalau kalian nanti akan kelelahan karena berkeliling kota! Beruntung sekali kalian bersamaku karena kecepatanku bisa disamakan dengan kecepatan akses internet yang bisa mencapai 10 MB/s. Ini karena perpaduan antara diriku dengan Telkom Speedy-- jaringan telefoni berteknologi ADSL tercepat yang merupakan salah satu produk jaringan yang dikembangkan di seluruh kota dan bahkan sebenarnya bisa menjangkau seluruh galaksi (mohon rahasiakan dulu yang satu ini!). Perlu kalian tahu bahwa salah satu kekuatanku adalah Kekuatan Digitalisasi yang memungkinkan aku mengubah materi diri dan objek lain yang kukehendaki untuk secara fleksibel menjadi bagian dari jaringan sehingga bisa termanifestasi lewat karakteristik fisik, dan aku juga akan membantu kalian mendigitalisasi kecepatan kalian agar bisa berkeliling dengan super speed bersamaku. Asyik, bukan?

Singkat cerita, hari itu kupikir segalanya akan berjalan lancar dan tentram seperti biasanya di TelkomCity yang selalu “dekat” antara distrik sampai penduduknya, aku sudah akan memimpin tur keliling TelkomCity yang pastinya takkan terlupakan ketika mendadak pesawat-pesawat berbentuk seperti piring itu muncul tanpa peringatan apa-apa di langit TelkomCity.

Aku sadar bahwa ada yang tidak beres dari cara kedatangan pesawat itu, dan bentuk pesawat-pesawat itu menyalakan kesadaranku akan bahaya yang mengancam kota dengan begitu cepatnya karena aku tahu bahwa pesawat dengan bentuk seperti itu hanya dimiliki oleh Planet Gagarin.

***

Dengan terburu-buru aku langsung menyetir situasi tur bahwa dengan menyesal tur keliling kota harus ditunda karena ada situasi darurat. Ekspresi bingung dan terkejut para tamu-tamu itu membuatku merasa amat bersalah, namun aku harus cepat bertindak!

Planet Gagarin memang tidak akan pernah menjadi teman kami, sudah merupakan suatu permusuhan kuno antara TelkomCity dengan Planet Gagarin yang miskin sumber energi, bahwa alien-alien penghuni planet itu telah lama mengincar kekuatan medan energi TelkomCity. Huh, alien-alien parasit pucat yang menjijikkan dan berbahaya karena sentuhan mereka memakan energi dan mereka juga menembakkan gelombang yang bersifat sama.

Tidak kusangka bahwa ternyata di hariku memandu kunjungan tamu-tamu kami, ternyata Planet Gagarin juga menjadi tamu kota kami dengan caranya sendiri. Selamat datang juga untuk mereka kalau begitu, tapi mereka akan segera dipulangkan dengan sangat sopan oleh pahlawan kota yang akan menyambutnya!


Bagian Kedua: Selamat Berjuang!

Diskusi (darurat dan mendadak)ku dengan Bapak Walikota TelkomCity singkat saja setelah aku mengamankan tamu-tamu resmi kota di keamanan Gedung Balai Kota. Beberapa hal penting yang dibahas adalah penyusunan strategi perlawanan yang akan dilakukan terhadap kedatangan alien Planet Gagarin, yang rupanya masih menahan serangannya karena mereka barangkali tak ingin menjadi ceroboh.

Terdapat lima pesawat yang datang, dan itu sudah cukup memberitahu bahwa mereka bermaksud menyerang masing-masing distrik secara khusus dengan masing-masing pesawat itu. Tidak mengejutkan dan sudah bisa ditebak bahwa sasaran mereka pastilah adalah sumber energi jaringan telekomunikasi yang dimiliki masing-masing distrik sebagai pengembangan dari kekuatan jaringan yang berakar dari roh Telkom Indonesia. Aku harus melumpuhkan tiap pesawat yang menyerang tiap distrik dengan "senjata" yang tidak sama satu lain, karena karakteristik tiap pesawat penyerang ditargetkan pada keberagaman kekuatan tiap energi jaringan di setiap distrik.

“Produk masing-masing distrik akan membantumu, kau tahu itu, bukan?” tanya Pak Walikota yang kubalas dengan anggukan. Dari jendela kantor Pak Walikota, bisa kulihat pemandangan bagaimana penduduk kota bergegas berlindung dalam rumah masing-masing setelah tanda siaga satu disebarkan cepat. Masing-masing keluarga mematikan transmisi jaringan yang terpancar dari tempat tinggal dan lingkungan mereka agar tidak tertangkap oleh jangkauan gelombang parasit alien-alien Planet Gagarin. Hanya tersisa transmisi jaringan pusat yang memang terus aktif menopang di masing-masing distrik dan tentunya kan menjadi sasaran empuk para alien. Semuanya berseru yang intinya kurang-lebih,”Superspeedy, berjuanglah! Kami percaya padamu!”

Aku hanya bisa merasakan hatiku berdesir pada ketulusan hati para penduduk, dan itu langsung sekaligus mengembalikanku pada situasi”Saya harus bergegas, Pak. Bapak lebih baik juga berlindung dan terus waspada. Saya akan tetap memastikan kemanan setiap keluarga di kota dengan Speedy Home Monitoring yang telah termodifikasi melalui DigiNet Wrist-Watch saya.” kataku sembari menunjukkan piranti pembantuku yang berbentuk mirip jam tangan digital dengan kemampuan akses penerimaan dan tampilan koneksi jaringan apa saja yang kuperintahkan.

Nama kecil dari alat pintar serbabisa ini cukup dengan DigiNet saja supaya lebih sederhana, sedangkan Speedy Home Monitoring adalah produk lain dari TelkomCity yang akan memungkinkanku menggunakan jaringan Telkom Speedy untuk memantau keadaan tiap rumah di TelkomCity yang terekam dalam IP Camera juga seluruh kota tapi dengan kamera satelit setelah aku memodifikasi alur jaringannya.

Pak Walikota mengangguk serius sembari menghela nafas panjang,”Memang hanya kamu yang bisa memanipulasi bagaimana jaringan dan segalanya dalam produk kami bekerja menjadi lebih hebat dari kehebatan yang biasa kami rasakan, gunakanlah kekuatan itu sebaik-baiknya, Nak. Kuharap tingkat keterhubunganmu dengan semua kekuatan jaringan di kota ini akan selalu tinggi, karena kami semua mendukungmu.”

Pak Walikota menyinggung satu lagi kekuatanku yang hanya kumiliki sebagai garis keturunan yang sama “kuno”nya dengan medan energi di bawah TelkomCity, yang membuatku hanya bisa memberikan gerakan memberi hormat padanya,”Kekuatan saya tak lain hanya menyatakan betapa saya membutuhkan keterhubungan dengan semuanya yang ada di TelkomCity, Pak. Dari sejak saya memelajari kekuatan saya dengan bantuan dan ajaran roh Telkom Indonesia, tangan saya telah menyentuh setiap gelombang, setiap jaringan yang ada,” ujarku khidmat, “semoga semua itu akan membantu saya pada akhirnya.”


Bagian Ketiga: Perlawanan Yang Gesit

Ketika alien Planet Gagarin itu sudah mulai tak sabar dengan keadaan TelkomCity yang seakan melakukan “gencatan senjata” atas “serangan terbuka” mereka dengan mematikan energi jaringannya, aku sudah siap melawan mereka. Kugunakan jaringan luar-biasa cepat yang dimiliki Telkom Speedy untuk mengejar dengan cepat pesawat yang berada di atas Distrik GSM yang produk andalannya adalah jaringan seluler berakses broadband: Telkomsel.

Alien yang ada di balik kemudi pesawat piring itu menatapku rakus, lalu menembakkan gelombang parasit yang dengan cepat kuhindari dengan kecepatan Telkom Speedy yang telah bergabung dengan diriku melalui Kekuatan Digitalisasi,”Tentu saja tidak kena!” seruku puas. Namun aku tahu aku tak bisa berlama-lama bermain-main begini, jadi kugunakan kartu SIM Telkom Flexi yang merupakan produk andalan Distrik CDMA ke dalam DigiNet di tanganku, yang begitu membaca kartu SIM yang terpasang padanya (perlu diketahui bahwa untuk setiap produk jaringan, kartu SIM akan berfungsi sebagai semacam penghubung yang akan memberikan jalan bagi arus energi jaringan) langsung kuperintahkan memancarkan gelombang CDMA ke arah pesawat.

Aku berharap bahwa perbedaan sistem dari GSM dan CDMA akan memberikan dampak yang mengacaukan pada pesawat yang dirancang khusus untuk menyerap energi jaringan GSM itu, setidaknya bisa melumpuhkan pesawat berbahaya itu. Dengan demikian, akan lebih mudah untuk menjerat pesawat yang sudah lumpuh beserta alien yang sudah terlucuti di dalamnya dengan jerat maya yang kukreasikan dari modifikasiku akan jaringan yang melumpuhkan. Baru setelah kelima penyerang kota dilumpuhkan, aku bisa mencoba untuk mengusir mereka sekaligus.

Perkiraanku pun ternyata benar karena sesaat kemudian, pesawat itu langsung bergetar dan berkedip-kedip tak karuan mengalami kerusakan parah akibat pancaran energi teknologi CDMA Telkom Flexi yang kukendalikan agar hanya “melilit” pesawat itu. Kelumpuhan itulah yang kemudian terjadi pada pesawat penyerang GSM itu, membuat alien di dalamnya tak berdaya dan aku pun bergegas menuju Distrik CDMA yang ada di dekat Distrik GSM untuk menghentikan pesawat kedua.

Penduduk di Distrik GSM lantas bersorak lega melihat berhasilnya perlawanan itu, dan sorakan-sorakan mereka itu ternyata masih bergaung hingga aku memasuki Distrik CDMA.

***

Distrik CDMA memang sekilas lebih bersahaja dibandingkan Distrik GSM dan tidak seluas Distrik GSM, namun sialnya di keadaan ini kalau saja aku terlambat sedikit lagi saja, pasti pesawat itu akhirnya akan bisa menembakkan gelombang parasitnya dalam sekali sapuan. Untungnya aku sudah tiba di saat yang pas sekali, dan kini ganti kugunakan kartu SIM Telkomsel untuk mengirimkan pancaran gelombang GSM ke arah pesawat penyerang CDMA itu. Sukses lagi! Pesawat kedua itu pun juga lumpuh seperti pesawat pertama.

Aku sadar bahwa kelumpuhan setiap pesawat tidak akan berlangsung selama itu, jadi aku harus cepat bergerak melumpuhkan pesawat-pesawat yang lain. Selanjutnya, kulakukan Digitalisasi Sebagian untuk memeriksa arus jaringan mana yang paling gawat, dan ternyata jaringan WiFi kurasakan mulai melemah! Tidak, sifat terbuka dari jaringan WiFi yang berpusat di Distrik WiFi pasti bagai penuh lubang yang mulai dimasuki gelombang pesawat Planet Gagarin yang sedang berputar cepat di atas Distrik WiFi ketika aku datang.

Berbeda dengan dua produk sebelumnya, produk di distrik kategori koneksi tidak secara langsung membutuhkan alat seperti kartu SIM layaknya produk di distrik kategori jaringan seluler. Di TelkomCity, setiap alat komunikasi yang ingin menggunakan produk koneksi hanya perlu mencari titik aktivasi dengan alat komunikasi masing-masing dan barulah energi jaringan akan langsung mengalir melaluinya.

Distrik WiFi dengan produk andalannya yaitu Indonesia WiFi (dengan penuh hormat meletakkan nama “nenek moyang” jaringan kami di produk pengembangannya, aku cukup salut), titik aktivasinya tersebar sangat banyak dan dalam situasi normal akan memungkinkan kebebasan memilih untuk punya titik aktivasi sendiri-sendiri sehingga bisa lebih cepat, namun kali ini stuasinya darurat. Aku harus membagi digitalisasiku antara dengan jaringan telefoni milik Telkom Speedy untuk menghindari tembakan gelombang parasit yang mengejarku, dan dengan jaringan WiFi dimana aku harus secepat mungkin menemukan titik yang masih belum tersentuh gelombang parasit saat memasuki jaringan itu dalam digitalisasiku.

Kedengarannya saja rumit, apalagi jika sudah benar-benar melakukannya. Kalau aku tidak berkonsentrasi penuh, aku bisa tumbang kelelahan karena pemforsiran digitalisasi dan modifikasinya yang terus berganti-ganti menyesuaikan lawan-lawanku. Meski demikian, percayalah, nama Superspeedy bukan diberikan padaku tanpa alasan.

Akhirnya kutemukan titik aktivasi yang masih selamat, dan aku menahan keberadaan digitalisasi diriku di dalamnya dan mencegat datangnya gelombang parasit untuk sampai ke sana… dan kusambut gelombang itu dengan balasan “tinju” koneksi data paket yang memiliki “sifat” berlawanan dengan WiFi karena jalur koneksinya berpusat pada satu titik aktivasi jaringan di pusatnya, dan di sinilah DigiNet-ku menunjukkan kepintarannya memancarkan gelombang data paket yang kubuat dengan mengubah sifat gelombang WiFi di titik aktivasi yang sedang “kutempati” ini. Ya, kembali pelumpuhan dengan jaringan “lawan” berhasil dilakukan!

Bisa kurasakan bahwa Kekuatan Digitalisasi menguras cukup banyak tenagaku terutama setelah strategi ini, mengubah sifat jaringan memang memakan tenaga. Namun masih ada dua pesawat yang masih belum kulumpuhkan dalam belenggu jaringan. Lagipula aku tidak boleh menyerah sekarang, setelah kuperintahkan DigiNet mengakses Speedy Home Monitoring yang kumodifikasi untuk mengecek keadaan di setiap rumah dan kota secara keseluruhan, tampak penduduk distrik yang pesawat penyerangnya sudah kulumpuhkan nampak amat lega dan mereka nampak sadar bahwa aku sedang mengawasi mereka dan tersenyum dan kembali menyemangatiku.

Aku serasa mendapat kekuatan baru dengan melihat kepercayaan mereka. Kembali kudigitalisasi diri dengan jaringan telefoni yang dimiliki Telkom Speedy untuk menggerakkan diriku dalam kecepatan super menuju dua distrik tersisa, Distrik Edukasi dan Distrik Hiburan.

***

Distrik Edukasi terkenal dengan pengembangan luar biasa yang mereka lakukan untuk memermudah pembelajaran. Dengan produk andalan mereka, Qbaca, seakan-akan gerbang pengetahuan bisa terbuka untuk siapa saja yang membutuhkannya karena produk ini mendigitalisasi banyak buku-buku pengetahuan, membuatnya dalam bentuk yang bisa terdistribusi dan diakses dengan mudah oleh yang membutuhkan pengetahuan. Bisa dibilang, distrik ini jugalah yang memegang peran besar dalam kemajuan ilmu pengetahuan di TelkomCity!

Sasaran para alien Gagarin pada kedua distrik yang tersisa adalah energi besar pada server di masing-masing distrik, dan begitu juga dengan yang dimiliki Distrik Edukasi. Merupakan suatu kemalangan besar jika energi server Distrik Edukasi yang memuat semua sumber pengetahuan TelkomCity diambil alih! Bagaimana generasi penerus TelkomCity akan bisa mengakses data-data pengetahuan yang ada di dalamnya jika demikan? Itu tak boleh terjadi.

Gunakan lawannya lagi! Dengan cepat aku pun menghadang pesawat piring yang mendekati server Qbaca milik Distrik Edukasi. Aku berusaha keras untuk tidak “tersedot” dalam besarnya kekuatan jaringan server yang ada di dalamnya sementara aku sendiri tentu juga masih mendigitalisasi secara parsial, antara dengan Telkom Speedy dan dengan jaringan di dalam DigiNet. Alat pembantuku ini juga menyimpan banyak sekali data, kau tahu, dan aku pun bergegas “meraih” satu tipe data yang akan kugunakan untuk menjadi kontra server-data yang hendak diambil oleh alien itu, akan kembali kukacaukan proses parasit alien Gagarin ini.

Produk kontra yang kugunakan kali ini adalah data yang kuambil dari produk milik Distrik Hiburan, yaitu Melon Indonesia yang berjasa memberikan akses pada musik-musik kesukaan, berupa sebuah data tipe .mp3, yang sama sekali berbeda dengan data tipe .epub yang ada di server Qbaca.

Tidak boleh lambat, segera kumodifikasi bentuk .mp3 yang sudah kuraih ini untuk dipancarkan agar mengacaukan penyedotan energi server yang dilakukan para alien Gagarin. Kembali lagi pesawat piring itu lumpu, dengan alien di dalamnya terlucuti dari senjatanya untuk mem-parasit-i energi, dan jerat maya data .mp3 menahan mereka pada di tempatnya.

Sejauh ini terus berhasil, meski secara tak kasat mata aku terengah-engah setelah melakukan semua perlawanan ini.


Bagian Keempat: Yang Terakhir?

Biasanya aku akan selalu senang untuk datang ke Distrik Hiburan, di sinilah tempatnya aku bisa memanjakan kebutuhan audio-visualku. Inilah rumah bagi produk hiburan terbaik, musik dan tayangan, Melon Indonesia dan Telkom Vision. Distrik inilah yang paling berwarna-warni dari distrik yang lainnya, dan semua yang ditawarkan distrik ini selalu memberikanku kesempatan untuk sejenak melepaskan diri dari beratnya tanggung jawabku sebagai pahlawan setiap kalinya.

Sangat disayangkan karena kali ini aku terlalu merasa terkuraskan saat sampai ke distrik ini, karena meski digitalisasi yang kulakukan tidak mengurangi kecepatanku dan keakuratan modifikasiku nantinya, aku kira jauh di dalam, meski enggan kuakui, fisik dan mentalku sudah kelelahan.

Tidak, tapi aku tidak akan membiarkan para alien parasit ini melihat dan memanfaatkan kondisiku ini. Kupaksakan diriku dan kumantapkan determinasiku untuk menyelesaikan tugasku seperti seharusnya ketika kecepatan Telkom Speedy menjelma menjadi kecepatan di tungkai dan lenganku, membuatku amat ringan dan cepat di dalam jaringannya, membuatku terbang.

Warna-warni dan sayup-sayup nada dalam Distrik Hiburan berlalu di sekitarku ketika aku melewati semuanya untuk menuju pesawat piring yang masih aktif dan tersisakan. Jujur saja, bukan hal mudah untuk tidak mengabaikan semua “keriaan” yang dimiliki distrik ini dan berfokus pada satu pesawat piring yang membosankan itu.

Ternyata alien Gagarin di dalam pesawat piring itu pun juga nampak terpengaruh pada “keriaan” Distrik Hiburan yang menyambut mereka, pesawat piring itu nampak berputar-putar di antara server Melon Indonesia dan pemancar Telkom Vision. Agaknya bingung memutuskan mana yang lebih “lezat”. Tidak heran itu terjadi, sih, dan bagusnya situasi itu tentunya adalah itu menguntungkanku.

“Sayang sekali kalian tidak bisa memilih yang manapun dari energi jaringan kami!” seruku saat aku mengarahkan pancaran data bertipe .epub yang sudah termodifikasi ke pesawat piring itu. Ha, rasakan saja kacaunya karena semua data hiburan itu diganggu dengan data asing informasi pengetahuan ini!

Akhirnya seperti yang sudah-sudah terjadi pada pesawat piring lainnya, pesawat piring terakhir ini pun lumpuh dan “terjerat”. Semuanya berjalan dengan lancar, berbanding lurus dengan betapa terkurasnya diriku sekarang.

***

Seperti yang sudah-sudah pula, para penduduk Distrik Hiburan langsung dengan meriah menyorakiku, betapa berterimakasihnya mereka karena aku sudah mencegah para alien itu memakan energi yang dimiliki server mereka yang berharga. Jika dalam situasi normal, tentu aku akan sangat senang melihat betapa meriahnya sorakan Distrik Hiburan bergabung dengan sorakan berterima kasih yang tulus dari distrik-distrik sebelumnya. Aku sangat menghargai perasaan lega dan bersyukur mereka karena segala yang sudah kulakukan untuk melindungi “sumber daya” berharga masing-masing di saat mereka tidak bisa berbuat banyak selain melindungi diri.

“Kau hebat, Superspeedy...! Luar biasa!”
“Benar-benar tepat sasaran!”
“Kau bisa melumpuhkan semua pesawat itu!”
“Kau sudah menyelamatkan seluruh kota!”
“Terima kasih, Superspeedy!”
“Banyak terima kasih...”

Dari tempatku berada sekarang, tinggi di atas menara kantor walikota setelah melaporkan “pekerjaanku”, aku sulit menemukan kata-kata. Melihat paduan dari “hasil kerjaku”—kelima pesawat piring yang terjerat dan hanya sanggup mengeluarkan pendar lemah--- serta penghargaan atas “hasil kerja” itu yang berupa (rasanya) semua penduduk dari distrik mana saja yang berkumpul, melompat-lompat dan bersorak-sorai, serta tepukan di belakang bahu yang kebapakan dari Pak Walikota... selama sejenak yang bagai siraman air sejuk, aku melupakan segala keletihanku.

“Kalian semua telah saling menyelamatkan distrik di kota ini, aku hanya membantu...” kataku tanpa bermaksud mengabaikan penghargaan mereka. Katakanlah, aku hanya mengatakan faktanya,”setiap pesawat yang datang menyerang dilumpuhkan dengan pengacauan memakai lawan dari sifat setiap produk distrik, seperti yang kalian tahu. Tataplah saudara-saudara kalian di distrik lain, hasil karya kebanggan kalian telah membuat kalian menjadi saling menyelamatkan pada akhrinya...”

Selanjutnya semuanya terasa bercampur baur, entah apa yang kudengar, apa yang kulihat... segalanya mulai mengabur...


Bagian Kelima: Dalam Genggaman

Tiba-tiba saja aku mendapati keterkejutan massal penduduk TelkomCity yang beralih mengeluarkan seruan panik dan khawatir ke arahku. Bingung pada mulanya, namun dengan cepat aku sadar bahwa ternyata aku jatuh terduduk kelelahan di depan mereka semua. Memalukan juga, padahal aku sudah bertekad tidak akan terlihat seperti ini setelah aku melakukan “pekerjaan”ku. Apa kata dunia?

Hanya saja rasanya menyebalkan sekali karena aku sadar betapa bandelnya tubuhku yang tidak tahu malu menunjukkan betapa sudah “terkurasnya” tenaga yang dimiliki. Selanjutnya aku menemukan diriku cukup kesulitan menegakkan tubuhku dan menjernihkan pandanganku, ditambah dengan ucapan,”Aku... tidak apa-apa!” yang terdengar tidak meyakinkan.

“Ini... belum selesai, mereka harus... diusir. Aku harus mengusir mereka.” kataku berusaha tidak mengindahkan reaksi badaniahku yang berkhianat. Katanya pahlawan... Sshh!

“Jangan, Superspeedy! Biarkan kami membantumu!”
“Kami tidak akan membiarkanmu melawan sendirian!”
“Kami akan ikut!”

Para penduduk nampak sangat bersungguh-sungguh mengatakan semua itu, dan aku kembali merasakan sensasi ringan ketika menerima semua seruan dan dukungan mereka yang tulus itu. Untuk berkonsentrasi, kukepalkan tanganku. Sudah lama menjadi kebiasaanku untuk melakukan digitalisasi untuk menemukan lebih banyak “kekuatan” karena sifat jaringan selalu kuat ketika bergabung denganku. Begitu pula di saat itu, saat aku mengepalkan tanganku, namun entah kenapa tiba-tiba ada yang terasa sedikit berbeda.

Entah itu adalah sebuah bimbingan tak kasat mata dari leluhur, atau apapun itu, mendadak saja aku merasa benar-benar “terbangun” dalam bagaimana aku merasakan digitalisasi yang terpusat di genggaman tanganku itu. Semua jaringan di kota, entah kenapa serasa bersatu untuk membangunkanku pada sebuah penyadaran.

“Kita... kita akan mengusir mereka bersama! Bukan Superspeedy yang akan mengusir mereka dan mengakhiri semua ini, namun... TelkomCity lah yang akan melakukannya.” kataku lantang, mantap. Seketika itu pula para penduduk memfokuskan diri padaku, sepenuhnya mendengarkanku, memercayaiku.

“Ini mungkin agak berbahaya, karena aku akan meminta kalian menghubungkan diri kalian dengan jaringan-jaringan produk yang kita miliki di sini untuk melakukannya. Distrik GSM, Distrik CDMA, Distrik WiFi, Distrik Edukasi, dan Distrik Hiburan... gabungkan sinyal alat komunikasi kalian dengan rumah dari setiap produk kebanggan kalian,” aku mulai berkata,”aku meminta kalian untuk keluar dari perlindungan kalian dan mulai melawan mereka bersama-sama.”

Aku tidak akan melebih-lebihkan kejadiannya dengan menggambarkan pada kalian bahwa semua penduduk kemudian lantas setuju atas apa yang kukatakan, aku melihat raut cemas mereka, aku tahu mereka takut mendengar gagasanku. Tentu saja aku tidak menyalahkan mereka untuk itu, namun di situasi yang harus segera dibereskan ini, berbekal dengan penyadaran yang terasa dalam tanganku yang masih tergenggam, aku memilih memercayai apapun “insting” ini.

“Percayalah... percayalah padaku, TelkomCity.”

Tidak bisa digambarkan bagaimana tersentuhnya aku ketika sontak saja semua langsung menjawab, “Ya, kami percaya padamu, Superspeedy!” tanpa keraguan sama sekali.

Alat komunikasi tiap penduduk diaktifkan, transmisi yang semula dimatikan kini dinyalakan, setiap perangkat komunikasi menghubungkan diri dengan jaringan atau server distrik masing-masing. Aku menarik nafas dalam, berusaha tidak goyah memikirkan betapa besarnya aktivasi energi jaringan kota yang dipertaruhkan dengan ini. Meski demikian, gelitik ganjil yang kurasakan dalam tanganku yang masih terkepal membuatku yakin bahwa semua ini benar. Bahwa apa yang kulakukan ini... pantas untuk dicoba.

Kembali kulakukan digitalisasi, menjadikan diriku menjadi satu dengan jaringan TelkomCity. Langsung saja kurasakan banyaknya “anggota” yang ada dalam setiap jaringan, setiap data yang mengalir di dalamnya, aku bisa merasakan penduduk TelkomCity, semuanya. Betapa besar kekuatan yang ada dalam jaringan TelkomCity karena itu.

Selanjutnya untuk menggambarkan apa yang kulakukan, lebih baik kugunakan kalimat-kalimat penggambaran untuk menjelaskannya padamu. Dalam digitalisasiku dengan jaringan TelkomCity, aku seperti membuat setiap penduduk yang ada dalam jaringan dalam TelkomCity (terwakili dalam keterhubungan perangkat komunikasi mereka) untuk “menyatukan tangan” mereka denganku.

Kugabungkan kekuatan yang mereka sumbangkan ketika mereka menghubungkan perangkat mereka ke jaringan atau server distrik masing-masing. Semua itu kulakukan dalam digitalisasi sedemikian rupa yang pada akhirnya kupusatkan pada telapak tanganku yang terkepal sedari tadi, dan aku bisa merasakan besarnya kekuatan yang mengalir di sana. Kekuatan di tanganku begitu besarnya, dan begitu terhubungnya dengan setiap jerat maya yang menahan setiap pesawat piring yang terlumpuhkan. Tidak lain karena kekuatan besar itu terbuat dari komponen jaringan yang menjadi jerat maya itu.

Dengan terpusatnya energi jaringan yang sangat besar itu melalui tanganku, kami seluruh TelkomCity pun akhirnya melempar keluar “tamu-tamu” itu jauh-jauh. Ancaman itu pun akhirnya hilang dari dunia kami, dunia kecil kami, TelkomCity.

Selamatkan dunia, dengan menjadikannya satu di tanganmu.

No comments: